Sebuah universitas ternama di Indonesia yang sudah sejak lama didambakan Amel kini berhasil dipijakkannya. Sebenarnya ia mampu menembus perguruan tinggi lainnya yang ternama di dunia, tapi hatinya terpikat dengan tanah kelahirannya itu sehingga sekuat apapun orangtuanya menyuruhnya ke tempat yang terbaik, tapi hatinya terus terpaut pada Indonesia. Bisa jadi karena sikap nasionalismenya yang tinggi, sehingga seberapa lama ia tinggal di luar negeri, tapi ia tetap akan kembali.
Kakinya melangkah menuju ke sebuah ruangan. Karena sifat Amel yang selalu on time dan konsisten, pagi ini ia menjadi mahasiswa yang datang lebih cepat dibandingkan dengan yang lain.
Melihat tidak ada penghuni, ia langsung mencari tempat duduk yang ada di pojok. Meletakkan tas di bawah, lalu mengambil buku dan membacanya.
Tak lama kemudian satu persatu mahasiswa datang memasuki ruangan dan memenuhi kursi yang kosong. Amel hanya melihat mereka sekilas lalu kembali fokus membaca.
Seorang wanita seksi, cantik dan centil datang menghampiri Amel. “Eh, pindah dong! Gue mau duduk disini.”
Amel tak menghiraukannya dan malah sibuk membaca.
Brak...
Farah menggebrak meja. Semua orang terkejut dan menatap Farah. Begitu juga dengan Amel. Ia menutup buku lalu menoleh dan menatap Farah dengan kesal.
“Gawat, ratu kampus kita sedang marah,” bisik seluruh mahasiswa. Mereka tau orangtua dari Farah termasuk salah satu donatur di kampus itu, sehingga Farah disebut dengan nama ratu kampus.
“Lo minggir sana!” tegas Farah.
“Udah datang telat main suruh orang minggir lagi. Gak ada akhlak,” gerutu Amel.
“Lo bilang apa?” Farah emosi saat mendengar ucapan Amel.
“Oh, ternyata kamu mendengarnya juga. Aku pikir kamu pekak,” jawab Amel dengan sinis.
“Berani lo ya. Lo belum tau siapa gue ya,” ucap Farah menggertakkan giginya saking kesal.
Tak ingin meladeninya, Amel malah kembali membuka buku dan membacanya dengan serius. Farah semakin emosi dengan sikap Amel, dia merampas buku Amel dan melemparnya ke sembarang arah.
“Cewek gak ada akhlak,” ketus Amel beranjak bangun.
“Berani lo ngatain gue?” Farah menarik tangan Amel. Amel melepas paksa tangannya hingga Farah kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
“Hahaha...” Semua orang terkekeh.
“Uhh... ngeselin” gerutu Farah menggepal tangannya.
“Farah, lo gak kenapa-kenapa, kan?” tanya Zira dan Yesi menghampirinya.
“Bantuin gue bangun!” Zira dan Yesi memegang kedua lengan Farah dan membantunya bangun.
Amel tersenyum mengejek, lalu beranjak pergi.
Seorang lelaki yang dijuluki raja kampus masuk ke dalam ruangan. Ia melihat buku di lantai, kemudian ia menunduk dan mengambilnya.
“Itu buku aku, tolong balikin!” pinta Amel menghampirinya.
Lelaki itu menoleh dan mereka tersentak kaget saat memandang satu sama lain.
“Elo...” ucap mereka kompak.
Melihat wajah Kiano, Farah langsung menghampirinya. “Sayang, cewek ini tadi dorong aku,” celoteh Farah melas sambil merangkul lengan Kiano.
Amel melihat mereka berdua dengan sinis. “Pasangan serasi, sama-sama gila,” gumam Amel tersenyum sinis.
“Lo ngomong apa? Coba diperjelas!” titah Kiano kesal.
“Kalian berdua pasang serasi, sama-sama gila,” ketus Amel meninggikan suaranya.
“Berani sekali cewek itu. Apa dia gak tau dia sedang berhadapan dengan siapa?” Semua orang berbisik-bisik melihat keberanian Amel.
Kiano mendengus kasar, lalu memasukkan buku itu ke dalam tasnya.
“Hei, balikin buku gue!” pinta Amel.
“Lo mau buku ini?” tanya Kiano menunjukkan buku yang sudah dimasukkan ke dalam tas.
“Jelas dong. Itu buku gue, sini balikin!”
“Ok, gue balikin, tapi sebelum itu lo berlutut di depan gue, lalu minta maaf sama gue,” ucap Kiano santai.
Amel kesal dengan ucapan lelaki yang ada di depannya itu, sangat sombong dan arogant.
“Bodo amat,” Amel cuek, lalu kembali ke kursinya.
“Sayang, lihat sendiri, kan. Dia itu wanita yang serem,” ucap Farah dengan nada manjanya.
“Lepasin gue!” Kiano melepas paksa tangan Farah, lalu beranjak pergi.
Dia melihat tidak ada kursi kosong selain yang ada di dekat Amel, tanpa sungkan ia langsung duduk.
Farah menghampiri mahasiswa yang duduk di dekat Kiano.
“Lo pindah sana!” Mendengar ucapan Farah, dia langsung beranjak pergi. Farah tersenyum dan duduk di kursi yang ada di dekat Kiano.
Amel melirik Kiano dengan sinis. Kiano terus menatap Amel dengan tatapan ingin memakan.
“Apa lo?”
“Cuih, wanita sangar,” ejek Kiano masih dendam dengan apa yang dilakukan Amel padanya ketika malam itu. Seumur-umur belum ada wanita yang berani bersikap kasar padanya, yang ada banyak wanita yang menyatakan cinta padanya dan menjadi bucinnya.
Amel tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya dari Kiano.
Dosen kini sudah masuk ke dalam ruangan. Perang dingin keduanya kini telah berakhir.
Proses pengenalan diawal mulai kuliah telah berakhir. Mereka semua saling mengenal satu sama lain. Sebagai mahasiswa baru, Amel terkesan cuek dan tidak peduli dengan situasi yang terjadi disana. Apalagi melihat mahasiswa disana terlalu memuja-muja Farah dan Kiano. Amel tidak suka dengan adanya perbedaan status sosial. Baginya semuanya sama saja. Hanya ketaqwaan yang membedakannya. Semua orang berhak sukses, hanya saja jalan yang mereka tempuh terkadang berbelit-belit.
Begitu kuliah selesai, Amel langsung beranjak bangun. Kaki Kiano dijulurkan kedepan, berharap Amel bisa jatuh. Bukan Amel namanya jika harus terjebak dalam trik murahan itu, batinnya. Amel menendang kaki Kiano lalu beranjak pergi.
“Aww,, sialan itu cewek,” gumam Kiano menahan rasa sakit.
“Sayang, kita kemana?” tanya Farah sambil memasukkan buku ke dalam tasnya.
“Gue ada janjian dengan pacar gue,” jawab Kiano dingin dan beranjak bangun.
“Kiano, gue ini pacar lo. Yang lain gak pantas,” ucap Farah ikut bangun.
“Dengar ya! Gue terima lo jadi pacar gue karena hubungan keluarga kita. Tapi lo jangan lupa kalau gue ini gak bisa mencintai seorang wanita saja. Lo seharusnya ngerti itu,” tegas Kiano mengakhiri ucapannya, lalu beranjak pergi tanpa mempedulikan suasana hati Farah yang sudah kesal setengah mati.
Yesi dan Zira menghampiri Farah. “Farah, lo gak apa-apa, kan?” tanya mereka khawatir.
“Gak, gue gak apa-apa kok,” jawab Farah berusaha tegar.
“Lo gak mau lakuin sesuatu gitu sama Kiano?” ucap Zira.
“Iya bener. Masa iya lo mau lihat pacar lo itu bermesraan dengan cewek lain,” sambung Yesi.
“Bukan itu, tapi gue pusing mikirin biar dia gak lirik cewek lain,” keluh Farah melas.
“Gini aja, mending kalian berdua tunangan dulu. Nah, dengan itu semua orang jadi tau status kalian berdua. Gue yakin gak akan ada satupun yang berani deketin Kiano lagi,” jelas Zira memberi solusi.
“Iya bener, aku setuju,” sahut Yesi tersenyum.
Farah tergeming dan mulai memikirkan ide jenius Zira.
“Kalian bener. Gue harus bilang ke nyokap bokap gue biar gue bisa tunangan sama Kiano,” ucap Farah tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Iraqila
melisa vs raka judulnya tk cari kogk ada y kak...🙏 info donk
2021-08-05
0
Narni Wijayanti
dah lgsg gede aja jd gak tahu kisah selanjutnya
2021-07-26
0
Surtinah Tina
Amel siapa itu?
2021-06-18
0