ch 4. PERTEMUAN RAHASIA

Meli baru saja pulang dari kantor pos, ia membawa alat-alat rajut dan benang wol yang berwarna-warni. Dengan bersemangat, dirinya langsung menuju kamar Retno. Lalu, ia mengetuk pelan pintu kamar Retno.

Pintu kamar pun terbuka dengan perlahan. Dengan bersemangat Meli ingin memamerkan apa yang sedang dia bawa. Seketika ia langsung mengurungkan niatnya, saat melihat sosok lelaki yang berdiri di ambang pintu kamar itu.

"Ada apa?"

Tanya Aris dengan sorot mata yang dingin.

"A-anu Tuan, maaf, saya kira Tuan sudah berangkat. Saya mohon maaf Tuan, saya permisi dulu."

Meli membalikkan badannya sambil menundukkan kepalanya.

"Meli ya sayang? suruh dia masuk,"

Terdengar suara Retno dari dalam kamar.

"Eh, sini. Di panggil Nyonya." Ucap Aris.

Meli menghentikan langkahnya dan kembali kedepan kamar Tuan nya itu.

Aris membuka pintu lebih lebar, hingga terlihat Retno yang sedang duduk di atas ranjang.

Meli menatap Retno yang memanggil dirinya dengan melambaikan tangan.

Lalu, Aris memiringkan badannya agar Meli bisa masuk kedalam kamar.

Retno menyambut Meli dengan antusias, lalu Meli memamerkan seperangkat alat merajut dan benang wol yang ia beli di toko tak jauh dari kantor pos.

Retno terlihat senang sekali, Lalu Meli mulai mengajarkan Retno untuk merajut. Senyuman terus mengembang di bibir Retno.

Dalam sebulan ini, Retno tampak lebih bahagia dari pada sebelumnya. Hingga Aris pun merasa di abaikan karena Retno selalu antusias saat bersama Meli. Tetapi, dirinya juga bahagia melihat Retno lebih semangat dengan menjalani hari-harinya.

Aris dan Retno belum memiliki anak, wajar saja Retno selalu merasakan kesepian bila dirumah. Apalagi kondisinya yang semakin lemah, sudah bisa dipastikan bahwa Retno tidak bisa untuk Aris bawa jalan-jalan seperti awal-awal mereka menikah dulu.

Aris menatap gadis sederhana yang duduk disamping istrinya. Dengan senyuman polos dan sorot mata yang bersemangat, gadis itu mengajarkan Retno merajut dengan sabar. Aris bersyukur sekali akan hadir nya Meli di rumah nya. Kalau bukan karena Meli, mungkin saat ini Retno tidak pernah seceria itu.

...

Dua bulan berlalu semenjak Meli bekerja dirumah itu. Siang itu tampak Retno sedang tertidur dengan wajah yang pucat. Kondisi Retno semakin melemah, tetapi berkali-kali juga dirinya menentang untuk dirawat dirumah sakit. Dengan alasan dirinya lebih nyaman dirumah sendiri.

Meli membetulkan selimut Retno, lalu menggenggam tangan Retno.

"Nyah.. cepat sehat ya, Meli bahagia kalau liat nyonya sehat. Kalau Nyonya begini, Meli ikut sedih Nyah."

Meli menangis melihat kondisi Retno yang terlihat tak berdaya. Lalu, Meli beranjak meninggalkan Retno yang sedang tertidur.

Setelah Meli keluar dari kamarnya, Retno membuka mata. Ia memandang pintu kamar yang baru saja Meli tutup. Air mata mulai mengalir disudut matanya yang sayu.

"Kamu wanita baik, aku akan pastikan yang terbaik untukmu." Gumam Retno.

.

Pagi ini setelah Aris berangkat kerja, Retno menghubungi seseorang. Retno meminta orang tersebut untuk datang kerumahnya.

Setelah orang tersebut datang, Retno pun berpesan kepada siapapun untuk tidak mengganggu pertemuannya dengan seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar Retno, tidak terkecuali Meli.

"Bik, Nyonya Retno ketemu sama siapa ya?" Tanya Meli kepada Bik Parni.

"Gak tau Neng," Jawab Bik Parni yang sedang memotong sayuran.

"Halooooo... bidadarinya Kang Jaja,"

Jaja yang baru datang dari pintu belakang langsung menggoda Meli. Pagi itu Jaja sudah terlihat keren dengan kemeja barunya dan celana jeans ala Elvis Presley.

"Apa sih kang Jaja," Meli tersenyum geli saat melihat gaya Jaja yang bersender di ambang pintu belakang.

"Duh Neng, ampunnnn ampunnn nih ya.. senyumnya Neng bikin kang Jaja kepengen megang buku,"

"Buku? kok gitu?" Wajah Meli terlihat bingung.

"Iya Neng, buku nikah." Ucap Jaja sambil menggigit kerah kemejanya. Meli pun tersenyum malu mendengar gombalan Jaja.

"Walahhhh Jaja, mimpi mu ketinggian."

Bik Parni melempar sampah sayur ke arah Jaja. Lagi-lagi Meli tersenyum geli melihat tingkah Jaja dan Bik Parni.

"Sirik saja nih si Bibik. Lihat tuh, si Eneng geulis saja senyum-senyum, tandanya dia suka sama Jaja,"

Mendengar celotehan Jaja, Bik Parni menjadi kesal, lalu ia meraih baskom pelastik dan melemparkannya ke arah Jaja.

"Udah sana kerja, jangan menghayal saja kerjaan mu Ja...! Itu sampah belum kamu angkatin..!" Ucap bik Parni, kesal.

"Sudah keren-keren begini, kok di suruh angkatin sampah..! dasar Bik Parni si Ratu tega." Keluh Jaja.

Meli menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tingkah Bik Parni dan Kang Jaja yang tidak pernah akur.

.......

"Ibu yakin dengan semua yang tertulis di surat ini?" Tanya Bapak Sukoco selaku pengacara Retno.

"Iya." Jawab Retno dengan lemah.

"Tidak ada yang ingin Ibu ubah lagi?"

Pak Sukoco mencoba meyakinkan Retno. Retno pun, menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Oh iya Pak, tolong serahkan surat ini untuk suami saya, bila saya sudah meninggal nanti."

Retno menyerahkan sepucuk surat kepada Pak Sukoco, dengan ragu Pak Sukoco menerima surat itu.

"Baik Bu,"

Ucap Pak Sukoco sambil menahan tangisnya.

"Terima kasih Pak, selama ini sudah membantu dan setia kepada keluarga saya."

Retno tersenyum lemah kepada Bapak Sukoco. Pak Sukoco hanya bisa mengangguk, lalu berpamitan kepada Retno.

"Pak, jangan bilang sama suami saya masalah pertemuan kita ini."

Retno mencoba mengingatkan Pak Sukoco.

"Baik Bu." Jawabnya, lalu ia pun beranjak pergi.

Setelah Bapak Sukoco pergi, Meli langsung beranjak ke kamar Retno. Retno pun, menyambut Meli dengan senyuman khasnya.

"Maaf, nyonya butuh ditemani?" Tanya Meli.

"Sini duduk sini,"

Retno menyuruh Meli untuk duduk di pinggir ranjang seperti biasanya.

Dengan ragu, Meli menghampiri Retno dan duduk di tepi ranjang.

Retno pun mulai bertanya-tanya tentang Meli lagi. Setelah beberapa saat memandang wajah cantik dan lugu Meli.

"Kamu pernah pacaran?" Mendengar pertanyaan Retno, Meli terlihat salah tingkah.

"Belum Nyah, saya takut pacaran." Jawab Meli dengan ekspresinya yang lugu.

"Kenapa?" Tanya Retno penasaran.

"Siapa yang mau sama saya, gadis miskin dan tidak cantik."

Mendengar jawaban Meli, Retno langsung tersenyum.

"Kamu cantik dan pintar kok, sini bantu saya bangun,"

Meli pun membantu Retno untuk bangun dari tidurnya dan memapah Retno menuju lemari besar di sisi kiri kamar itu atas permintaan Retno.

"Lihat ke kaca itu, disitu berdiri gadis cantik dan pintar. Itu adalah kamu. Kemiskinan itu bukan alasan kita untuk merendahkan diri sendiri."

Retno mencoba meyakinkan Meli. Dengan ragu Meli menatap bayangan dirinya di cermin besar itu dan tersenyum ragu kepada Retno.

"Tolong kamu buka lemari ini dan ambil salah satu gaun yang ada di dalamnya. Terserah kamu yang mana saja, yang penting kamu suka. Lalu kamu ganti pakaian kamu di kamar mandi situ. Saya mau lihat kamu memakai gaun milik saya."

Ucap Retno.

Meli langsung menatap Retno dengan tak percaya.

"Ta-ta-tapi Nyah,"

"Sudah, lakukan saja perintah saya." Ucap Retno dengan tegas.

Meli tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan majikannya itu. Lalu ia membuka lemari besar tersebut dan melihat gaun-gaun cantik yang tergantung di lemari itu.

Meli terpana saat melihat gaun-gaun mahal itu. Meli kembali menatap Retno.

Retno tersenyum dan mengangguk, tanda ia memperbolehkan Meli untuk memilih gaun-gaun miliknya.

Dengan ragu, Meli memilih salah satu gaun berwarna kuning hambar dengan potongan V neck. Gaun itu terlihat sangat mahal.

"Yang ini Nyah?"

Meli menunjukan gaun tersebut kepada Retno.

Retno tersenyum dan mengangguk.

"Sudah sana pakai,"

Retno mengibaskan tangannya memberi isyarat agar Meli segera mengganti bajunya dengan gaun tersebut.

Beberapa menit kemudian, Meli muncul dari kamar mandi dengan balutan gaun yang ia pilih. Retno menatap Meli dengan takjub.

"Kamu cantik sekali, ukuran baju kita sama ya. Kamu memang pantas."

Ucap Retno dengan wajah yang berbinar-binar.

"Pantas apa Nyah?" Tanya Meli dengan polosnya.

"Hmmm, pantas memakai baju itu," Jawab Retno sambil terus menatap Meli dengan senyuman di bibirnya.

"Sudah Nyah, saya buka ya. Nanti takut ketahuan Tuan."

"Gaun itu buat kamu."

Retno mencegah Meli untuk mengganti pakaiannya.

Meli pun menatap Retno dengan tak percaya.

"Pakai saja, kamu cantik sekali pakai gaun itu."

Meli tersenyum tersipu mendengar pujian dari Retno.

"Oh iya Mel, kamu punya tipe pria idaman tidak?"

Meli tersenyum kikuk saat Retno menanyakan tipe pria idamannya.

"Tidak nyonya, saya tidak punya tipe khusus. Tapi, saya suka lelaki yang lebih tua dari saya." Jawab Meli malu-malu.

"Oh ya? setua apa?" Tanya Retno penasaran.

"Ya, yang dewasa dan umurnya beberapa tahun lebih di atas saya Nyah. Karena menurut saya, lelaki lebih tua itu, lelaki yang lebih bisa mengerti istrinya."

Retno tersenyum mendengar penjelasan Meli.

"Menurutmu Tuan bagaimana?"

Pertanyaan Retno sukses membuat Meli menatap dirinya dengan seksama.

"Maksudnya Nyah?"

"Iya, maksud saya, Tuan itu gimana orangnya menurutmu? Dewasa gak? Terus termasuk laki-laki idaman gak?"

Meli tersenyum simpul mendengar pertanyaan Retno.

"Saya tidak tahu Nyah, saya kan tidak pernah ngobrol sama Tuan. Yang saya lihat, Tuan selalu cuek orangnya kecuali kepada Nyonya. Tuan terlihat sayang sekali dengan Nyonya. Menurut saya, tuan termasuk lelaki idaman, ya mungkin saja."

Retno tersenyum puas mendengar pernyataan Meli.

"Ya sudah, kamu kembali ke kamarmu. saya mau istirahat."

Meli pun mengangguk dan meninggalkan kamar Retno setelah mengucapkan terima kasih kepada majikannya itu.

Terpopuler

Comments

Aska

Aska

udah pasti nih wasiat terakhir Retno Aris suruh nikahi meli,

2022-12-05

0

May Keisya

May Keisya

😂😂bisa aja

2022-12-03

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ngak kebayang ....nyariin istri baru buat suamiya.....ngehalu dulu ahh siang siang

2021-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 ch 1. LEUKEMIA
2 ch 2. GADIS ITU BERNAMA MELI
3 ch 3. ISTRIKU SIBUK DENGAN TEMAN BARUNYA
4 ch 4. PERTEMUAN RAHASIA
5 ch 5. SEPARUH NAFAS KU PERGI
6 ch 6. Wasiat dan sepucuk surat
7 ch 7. Apa istimewanya?
8 ch 8. Menikahlah Denganku
9 ch 9. Perjalanan Yang Menyenangkan
10 ch 10. Mendadak melamar
11 ch 11. Bapak, Ibu maafkan Meli
12 ch 12. Sah..!!!
13 ch 13. Kamu bukan pembantu
14 ch 14. Aku mulai memperhatikan kamu
15 ch 15. Ajakan Frans
16 ch 16. Salah paham
17 ch 17. Hepi Besdey Neng Meli
18 ch 18. Bertengkar lagi
19 ch 19. Meli itu istri saya..!
20 ch 20. Hati Jaja tuh sakit...!
21 Ch 21. Aku di bully
22 ch 22. Om Om keren dong..
23 ch 23. Ok gugel
24 Ch 24. Bulan madu
25 Pengumuman
26 Ch 25. Alisya
27 Ch 26. Rencana Alisya
28 Ch 27. Ini lah Firasat itu
29 Ch 28. Aku tidak seperti itu..!
30 Ch 29. Sementara sebagai saksi
31 Ch 30. Rekayasa Alisya
32 Ch 31. Meli, kembalilah...!
33 Ch 32. Mau cari ribut
34 ch 33. Tidak bersalah
35 Ch 34. Damai
36 Ch 35. Rencana apa lagi?
37 Ch 36. Meli, kamu dimana?
38 Ch 37. Pesan dari Meli
39 Ch 38. Jadilah wasit..!
40 Ch 39. Jangan pernah pergi dari ku!
41 Ch 40. Hamil?
42 pengumuman
43 Ch 41. Hamil
44 Ch 42. Teh.. Tolong saya..!
45 Ch 43. Sepucuk surat dari album foto
46 Ch 44. Tragedi
47 Ch 45. Ar dan Re
48 Ch 46. wil yu meri mi?
49 Ch 47. Untuk mu yang tersayang
50 ch 48. Arya Pratama
51 Ch 49. Pernikahan Bik Parni dan Kang Jaja
52 Ch 50. Kegelisahan Alisya
53 Ch 51. Pertemuan dengan nya.
54 Ch 52. Om mirip Ayah
55 Ch 53. Janji ya Om..?
56 ch 54. Cieeeeee...!
57 Ch 55. Foto keluarga
58 Ch 56. Berikan aku nomor ponsel mu..
59 Ch 57. Pulang
60 Ch 58. Blokir
61 Ch 59. Ingatan masa lalu
62 Ch 60. Jakarta
63 Ch 61. Bantu aku mengingat masa lalu
64 Ch 62. Kesempatan
65 Ch 63. Cerita ku
66 Ch 64. Penyesalan Frans
67 ch 65. Cerita Arya
68 Ch 66. Cerita Arya (2)
69 ch 67. Tes DNA
70 Ch 68. Peluk dan Maaf
71 Ch 69. Sok Tahu
72 Ch 70. Mess with me, i'll fight back..!
73 Ch 71. Kembali nya ingatan Aris
74 Ch 72. Haru
75 Ch 73. Ancaman Meli
76 Ch 74. Jasad lelaki itu
77 Ch 75. Nostalgia
78 Ch 76. 99,99%
79 Ch 77. Pernikahan
80 Ch 78. Permintaan maaf
81 Ch 79. Perjalanan ke Bandung
82 Ch 80. Elis
83 Ch 81. Terimakasih Ayah dan Bunda
84 Ch 82. End (Fathan & Nathan)
85 Terimakasih
Episodes

Updated 85 Episodes

1
ch 1. LEUKEMIA
2
ch 2. GADIS ITU BERNAMA MELI
3
ch 3. ISTRIKU SIBUK DENGAN TEMAN BARUNYA
4
ch 4. PERTEMUAN RAHASIA
5
ch 5. SEPARUH NAFAS KU PERGI
6
ch 6. Wasiat dan sepucuk surat
7
ch 7. Apa istimewanya?
8
ch 8. Menikahlah Denganku
9
ch 9. Perjalanan Yang Menyenangkan
10
ch 10. Mendadak melamar
11
ch 11. Bapak, Ibu maafkan Meli
12
ch 12. Sah..!!!
13
ch 13. Kamu bukan pembantu
14
ch 14. Aku mulai memperhatikan kamu
15
ch 15. Ajakan Frans
16
ch 16. Salah paham
17
ch 17. Hepi Besdey Neng Meli
18
ch 18. Bertengkar lagi
19
ch 19. Meli itu istri saya..!
20
ch 20. Hati Jaja tuh sakit...!
21
Ch 21. Aku di bully
22
ch 22. Om Om keren dong..
23
ch 23. Ok gugel
24
Ch 24. Bulan madu
25
Pengumuman
26
Ch 25. Alisya
27
Ch 26. Rencana Alisya
28
Ch 27. Ini lah Firasat itu
29
Ch 28. Aku tidak seperti itu..!
30
Ch 29. Sementara sebagai saksi
31
Ch 30. Rekayasa Alisya
32
Ch 31. Meli, kembalilah...!
33
Ch 32. Mau cari ribut
34
ch 33. Tidak bersalah
35
Ch 34. Damai
36
Ch 35. Rencana apa lagi?
37
Ch 36. Meli, kamu dimana?
38
Ch 37. Pesan dari Meli
39
Ch 38. Jadilah wasit..!
40
Ch 39. Jangan pernah pergi dari ku!
41
Ch 40. Hamil?
42
pengumuman
43
Ch 41. Hamil
44
Ch 42. Teh.. Tolong saya..!
45
Ch 43. Sepucuk surat dari album foto
46
Ch 44. Tragedi
47
Ch 45. Ar dan Re
48
Ch 46. wil yu meri mi?
49
Ch 47. Untuk mu yang tersayang
50
ch 48. Arya Pratama
51
Ch 49. Pernikahan Bik Parni dan Kang Jaja
52
Ch 50. Kegelisahan Alisya
53
Ch 51. Pertemuan dengan nya.
54
Ch 52. Om mirip Ayah
55
Ch 53. Janji ya Om..?
56
ch 54. Cieeeeee...!
57
Ch 55. Foto keluarga
58
Ch 56. Berikan aku nomor ponsel mu..
59
Ch 57. Pulang
60
Ch 58. Blokir
61
Ch 59. Ingatan masa lalu
62
Ch 60. Jakarta
63
Ch 61. Bantu aku mengingat masa lalu
64
Ch 62. Kesempatan
65
Ch 63. Cerita ku
66
Ch 64. Penyesalan Frans
67
ch 65. Cerita Arya
68
Ch 66. Cerita Arya (2)
69
ch 67. Tes DNA
70
Ch 68. Peluk dan Maaf
71
Ch 69. Sok Tahu
72
Ch 70. Mess with me, i'll fight back..!
73
Ch 71. Kembali nya ingatan Aris
74
Ch 72. Haru
75
Ch 73. Ancaman Meli
76
Ch 74. Jasad lelaki itu
77
Ch 75. Nostalgia
78
Ch 76. 99,99%
79
Ch 77. Pernikahan
80
Ch 78. Permintaan maaf
81
Ch 79. Perjalanan ke Bandung
82
Ch 80. Elis
83
Ch 81. Terimakasih Ayah dan Bunda
84
Ch 82. End (Fathan & Nathan)
85
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!