ch 5. SEPARUH NAFAS KU PERGI

"Astaghfirullah"

Bik Parni terkejut saat melihat Meli melintasi dapur, saat Meli akan kembali ke kamarnya.

"Neng....., aduh Nenggg. Saya kira Nyonya Retno tadi. Duh Neng, baju Nyonya jangan dipakai, nanti Nyonya marahhhhh...."

Bik Parni menghampiri Meli dan langsung menarik tangan Meli menuju ke kamarnya.

"Maaf Bik, saya pakai baju ini juga tidak nyaman. Tetapi, saya disuruh nyonya Bik,"

"Hah? nyonya nyuruh kamu pakai bajunya?"

Mulut bik Parni menganga saking tak percayanya dengan apa yang baru saja dikatakan Meli.

"Iya Bik. Tadi, saya ke kamar Nyonya. Terus, Nyonya menyuruh saya pakai baju ini."

"Kamu gak bohong kan Neng? kamu bisa di pecat loh, kalau ketahuan."

"Saya berani sumpah Bik."

Meli berusaha meyakinkan Bik Parni.

Masih dengan tatapan tak percaya, Bik Parni berusaha mempercayai Meli.

"Tapi, kalau ada apa-apa, Bibik gak mau tau ya," Ancam Bik Parni.

"Iya Bik, aku buka dulu bajunya ya"

Bik Parni pun berlalu meninggalkan Meli yang akan mengganti bajunya.

.

.

.

"Malam sayang, apa kabarmu hari ini?"

Aris yang baru saja pulang dari kantor, langsung menemui Retno yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.

Aris mengecup kening dan juga buku-buku tangan istrinya itu.

"Mas, aku ingin dipeluk."

Pinta Retno dengan tatapan memohon.

"Sebentar ya, aku mandi dulu. Bau ini.. Nanti setelah mandi, aku peluk dan tak akan ku lepaskan lagi deh." Ucap Aris. sambil tersenyum kepada Retno.

"Aku maunya sekarang, biar aku cium baunya dan akan aku bawa sampai aku mati."

Aris terdiam mendengar kata-kata Retno.

"Kamu jangan ngawur ah sayang."

Dengan seketika raut wajah Aris menjadi sedih. Retno tersenyum, lalu merentangkan kedua tangannya.

"Ya sudah, kalau begitu peluk aku sekarang." Pinta Retno dengan wajah memelas.

Aris menghela napas dengan berat. Lalu, merebahkan dirinya disamping Retno dan memeluk wanita yang sudah tujuh tahun mendampingi dirinya itu.

"Mas, Mas janji ya, akan menuruti semua keinginanku."

"Iya," Jawab Aris dengan suara yang tercekat.

"Walaupun aku sudah tiada, aku mohon tepatilah janjimu yang akan selalu menuruti permintaanku." Ucap Retno lagi.

"Sayang, aku tidak mau mendengar kamu mengucapkan kata-kata "kalau sudah kamu tiada"." Tegas Aris.

"Ya sudah, kalau begitu aku mau tidur dipelukanmu."

Retno meringkuk di pelukan Aris. Badannya yang mungil, tenggelam dalam pelukan Aris dan tertidur dengan damai.

.

.

.

.

Aris terbangun dari tidurnya, saat ia merasa lengan kanannya yang dijadikan bantalan oleh Retno terasa mati rasa.

"Tidak biasanya Retno seberat ini." Gumamnya.

Lalu, Aris menggeser lengannya dengan perlahan. Tetapi, saat itu juga dirinya mulai menyadari bahwa Retno terlihat lebih pucat dari pada biasanya.

Merasa khawatir, Aris langsung duduk di atas ranjang dan memperhatikan istrinya yang tampak tertidur dengan pulas.

Dengan ragu ia mendekatkan tangannya ke lubang hidung istrinya. Semakin dekat tangannya, semakin ia gemetar. Hingga akhirnya tangannya menyentuh lubang hidung Retno. Mendadak napas Aris terasa sesak.

"TIDAKKKKKKKKKKKKKKKKKK...! tidakkk, tidak.., tidak.., jangan tinggalkan aku Retno...! Jangannn....!" Teriaknya sambil menangis pilu.

Di dapur, Meli, Kang Jaja dan Bik Parni yang mendengar teriakan histeris Aris yang begitu memilukan pun terperanjat.

"Ada apa ya Bik?" Tanya Meli.

"Ayo kita kesana..!" Seru Bik Parni.

Mereka pun langsung berlarian menghampiri kamar majikannya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Tanpa mengetuk pintu sebelumnya, Meli langsung membuka daun pintu kamar majikannya itu. Dan ia pun, melihat pemandangan yang membuat siapa saja akan meneteskan air mata.

Retno sudah terbujur kaku, entah sejak kapan dirinya pergi. Yang jelas, Retno pergi dalam senyap, tidak ada satupun yang tau saat dirinya meregang nyawa. Bahkan Aris yang tertidur disampingnya pun, tidak menyadari kepergian Retno.

Retno hanya tertidur, lalu tidak akan pernah terbangun kembali.

Semua yang berada di sana sangat terpukul. Terutama Meli yang beberapa bulan ini selalu di samping Retno. Meli yang merasa sangat diperlakukan baik oleh Retno, merasakan duka yang mendalam. Meli tidak bisa membendung air matanya.

Sedangkan Aris terus menerus mengguncang tubuh istrinya agar Retno terbangun. Dalam dukanya, Aris berharap ini semua hanya mimpi.

.........

Pemakaman baru saja dilakukan pada pagi hari ini. Aris masih tertegun dan memegangi nisan istrinya. Dirinya masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

Dibalik kaca mata hitamnya, air mata Aris terus mengalir deras. Sedangkan Meli, Bik Parni dan Kang Jaja berdiri di belakangnya.

Para pelayat dan pengantar jenazah satu persatu membubarkan diri. Cukup lama Aris berdiam diri di samping makam istrinya. Seakan-akan ia tidak ingin meninggalkan Retno sendirian disana. Setelah di bujuk Bik Parni, akhirnya Aris mau untuk pulang kerumah.

Begitu sampai di rumah, Aris langsung masuk kedalam kamar dan tenggelam bersama kenangannya tentang Retno. Terdengar hingga keluar kamar, tangisan dan ratapan Aris untuk Retno. Tentu saja hal itu membuat Bik Parni, Kang Jaja dan Meli, menjadi semakin berduka.

........

Seminggu sudah, Retno meninggalkan orang-orang yang mencintainya. Aris masih sangat berduka. Hingga sudah seminggu juga dirinya jarang keluar dari kamar dan tidak pergi kekantornya.

"Bik apa Tuan baik-baik saja ya?" Tanya Meli dengan cemas.

"Yah, berdoa saja Neng semoga Tuan baik-baik saja." Jawab bik Parni dengan wajah yang masih bersedih.

"Bik, ada kemungkinan saya tidak bekerja lagi di sini. Karena Nyonya sudah meninggal, padahal saya sudah sangat nyaman disini."

Meli tertunduk sedih. Bik Parni pun langsung memeluk dan mengusap punggung Meli. Mereka berdua pun kembali tenggelam didalam duka.

........

"Halo.. Pak Aris,"

"Ya, " Jawab Aris dengan suaranya yang terdengar berat.

"Saya mau kerumah, ingin membahas tentang wasiat dari Ibu Retno."

"Wasiat?" Aris memastikan lagi apa yang baru saja dia dengar.

"Iya Pak, wasiat. Sebelum Ibu Retno meninggal dunia, dirinya pernah meminta saya untuk datang ke rumah dan membuat surat wasiat yang disaksikan dan di kuasakan kepada saya untuk mengurusnya ke Notaris."

Terang Pak Sukoco lewat sambungan telepon.

Aris hanya terdiam mendengar penjelasan Pak Sukoco.

"Halo Pak, apa Bapak masih mendengarkan saya?"

"I-iya," Jawab Aris, dengan terbata.

"Apa Bapak ada dirumah?"

"Ya, saya di rumah."

"Ok, satu jam lagi saya sampai dirumah Bapak, bersama dengan Notaris. Tetapi, saya ingin memastikan satu hal."

"Satu hal? Apa itu?" Tanya Aris penasaran.

"Pastikan ada saudari Meli di sana, saat Notaris membacakan surat wasiat dari Bu Retno."

Aris semakin tidak mengerti dengan yang baru saja dia dengar.

"Untuk apa ada dia?" Tanya Aris lagi.

"Karena ada hal yang menyangkut dirinya, nanti Bapak akan mengerti. Sampai jumpa satu jam lagi. Maaf saya tutup dulu, karena ini saya lagi berada dijalan."

"Ok,"

Aris mengakhiri telepon dari pak Sukoco.

Dirinya masih penasaran, apa hubungannya Meli dengan surat wasiat Retno.

Aris pun, keluar dari kamarnya dan langsung berjalan menuju ke dapur.

Saat dirinya tiba di dapur, ia tidak mendapati seorangpun yang berada di sana.

Aris memanggil Bik Parni, tetapi tidak ada sahutan dari Bik Parni. Lalu, ia menuju pintu belakang tepat disebelah kamar mandi pembantu. Tiba-tiba matanya beradu pandang dengan Meli yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuh meli hanya berbalut handuk, sedangkan pundak dan sekitar atas dadanya terbuka dengan bebas.

Hampir saja Meli menjerit. Tetapi, setelah menyadari lelaki itu adalah majikannya, Meli hanya tertunduk dan berusaha menutupi bagian atas tubuhnya.

Aris pun, langsung membuang pandangannya.

"Satu jam lagi ke ruang tamu." Ucapnya tanpa melihat Meli.

"I-i- iya Tuan," Jawab Meli dengan terbata-bata.

Mendengar jawaban Meli, Aris langsung meninggalkan Meli dan kembali menuju kamarnya.

Aris terus menerus memperhatikan jam tangannya yang seakan-akan malas bergerak. Sejak dari tadi ia duduk dengan gelisah di ruang tamu, menunggu Pengacara dan Notaris yang berjanji akan datang ke rumahnya.

Aris melirik Meli yang baru saja muncul dari arah dapur dan berjalan menghampirinya.

"Saya Tuan, ada apa Tuan?" Tanya Meli.

Meli merasa dirinya akan diberhentikan oleh Aris. Maka itu, Meli sudah menyiapkan dirinya untuk kembali ke yayasan.

"Duduk." Perintah Aris.

Meli pun, mengangguk dan duduk di seberang Aris.

Lalu, hening.

Terpopuler

Comments

Aska

Aska

nyesek banget didada 😭😭😭😭

2022-12-05

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

suka ceritaya ngak bertele tele ..cepat padat mudah dimengerti.......

2021-08-24

2

Kadek Diah

Kadek Diah

selalu suka sama tulisan"nya author mah keren,,nggk berbelit"👍👍

2021-03-10

1

lihat semua
Episodes
1 ch 1. LEUKEMIA
2 ch 2. GADIS ITU BERNAMA MELI
3 ch 3. ISTRIKU SIBUK DENGAN TEMAN BARUNYA
4 ch 4. PERTEMUAN RAHASIA
5 ch 5. SEPARUH NAFAS KU PERGI
6 ch 6. Wasiat dan sepucuk surat
7 ch 7. Apa istimewanya?
8 ch 8. Menikahlah Denganku
9 ch 9. Perjalanan Yang Menyenangkan
10 ch 10. Mendadak melamar
11 ch 11. Bapak, Ibu maafkan Meli
12 ch 12. Sah..!!!
13 ch 13. Kamu bukan pembantu
14 ch 14. Aku mulai memperhatikan kamu
15 ch 15. Ajakan Frans
16 ch 16. Salah paham
17 ch 17. Hepi Besdey Neng Meli
18 ch 18. Bertengkar lagi
19 ch 19. Meli itu istri saya..!
20 ch 20. Hati Jaja tuh sakit...!
21 Ch 21. Aku di bully
22 ch 22. Om Om keren dong..
23 ch 23. Ok gugel
24 Ch 24. Bulan madu
25 Pengumuman
26 Ch 25. Alisya
27 Ch 26. Rencana Alisya
28 Ch 27. Ini lah Firasat itu
29 Ch 28. Aku tidak seperti itu..!
30 Ch 29. Sementara sebagai saksi
31 Ch 30. Rekayasa Alisya
32 Ch 31. Meli, kembalilah...!
33 Ch 32. Mau cari ribut
34 ch 33. Tidak bersalah
35 Ch 34. Damai
36 Ch 35. Rencana apa lagi?
37 Ch 36. Meli, kamu dimana?
38 Ch 37. Pesan dari Meli
39 Ch 38. Jadilah wasit..!
40 Ch 39. Jangan pernah pergi dari ku!
41 Ch 40. Hamil?
42 pengumuman
43 Ch 41. Hamil
44 Ch 42. Teh.. Tolong saya..!
45 Ch 43. Sepucuk surat dari album foto
46 Ch 44. Tragedi
47 Ch 45. Ar dan Re
48 Ch 46. wil yu meri mi?
49 Ch 47. Untuk mu yang tersayang
50 ch 48. Arya Pratama
51 Ch 49. Pernikahan Bik Parni dan Kang Jaja
52 Ch 50. Kegelisahan Alisya
53 Ch 51. Pertemuan dengan nya.
54 Ch 52. Om mirip Ayah
55 Ch 53. Janji ya Om..?
56 ch 54. Cieeeeee...!
57 Ch 55. Foto keluarga
58 Ch 56. Berikan aku nomor ponsel mu..
59 Ch 57. Pulang
60 Ch 58. Blokir
61 Ch 59. Ingatan masa lalu
62 Ch 60. Jakarta
63 Ch 61. Bantu aku mengingat masa lalu
64 Ch 62. Kesempatan
65 Ch 63. Cerita ku
66 Ch 64. Penyesalan Frans
67 ch 65. Cerita Arya
68 Ch 66. Cerita Arya (2)
69 ch 67. Tes DNA
70 Ch 68. Peluk dan Maaf
71 Ch 69. Sok Tahu
72 Ch 70. Mess with me, i'll fight back..!
73 Ch 71. Kembali nya ingatan Aris
74 Ch 72. Haru
75 Ch 73. Ancaman Meli
76 Ch 74. Jasad lelaki itu
77 Ch 75. Nostalgia
78 Ch 76. 99,99%
79 Ch 77. Pernikahan
80 Ch 78. Permintaan maaf
81 Ch 79. Perjalanan ke Bandung
82 Ch 80. Elis
83 Ch 81. Terimakasih Ayah dan Bunda
84 Ch 82. End (Fathan & Nathan)
85 Terimakasih
Episodes

Updated 85 Episodes

1
ch 1. LEUKEMIA
2
ch 2. GADIS ITU BERNAMA MELI
3
ch 3. ISTRIKU SIBUK DENGAN TEMAN BARUNYA
4
ch 4. PERTEMUAN RAHASIA
5
ch 5. SEPARUH NAFAS KU PERGI
6
ch 6. Wasiat dan sepucuk surat
7
ch 7. Apa istimewanya?
8
ch 8. Menikahlah Denganku
9
ch 9. Perjalanan Yang Menyenangkan
10
ch 10. Mendadak melamar
11
ch 11. Bapak, Ibu maafkan Meli
12
ch 12. Sah..!!!
13
ch 13. Kamu bukan pembantu
14
ch 14. Aku mulai memperhatikan kamu
15
ch 15. Ajakan Frans
16
ch 16. Salah paham
17
ch 17. Hepi Besdey Neng Meli
18
ch 18. Bertengkar lagi
19
ch 19. Meli itu istri saya..!
20
ch 20. Hati Jaja tuh sakit...!
21
Ch 21. Aku di bully
22
ch 22. Om Om keren dong..
23
ch 23. Ok gugel
24
Ch 24. Bulan madu
25
Pengumuman
26
Ch 25. Alisya
27
Ch 26. Rencana Alisya
28
Ch 27. Ini lah Firasat itu
29
Ch 28. Aku tidak seperti itu..!
30
Ch 29. Sementara sebagai saksi
31
Ch 30. Rekayasa Alisya
32
Ch 31. Meli, kembalilah...!
33
Ch 32. Mau cari ribut
34
ch 33. Tidak bersalah
35
Ch 34. Damai
36
Ch 35. Rencana apa lagi?
37
Ch 36. Meli, kamu dimana?
38
Ch 37. Pesan dari Meli
39
Ch 38. Jadilah wasit..!
40
Ch 39. Jangan pernah pergi dari ku!
41
Ch 40. Hamil?
42
pengumuman
43
Ch 41. Hamil
44
Ch 42. Teh.. Tolong saya..!
45
Ch 43. Sepucuk surat dari album foto
46
Ch 44. Tragedi
47
Ch 45. Ar dan Re
48
Ch 46. wil yu meri mi?
49
Ch 47. Untuk mu yang tersayang
50
ch 48. Arya Pratama
51
Ch 49. Pernikahan Bik Parni dan Kang Jaja
52
Ch 50. Kegelisahan Alisya
53
Ch 51. Pertemuan dengan nya.
54
Ch 52. Om mirip Ayah
55
Ch 53. Janji ya Om..?
56
ch 54. Cieeeeee...!
57
Ch 55. Foto keluarga
58
Ch 56. Berikan aku nomor ponsel mu..
59
Ch 57. Pulang
60
Ch 58. Blokir
61
Ch 59. Ingatan masa lalu
62
Ch 60. Jakarta
63
Ch 61. Bantu aku mengingat masa lalu
64
Ch 62. Kesempatan
65
Ch 63. Cerita ku
66
Ch 64. Penyesalan Frans
67
ch 65. Cerita Arya
68
Ch 66. Cerita Arya (2)
69
ch 67. Tes DNA
70
Ch 68. Peluk dan Maaf
71
Ch 69. Sok Tahu
72
Ch 70. Mess with me, i'll fight back..!
73
Ch 71. Kembali nya ingatan Aris
74
Ch 72. Haru
75
Ch 73. Ancaman Meli
76
Ch 74. Jasad lelaki itu
77
Ch 75. Nostalgia
78
Ch 76. 99,99%
79
Ch 77. Pernikahan
80
Ch 78. Permintaan maaf
81
Ch 79. Perjalanan ke Bandung
82
Ch 80. Elis
83
Ch 81. Terimakasih Ayah dan Bunda
84
Ch 82. End (Fathan & Nathan)
85
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!