Chapter 4 - Ketakutan dan trauma Ivanka

Ivanka merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya terbuka lebar, menatap langit langit kamar luas yang telah ditempatinya beberapa hari ini. Kamar yang sesungguhnya terlalu luas untuk gadis yang kini merasa kesepian. Potret potret masa lalu terlintas begitu saja di benaknya. Siapa yang bisa dengan bodohnya melupakan peristiwa naas yang merenggut kebahagiaan, terlebih peristiwa itu terjadi di depan matanya sendiri. Jelas tidak semudah itu.

Makin mantap saja hari berdukanya, saat samar samar suara hujan mulai terdengar, semakin lama semakin lebat, dan kian merana. Sang Nona yang sudah terbiasa mendapat kasih sayang, kini diam terpuruk sendiri. Ia bangkit dan duduk, memeluk lututnya.

Duar ...

"Arkkhhhh"

Tiba tiba suara petir menggelegar. Ivanka berteriak ketakutan. Entah sejak kapan ia jadi begitu takut. Padahal dulu hujan adalah teman sejatinya. Aroma hujan yang menyejukkan, tetesan air dingin yang membasahi tubuhnya, suara gemericik yang memaksanya untuk menari. Dan kini semua hanyalah pemicu ketakutannya.

Duaarr!

Dan sekali lagi suara petir makin kencang. Ivanka berteriak lebih keras. Ia mulai ketakutan. Dari ruangan lain Leon bisa mendengar jeritan Ivanka. Rasa cemaspun kini mulai menyelimutinya. Leon berlari, dan membuka pintu kamar Ivanka dengan kasar. Ia mendapati gadis itu tengah menutup mata, kedua tangan yang kini menutup telinganya tampak gemetar dan ketakutan. Si gadis sepertinya tak menyadari kedatangan pria itu. Leon menghampiri Ivanka, lalu perlahan naik ke ranjang dan duduk di sampingnya.

Merasakan pergerakan di ranjangnya, Ivanka membuka mata, lalu menoleh ke samping, jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya, saat menemukan Leon yang ada di sampingnya. Pandangan mereka bertemu. Membuat tatapannya yang resahh bertemu dengan sorot mata tajam milik Leon. Sorot mata yang mampu memabukkan setiap wanita. Sorot yang tajam namun sendu, dan tak bisa dipungkiri, membuat Ivanka juga nyaris terbuai.

Diraihnya tubuh gadis itu dalam pelukknya. Tak ada penolakan. Apalagi pemberontakan, yang Ivanka tahu, tubuh pria ini begitu nyaman. Dada bidang yang luas, begitu menggoda untuk dijadikan sandaran. Membuat siapapun percaya, bahwa kau akan aman disana, dan ada perlindungan di dalamnya.

"Tenanglah! Apa yang terjadi?" tanya Leon, sembari mengusap kepala Ivanka dengan lembut.

"Aku takut. Aku sendiri. Aku ketakutan. Aku tak memiliki siapapun lagi," ujarnya dengan tatapan kosong, dan kepala yang juga masih ada di dada milik Leon.

Leon tahu, tidak mudah untuk gadis seusianya melewati masa masa pahit semacam pahit. Ada rasa iba dalam hatinya. Entah iba, atau rasa tertarik, yang jelas sejak saat ia menemukan Ivanka, ia sudah bertekad untuk menjaganya, menghapus setiap lukanya, menjadi salah satu pelengkap hidupnya.

"Tenanglah! Bukankah sudah kukatakan, kau memilikiku sekarang. Apa yang perlu kau takutkan. Sekarang kembalilah tidur." Ivanka tak menjawab. Namun hati dan pikirannya tersadar, betapa beruntung nya ia berada di bawah naungan Leon sekarang.

"Hey, apa kau mendengarku?" Sekali lagi Leon bertanya. Ivanka melepas sandarannya. Ia mendongak, melihat ke arah wajah pria yang nyaris sempurna itu. Wajah pria yang diyakininya sebagai dewa penolong. Gadis itu hanya mengangguk tak yakin, dan memalingkan pandangan.

"Baiklah. Aku akan keluar sekarang. Ingatlah, kau bisa memanggilku atau mencariku di ruang kerja jika memerlukan sesuatu. Aku harus menyelesaikan beberapa hal lagi. Tidurlah dengan nyenyak." Ucap Leon sambil bersiap meninggalkan kamar gadis itu.

"Baik," jawab Ivanka.

"Anak pintar." Leon mengacak lembut rambut Ivanka, dan berlalu meninggalkan Ivanka.

"Besok aku akan mengajakmu berkeliling. Jadi istirahatlah yang tenang," tambahnya lagi sebelum benar benar meninggalkan Ivanka.

Entah takdir apa yang sudah rencanakan. Begitu Leon menutup pintu kamar Ivanka, kedua nya hanyut dalam lamunan masing masing. Leon berbohong, alasannya ingin pergi secepat mungkin adalah ia tak yakin bisa bertahan lebih lama lagi jika terus berada di samping gadis itu. Gadis itu terlalu polos, dan terlalu menggoda. Harum tubuhnya yang begitu menggelitik, dan setiap sentuhan kulitnya membuat Leon tak habis pikir. Membakar sesuatu yang hampir tak pernah dirasakannya.

Sementara Ivanka. Gadis itu bingung. Ia ingin Leon ada disana, ia ingin pria itu menemaninya. Tapi bagaimanapun baiknya pria itu, ia harus tetap sadar, bahwa ia hidup dari belas kasihnya. Tak pantas jika ia berharap lebih untuk saat ini.

_________

Seperti janjinya tadi malam pagi ini Ivanka dan Leon berada di halaman belakang rumah. Lebih tepat jika di sebut lapangan golf daripada halaman. Ivanka hanya diam terpaku menatap hamparan luas padang rumput di hadapannya. Ia hampir tak pernah keluar dari rumah Leon, dan mendadak kaku setelah mengetahui betapa kayanya pria ini.

"Kenapa malah melamun?" tanya Leon.

"Apa kau yakin ini yang disebut halaman belakang?" Ivanka masih saja bengong sementara Leon hanya tertawa kecil.

"Tangkap !" Leon melemparkan kunci mobil pada Ivanka dan berhasil ditangkapnya dengan mudah.

"Apa ini kak?" ujar Ivanka,

"Tentu saja kunci mobil," ucap Leon.

"Tapi untuk apa?" tanya Ivanka bingung

"Kau tidak berfikir kita akan jalan kaki mengelilingi tempat ini bukan?" tanya Leon sambil terkekeh.

"Tapi aku tidak bisa kak. Aku tidak bisa membawa mobil," jawab Ivanka dengan wajah sedih.

"Apa kau bercanda?" tanya Leon lagi.

Ivanka mengggeleng, ia memang tak berbohong.

"Sungguh kak, aku terbiasa diantar supir atau pergi dengan Papa. Tak sekalipun aku pernah berada di belakang kemudi," ucap Ivanka sungguh-sungguh.

"Masuklah, aku akan mengajarimu!" kata Leon.

Dengan penuh keyakinan Leon akan menjadi guru kemudi Ivanka. Ia tidak tahu, bahwa Ivanka ingin sekali menolak, namun segan untuk mengatakannya. Gadis itu menarik nafas panjang, duduk di belakang kemudi. Mendengarkan semua yang dikatakan Leon dengan baik. Ia mulai mempraktekan apa yang dikatakan Leon sedikit demi sedikit, sampai akhirnya ...

"Injak remnya, Ivanka!" Leon yang duduk di sebelah Ivanka berseru mengingatkan.

"Eh?" Gadis itu menelan ludah. Sepertinya mulai panik.

"Injak rem nya Ivanka! Remnya!" seru Leon lebih cepat.

"Sudah kak, Aku sudah menginjaknya." Ivanka balas berteriak panik. Mobil yang dikemudikannya, bukannya melambat, malah semakin cepat.

"Astaga, kau menginjak gas bukan Rem!" teriak Leon.

"Sudah kuinjak, tapi mobilnya tidak bisa berhenti. Eh, sebenarnya rem nya yang mana?" tanya Ivanka mulai panik.

"Yang itu Ivanka!" Leon berseru panik. Dengan cepat ia menyambar kemudi, berusaha membanting setir, namun terlambat, mobil melaju terlalu cepat dan sedetik kemudian menabrak pohon.

Ivanka dan Leon sama sama terbentur kemudi. Suara klakson terdengar nyaring terbentur dahi Ivanka. Mereka berdua mengaduh kesakitan, beruntunglah tak terjadi apa apa. Ivanka dan Leon mengangkat kepala mereka yang tertunduk di setir mobil dan bersandar di jok mobil, sembari memegangi kepala masing masing.

Leon menoleh ke samping, dan melihat Ivanka yang memejamkan mata. Lagi lagi rasa panik, menjalar ke seluruh tubuhnya, ia bangkit memegangi bahu Ivanka, menggoyang goyangkan tubuhnya, berharap gadis itu segera merespon

"Kau baik baik saja Ivanka? Ivanka sadarlah. Jawab aku!" ucap Leon sambil panik dan ketakutan melihat gadis itu hanya diam tanpa respon.

Ivanka terdiam, sebelum akhirnya membuka mata dan malah tertawa terbahak bahak.

"Hahaha, Ya Tuhan, ini seru sekali kak. Aku baru sadar kalau hidupku terlalu monoton, ayo kita lakukan lagi."

Leon melepas Ivanka dengan kesal, bisa bisanya gadis ini malah tertawa, ia menepuk jidatnya sendiri, seraya berkata, "Dia pasti sudah gila?"

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

Jangan lupa untuk memberi komen, like dan vote kalau sudah selesai membaca ... happy reading buat semua pembaca setia.

Bagi kamu yang belum menekan tombol favoritnya ❤️ tolong di tekan dong supaya bisa dapat notifikasi kalau novel ini up.

Terpopuler

Comments

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

""dia pasti sudah gila""
ya iyalah gila, kan kepalanya ngebentur, pasti geser dikit lah.

2021-10-08

0

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

Ayo Leon cepat nikah sama Ivanka😇😇😇

2021-01-17

0

Roetipa Tipa

Roetipa Tipa

lucunyaa

2021-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Hari yang paling menyedihkan
2 Chapter 2 - Memulai hari yang baru
3 Chapter 3 - Malam panjang Leon
4 Chapter 4 - Ketakutan dan trauma Ivanka
5 Chapter 5 - Mulai ada getaran
6 Chapter 6 - Getaran hati
7 Chapter 7 - Membuatmu hampir celaka
8 Chapter 8 - Maafkan Aku Ivanka
9 Chapter 9 - Kecewa denganmu
10 Chapter 10 - Merasa hina
11 Chapter 11 - Kesedihanku
12 Chapter 12 - Mencarimu
13 Chapter 13 - Terus mencari
14 Chapter 14 - Menemukanmu
15 Chapter 15 - Perasaan apa ini?
16 chapter 16 - Sepi tanpamu
17 Chapter 17 - Melepaskanmu 1
18 Chapter 18 - Melepaskanmu 2
19 Chapter 19 - Leon kumat
20 Chapter 20 - Larut dalam perasaan masing-masing
21 Chapter 21 - Tamu khusus
22 Chapter 22 - Mengkhawatirkanmu
23 Chapter 23 - Hamil???
24 Chapter 24 - Memintamu untuk memilih
25 Chapter 25 - Pisang makan pisang?
26 Chapter 26 - Pilihan yang sulit
27 chapter 27 - Adrian panik lagi
28 Chapter 28 - Menghubungimu
29 Chapter 29 - Menemuimu
30 Chapter 30 - Kejujuran yang menyakitkan
31 Chapter 31 - Adrian frustasi
32 Chapter 32 - Tama yang suka drama
33 Chapter 33 - Leon dan Tama
34 chapter 34 - Rencana Adrian
35 chapter 35 - Kedatangan Frea
36 Chapter 36 - Ivanka vs Frea
37 Chapter 37 - Frea vs Tama
38 Chapter 38 - Tama yang menang banyak
39 Chapter 39 - Sebuah kisah sedih di balik hari bahagia
40 Chapter 40 - Bahagiamu adalah tangisku
41 Chapter 41 - Menikmati malam bersamamu
42 Chapter 42 - Salah paham
43 Chapter 43 - Gaya pengantin baru menyelesaikan masalah
44 Chapter 44 - Belajar memahami
45 Chapter 45 - Adrian yang mulai ragu
46 Chapter 46 - Salah Lagi
47 Chapter 47 - Berdamai
48 Chapter 48 - Ivanka masih penasaran
49 Chapter 49- Leon yang mau berubah
50 Chapter 50 - Pernikahan Adrian
51 Chapter 51 - Challenge keberkahan
52 Chapter 52 - Kenyataan yang menyakitkan buat Shakila
53 Chapter 53 - Mulai tergoda
54 Chapter 54 - Hampir Khilaf
55 Chapter 55 - Tindakan tegas Adrian
56 Chapter 56 - Pertemuan dengan Clara
57 Chapter 57 - Salah paham lagi dan lagi
58 Chapter 58 - Kembali lagi
59 Chapter 59 - Dinner ala Adrian
60 Chapter 60 - Malam panjang Adrian
61 Chapter 61 - Sapu ijuk dan pantat Tama
62 Chapter 62 - Kekuatiran dan doa Leon
63 Chapter 63 - Kesedihan Leon
64 Chapter 64 - Awal perjuangan Tama
65 Chapter 65 - Pertemuan tanpa di sengaja 1
66 Chapter 66 - pertemuan tanpa di sengaja 2
67 Chapter 67 - Berhutang penjelasan
68 Chapter 68 - Sikap manis Leon
69 Chapter 69 - Menjemput Frea
70 Chapter 70 - Bertemu Frea lagi
71 Chapter 71 - Kecurigaan Leon
72 Chapter 72 - Menjemput Shakila
73 Chapter 73 - Intrograsi Tama
74 Chapter 74 - Bertemu ibu kandung
75 Chapter 75 - Kekuatiran Leon
76 Chapter 76 - Berdamai karena keadaan
77 Chapter 77 - Pendekatan Tama
78 Chapter 78 - Cemburu Adrian
79 Visual
80 Chapter 79 - Surat curahan hati Adrian
81 Chapter 80 - Balas dendam Shakila
82 Chapter 81 - Aksi Leon kepergok
83 Chapter 82 - Leon mengenalkan Ivanka sebagai istrinya
84 Chapter 83 - Kekesalan Frea
85 Chapter 84 - Ungkapan cinta Tama
86 Chapter 85 - Wanita misterius
87 Chapter 86 - Sedikit pelajaran buat wanita genit
88 Chapter 87 - Kedatangan Adam
89 Chapter 88 - Perasaan yang salah
90 Chapter 89 - Rencana gila Ivanka
91 Chapter 90 - Ciuman pertama Frea
92 Chapter 91 - Cemburu Frea
93 Chapter 92 - Reaksi Tama
94 Chapter 93 - Ungkapan cinta Leon
95 Chapter 94 - Surprise pasangan
96 Chapter 95 - Calon mertua??
97 Bab 96 - Promosi Camer
98 Chapter 97 - Semakin gencar
99 Chapter 98 - Bertemu Stella
100 Chapter 99 - Bertemu William dan Arka
101 Chapter 100 - Frea sakit
102 Chapter 101 - Feeling Tama
103 Chapter 102 - menyembunyikan sakitnya
104 Chapter 103 - Adam dan Dina
105 Chapter 104 - kesedihan Leon
106 Chapter 105 - Honeymoon 1
107 Chapter 106 - Honeymoon 2
108 Chapter 107 - Keputusan Frea
109 Chapter 108 - Keterbukaan Ivanka
110 Chapter 109 - Sebuah kebenaran terungkap
111 Chapter 110 - Akhirnya luluh
112 Chapter 111 - pendekatan awal
113 Chapter 112 - Masih awal pendekatan
114 Chapter 113 - Obat Lelah Leon
115 Chapter 114 - Sebuah Kejutan untuk Adrian
116 Chapter 115 - Tama yang sok ganteng
117 Chapter 116 - Kedatangan Papi Frea
118 Chapter 117 - Ketakutan Tama
119 Chapter 118 - Kabar gembira
120 Chapter 119 - Curhatan Adam
121 Chapter 120 - Ngidam Shakila
122 Chapter 121 - Pemeriksaan hamil pertama Shakila
123 Chapter 122 - Kesamaan Tama & monyet
124 Chapter 123 - Kencan Adam 1
125 Chapter 124 - Gagal kencan
126 Chapter 125 - Sambel petai
127 Chapter 126 - Semakin konyol
128 Chapter 127 - Kedatangan tamu
129 Chapter 128 - Tertangkap basah bareng mantan
130 Chapter 129 - Bertemu mantan
131 Chapter 130 -Kehadiran Leon yang tiba-tiba
132 Chapter 131 - Ujian Tama
133 Chapter 132 - Burung vs Ayam impas
134 Chapter 133 - Lamaran Tama
135 Chapter 134 - Adam yang sombong
136 Chapter 135 - Terjebak di lift
137 Chapter 136 - Kebaikan atau kesempatan?
138 Chapter 137 - Mulai berani
139 Chapter 138 - Akhirnya ...
140 Chapter 139 - Arti sahabat
141 Chapter 140 - Tobat Adam
142 Chapter 141- Keluarga Tama
143 Chapter 142 - keluarga Tama
144 Chapter 143 - Kepanikan berlebihan
145 Chapter 144 - Permintaan maaf ala Adrian
146 Chapter 145 - Sebuah kisah masa lalu
147 Chapter 146 - Selalu mesum
148 Chapter 147 - Bu Juju cenayang
149 Chapter 148 - Tama menikah
150 Chapter 149 - Malam Pertama yang gagal
151 Chapter 150 - Tertangkap basah
152 Chapter 151 - Derita Tama
153 Chapter 152 - akhirnya
154 Chapter 153 - Tamu untuk Frea
155 Chapter 154 - Tamu untuk Frea
156 Chapter 155 - Adam dan Dina lagi
157 Chapter 156 - Ujian
158 Chapter 157 - Ujian lulus
159 Chapter 158 - Kebanggaan Adam
160 Chapter 159 - Meminta restu
161 Chapter 160 - Obat tidur Leon
162 Chapter 161 - Pertandingan Leon dan Tama
163 Chapter 162 - Keseriusan
164 Chapter 163 - Keputusan akhir
165 Chapter 164 - Si Tukang sayur
166 Chapter 165 - Babymoon
167 Chapter 166- Babymoon
168 Chapter 167 - Pertemuan dengan dia
169 Chapter 168 - Babak akhir babymoon
170 Chapter 169 - Curahatan hati Dina
171 Chapter 170 - Lamaran Adam
172 Chapter 171 - Lamaran Adam
173 Chapter 172 - Bisa salah paham
174 Chapter 173 - Pancake buatan Frea
175 Chapter 174
176 Chapter 175
177 Chapter 176
178 Chapter 177
179 Chapter 178
180 Chapter 179
181 Chapter 180
182 Chapter 181
Episodes

Updated 182 Episodes

1
Chapter 1 - Hari yang paling menyedihkan
2
Chapter 2 - Memulai hari yang baru
3
Chapter 3 - Malam panjang Leon
4
Chapter 4 - Ketakutan dan trauma Ivanka
5
Chapter 5 - Mulai ada getaran
6
Chapter 6 - Getaran hati
7
Chapter 7 - Membuatmu hampir celaka
8
Chapter 8 - Maafkan Aku Ivanka
9
Chapter 9 - Kecewa denganmu
10
Chapter 10 - Merasa hina
11
Chapter 11 - Kesedihanku
12
Chapter 12 - Mencarimu
13
Chapter 13 - Terus mencari
14
Chapter 14 - Menemukanmu
15
Chapter 15 - Perasaan apa ini?
16
chapter 16 - Sepi tanpamu
17
Chapter 17 - Melepaskanmu 1
18
Chapter 18 - Melepaskanmu 2
19
Chapter 19 - Leon kumat
20
Chapter 20 - Larut dalam perasaan masing-masing
21
Chapter 21 - Tamu khusus
22
Chapter 22 - Mengkhawatirkanmu
23
Chapter 23 - Hamil???
24
Chapter 24 - Memintamu untuk memilih
25
Chapter 25 - Pisang makan pisang?
26
Chapter 26 - Pilihan yang sulit
27
chapter 27 - Adrian panik lagi
28
Chapter 28 - Menghubungimu
29
Chapter 29 - Menemuimu
30
Chapter 30 - Kejujuran yang menyakitkan
31
Chapter 31 - Adrian frustasi
32
Chapter 32 - Tama yang suka drama
33
Chapter 33 - Leon dan Tama
34
chapter 34 - Rencana Adrian
35
chapter 35 - Kedatangan Frea
36
Chapter 36 - Ivanka vs Frea
37
Chapter 37 - Frea vs Tama
38
Chapter 38 - Tama yang menang banyak
39
Chapter 39 - Sebuah kisah sedih di balik hari bahagia
40
Chapter 40 - Bahagiamu adalah tangisku
41
Chapter 41 - Menikmati malam bersamamu
42
Chapter 42 - Salah paham
43
Chapter 43 - Gaya pengantin baru menyelesaikan masalah
44
Chapter 44 - Belajar memahami
45
Chapter 45 - Adrian yang mulai ragu
46
Chapter 46 - Salah Lagi
47
Chapter 47 - Berdamai
48
Chapter 48 - Ivanka masih penasaran
49
Chapter 49- Leon yang mau berubah
50
Chapter 50 - Pernikahan Adrian
51
Chapter 51 - Challenge keberkahan
52
Chapter 52 - Kenyataan yang menyakitkan buat Shakila
53
Chapter 53 - Mulai tergoda
54
Chapter 54 - Hampir Khilaf
55
Chapter 55 - Tindakan tegas Adrian
56
Chapter 56 - Pertemuan dengan Clara
57
Chapter 57 - Salah paham lagi dan lagi
58
Chapter 58 - Kembali lagi
59
Chapter 59 - Dinner ala Adrian
60
Chapter 60 - Malam panjang Adrian
61
Chapter 61 - Sapu ijuk dan pantat Tama
62
Chapter 62 - Kekuatiran dan doa Leon
63
Chapter 63 - Kesedihan Leon
64
Chapter 64 - Awal perjuangan Tama
65
Chapter 65 - Pertemuan tanpa di sengaja 1
66
Chapter 66 - pertemuan tanpa di sengaja 2
67
Chapter 67 - Berhutang penjelasan
68
Chapter 68 - Sikap manis Leon
69
Chapter 69 - Menjemput Frea
70
Chapter 70 - Bertemu Frea lagi
71
Chapter 71 - Kecurigaan Leon
72
Chapter 72 - Menjemput Shakila
73
Chapter 73 - Intrograsi Tama
74
Chapter 74 - Bertemu ibu kandung
75
Chapter 75 - Kekuatiran Leon
76
Chapter 76 - Berdamai karena keadaan
77
Chapter 77 - Pendekatan Tama
78
Chapter 78 - Cemburu Adrian
79
Visual
80
Chapter 79 - Surat curahan hati Adrian
81
Chapter 80 - Balas dendam Shakila
82
Chapter 81 - Aksi Leon kepergok
83
Chapter 82 - Leon mengenalkan Ivanka sebagai istrinya
84
Chapter 83 - Kekesalan Frea
85
Chapter 84 - Ungkapan cinta Tama
86
Chapter 85 - Wanita misterius
87
Chapter 86 - Sedikit pelajaran buat wanita genit
88
Chapter 87 - Kedatangan Adam
89
Chapter 88 - Perasaan yang salah
90
Chapter 89 - Rencana gila Ivanka
91
Chapter 90 - Ciuman pertama Frea
92
Chapter 91 - Cemburu Frea
93
Chapter 92 - Reaksi Tama
94
Chapter 93 - Ungkapan cinta Leon
95
Chapter 94 - Surprise pasangan
96
Chapter 95 - Calon mertua??
97
Bab 96 - Promosi Camer
98
Chapter 97 - Semakin gencar
99
Chapter 98 - Bertemu Stella
100
Chapter 99 - Bertemu William dan Arka
101
Chapter 100 - Frea sakit
102
Chapter 101 - Feeling Tama
103
Chapter 102 - menyembunyikan sakitnya
104
Chapter 103 - Adam dan Dina
105
Chapter 104 - kesedihan Leon
106
Chapter 105 - Honeymoon 1
107
Chapter 106 - Honeymoon 2
108
Chapter 107 - Keputusan Frea
109
Chapter 108 - Keterbukaan Ivanka
110
Chapter 109 - Sebuah kebenaran terungkap
111
Chapter 110 - Akhirnya luluh
112
Chapter 111 - pendekatan awal
113
Chapter 112 - Masih awal pendekatan
114
Chapter 113 - Obat Lelah Leon
115
Chapter 114 - Sebuah Kejutan untuk Adrian
116
Chapter 115 - Tama yang sok ganteng
117
Chapter 116 - Kedatangan Papi Frea
118
Chapter 117 - Ketakutan Tama
119
Chapter 118 - Kabar gembira
120
Chapter 119 - Curhatan Adam
121
Chapter 120 - Ngidam Shakila
122
Chapter 121 - Pemeriksaan hamil pertama Shakila
123
Chapter 122 - Kesamaan Tama & monyet
124
Chapter 123 - Kencan Adam 1
125
Chapter 124 - Gagal kencan
126
Chapter 125 - Sambel petai
127
Chapter 126 - Semakin konyol
128
Chapter 127 - Kedatangan tamu
129
Chapter 128 - Tertangkap basah bareng mantan
130
Chapter 129 - Bertemu mantan
131
Chapter 130 -Kehadiran Leon yang tiba-tiba
132
Chapter 131 - Ujian Tama
133
Chapter 132 - Burung vs Ayam impas
134
Chapter 133 - Lamaran Tama
135
Chapter 134 - Adam yang sombong
136
Chapter 135 - Terjebak di lift
137
Chapter 136 - Kebaikan atau kesempatan?
138
Chapter 137 - Mulai berani
139
Chapter 138 - Akhirnya ...
140
Chapter 139 - Arti sahabat
141
Chapter 140 - Tobat Adam
142
Chapter 141- Keluarga Tama
143
Chapter 142 - keluarga Tama
144
Chapter 143 - Kepanikan berlebihan
145
Chapter 144 - Permintaan maaf ala Adrian
146
Chapter 145 - Sebuah kisah masa lalu
147
Chapter 146 - Selalu mesum
148
Chapter 147 - Bu Juju cenayang
149
Chapter 148 - Tama menikah
150
Chapter 149 - Malam Pertama yang gagal
151
Chapter 150 - Tertangkap basah
152
Chapter 151 - Derita Tama
153
Chapter 152 - akhirnya
154
Chapter 153 - Tamu untuk Frea
155
Chapter 154 - Tamu untuk Frea
156
Chapter 155 - Adam dan Dina lagi
157
Chapter 156 - Ujian
158
Chapter 157 - Ujian lulus
159
Chapter 158 - Kebanggaan Adam
160
Chapter 159 - Meminta restu
161
Chapter 160 - Obat tidur Leon
162
Chapter 161 - Pertandingan Leon dan Tama
163
Chapter 162 - Keseriusan
164
Chapter 163 - Keputusan akhir
165
Chapter 164 - Si Tukang sayur
166
Chapter 165 - Babymoon
167
Chapter 166- Babymoon
168
Chapter 167 - Pertemuan dengan dia
169
Chapter 168 - Babak akhir babymoon
170
Chapter 169 - Curahatan hati Dina
171
Chapter 170 - Lamaran Adam
172
Chapter 171 - Lamaran Adam
173
Chapter 172 - Bisa salah paham
174
Chapter 173 - Pancake buatan Frea
175
Chapter 174
176
Chapter 175
177
Chapter 176
178
Chapter 177
179
Chapter 178
180
Chapter 179
181
Chapter 180
182
Chapter 181

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!