Retno terus memperhatikan gadis itu. Gadis itu masih sangat muda, sekitar tujuh belas sampai dengan dua puluh tahun. Kulitnya putih dan bersih, tingginya sekitar seratus enam puluh senti meter. Rambutnya yang hitam panjang dan lurus tergerai dengan sangat indah. Wajahnya yang cantik membuat Retno terpana melihat gadis itu.
Penampilannya sangat sederhana, gadis itu mengenakan rok bahan, panjang sebetis dan kemeja longgar berwarna khaki membalut tubuhnya yang ramping.
"Aku mau dia," Ucap Retno kepada Ibu pemilik, sambil menunjuk gadis itu.
"Maaf Nyonya, dia orang baru. Pengalamannya pun, belum ada. Ini masih dalam pelatihan sebenarnya." Ujar Ibu pemilik.
"Saya mau dia," Tegas Retno lagi.
"Ba...ba..baik Nyonya." Ucap pemilik dengan terbata-bata. Lalu, ia mempersiapkan beberapa berkas dan catatan administrasi.
"Kenapa milih dia? kan belum berpengalaman dan juga terlalu muda." Bisik Aris kepada Retno.
"Aku mau dia." Tegas Retno sambil menatap suaminya sambil tersenyum simpul.
"Ok...ok...baiklah. Kalau nyonya besar mau sesuatu, siapa yang bisa menentangnya?"
Retno tersenyum dan mencubit gemas paha kiri Aris, sedangkan Aris hanya membalasnya dengan senyuman jahil.
*
"Heh, Meli...! kamu itu ya, membaca terus. Siap-siap buruan, ada orang cari pembantu! Gaya-gayaan saja baca-baca novel. Kamu itu mau jadi pembantu apa nyonya! dasar orang miskin. Cepat bersiap-siap!"
Dengan kasar ibu pemilik menegur Meli yang sedang membaca sebuah Novel cinta berbahasa Inggris.
"I...iya Bu." Jawabnya. Lalu, Meli beranjak dari duduknya dan menunju ke depan tanpa sempat menaruh Novel yang sedang ia pegang.
Didepan Meli, sudah ada sepasang suami istri dengan penampilan yang serba mahal. Terlihat keduanya adalah majikan yang sangat kaya dan baik.
Pasangan itu terlihat sangat serasi, suaminya tampan dan istrinya yang cantik dan berkelas. Tetapi, Meli tidak berharap banyak. Disamping dirinya yang masih sangat minim pengalaman, ia juga masih baru bergabung dengan yayasan penyalur ini.
"Saya mau dia."
Nyonya cantik itu menunjuk dirinya. Jantung Meli terasa mau copot, karena tidak disangka olehnya, ia dipilih oleh Nyonya tersebut. Meli menundukkan pandangannya, selain merasa tidak enak hati oleh senior-seniornya, ucapan Ibu penyalur yang mengatakan Meli belum berpengalaman membuat nyalinya menjadi ciut.
"Aku mau dia,"
Terdengar pernyataan tegas dari Nyonya tersebut. Saat itu juga Meli merasa sangat lega. Hatinya sangat bahagia, karena ia bisa bekerja dan mendapatkan pengalaman.
Setelah ibu penyalur menyetujui Meli untuk dibawa bekerja oleh sepasang suami istri tersebut, Meli tak henti-hentinya mengucapkan syukur didalam hatinya. Mendapatkan pekerjaan adalah dambaan Meli, karena dirinya harus menghasilkan uang untuk keluarganya dikampung.
Ibu Meli sudah tua dan sakit-sakitan, sedangkan Ayah Meli cuma buruh tani yang dibayar harian. Meli mempunya tiga orang adik yang masih kecil. Salahsatunya masih duduk di bangku SMP dan dua lainnya masih duduk di bangku SD.
Dirinya harus rela putus sekolah saat akan menghadapi ujian kelulusan. Saat itu, tidak ada uang untuk membayar lunas semua tunggakan di sekolahnya.
Karena keterbatasan biaya yang selalu dialami keluarganya, Akhirnya Meli terpaksa menjadi buruh tani ikut ayahnya ke sawah dan kebun orang yang di rawat oleh ayahnya.
Karena merasa masih tidak cukup untuk membantu ekonomi keluarga, akhirnya Meli memberanikan diri untuk ikut agen pembantu rumah tangga yang menawarinya bekerja di Ibukota.
"Siapa namamu?" Tanya Nyonya cantik itu kepada Meli.
"Meli, Nyonya," Jawabnya masih dengan menundukkan kepalanya.
"Umur?" Tanya Nyonya itu lagi.
"Sembilan belas tahun Nyonya," Jawabnya lagi.
"Saya Retno, dan ini suami saya Aris. Semoga kamu betah ya, bekerja bersama kami."
Meli memberanikan menatap Nyonya cantik yang tersenyum kepadanya itu. Lalu, dirinya mengangguk dengan sopan.
Setelah selesai mengurus administrasi dan Meli sudah siap dengan barang bawaan nya, Meli mengikuti langkah majikannya menuju mobil mewah mereka.
"Bagus sekali mobil ini. Walaupun aku bekerja sampai mati, mungkin aku tidak bisa membeli mobil ini." Gumamnya didalam hati.
"Ayo, tunggu apa lagi? masuk." Perintah Nyonya Retno.
Dengan ragu, Meli masuk kedalam mobil mewah itu dan mengucapkan terimakasih kepada Tuan nya yang sudah membukakan pintu mobil untuk dirinya.
.....
Empat puluh menit kemudian, Meli tiba di kediaman majikan barunya. Meli terperangah melihat megahnya bangunan hunian didepan matanya.
Halaman yang luas dengan tanaman-tanaman hias yang indah. Terdapat beberapa tanaman bonsai yang tumbuh subur di taman. Rumah itu bak istana baginya. Seperti mimpi disiang bolong, Meli mencubit tangannya berkali-kali.
"Tidak aku tidak bermimpi," Gumamnya.
"Tugas kamu hanya selalu disamping Nyonya Retno dan selalu menuruti apa maunya nyonya." Ucap tuannya dengan wajah yang dingin.
"I-iya tuan," Jawabnya sambil mengangguk-angguk.
"Bik, tolong antarkan dia ke kamarnya." Perintah Aris kepada Bik Parni yang menyambut kedatangan mereka.
"Baik tuan,"
Bik Parni mengangguk dan mengisyaratkan agar Meli mengikuti dirinya.
"Sayang, aku langsung berangkat ya."
Aris mencium kening Retno dan langsung masuk kedalam mobilnya. Retno melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Aris.
Retno langsung menutup pintu rumah dan masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat.
........
"Ini Neng, kamar kamu." Ucap Bik Parni sambil membukakan pintu kamar untuk Meli.
"Terima kasih Bu," Ucap Meli sambil membungkukkan badannya di depan Bik Parni.
"Udah, jangan seperti itu... dan panggil saja saya dengan sebutan Bik Parni ya,"
"I-iya Bik Parni," Meli tersenyum manis kepada Bik Parni.
"Ya sudah, setelah ini kamu mandi dan langsung menemui Nyonya Retno ya. Itu kamar mandinya ada luar pintu dapur, sebelah kiri."
Bik Parni memberikan Meli handuk dan keperluan mandi lainnya. Meli menerimanya dan mengangguk pelan.
"Bibik tinggal dulu ya,"
"Iya Bik terima kasih" Ucapnya dengan sopan.
Meli menaruh tasnya di lantai kamar, dirinya melihat kesekeliling kamarnya. Ia terkagum-kagum melihat kamarnya sendiri. Terlebih saat ia mengetahui disisi kanan kamarnya terdapat jendela yang langsung menghadap ke halaman belakang rumah yang indah.
Meli tersenyum bahagia, lalu dirinya duduk diatas ranjang dan mencoba ranjang tersebut.
"Empuknya" Gumam Meli.
Dirinya merasa senang sekali bisa bekerja dirumah ini. Meli teringat dirinya harus segera bekerja. Lalu, ia memilih pakaian yang akan dia pakai dan menuju kamar mandi untuk segera mandi.
.........
Tok Tok Tok...!!!
Terdengar ketukan dari luar pintu kamar Retno.
"Masuk,"
Retno mengizinkan seseorang diluar kamarnya untuk masuk. Pintu kamarnya terbuka dengan perlahan, lalu ia melihat seorang gadis sederhana berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Maaf Nyonya, menunggu lama, kata Tuan saya harus selalu disamping Nyonya,"
Gadis itu menatap Retno dengan ragu.
"Sini."
Retno menepuk pinggir ranjangnya, mengisyaratkan gadis itu untuk duduk di pinggir ranjang tersebut.
"Saya dibawah aja Nyah, nanti ranjangnya kotor."
Retno menatap gadis itu dengan tak percaya.
"Kamu sudah mandi kan? bajumu bersih kan?" Tanya Retno.
"Iya Nyah," Jawab Meli.
"Ya sudah, kamu duduk saja diatas sini,"
Retno kembali menepuk pinggir ranjangnya. Dengan ragu, Meli menuruti perintah majikannya tersebut.
"Saat ini saya butuh teman untuk ngobrol," Ucap Retno sambil memamerkan senyuman khasnya.
"Iya Nyah," Meli mengangguk paham.
"Nama lengkapmu siapa?"
"Meli Andini Nyah,"
"Nama yang bagus," Retno kembali tersenyum.
"Kamu lulusan apa?" Sambung Retno lagi.
"Saya tidak tamat SLTA Nyah,"
"Loh kenapa?" Tanya Retno penasaran.
"Adik-adik saya lebih membutuhkan pendidikan dari pada saya Nyah. Saat itu saya ujian akhir kelulusan, tetapi tidak ada biaya untuk melunasi tunggakan disekolah. Jadi, saya lebih memilih berhenti sekolah."
Gadis itu tersenyum hambar.
Retno menatap Meli, lalu menepuk lembut pundak Meli.
Meli hanya tersenyum tersipu.
"Di yayasan tadi saya lihat kamu memegang buku seperti novel ya?"
"Iya novel, Nyah."
"Novel tentang apa?" Tanya Retno penasaran.
"Novel romance Nyah" Jawab Meli tersipu malu.
"Oh romance, judulnya apa?"
"Sustained Nyah."
"Hah..? itu kan bahas Inggris!"
"Iya Nyah.." Jawab Meli sambil tersenyum simpul.
"Kamu bisa bahasa Inggris?" Tanya Retno penasaran.
"Sedikit Nyah, saya belajar otodidak saja dengan bantuan kamus Nyah,"
"Hebatttttt..."
Retno tersenyum puas melihat Meli.
Mendapat pujian dari Retno, Meli tersenyum manis.
"Kamu pasti berprestasi ya dulu waktu sekolah?"
"Ya lumayan Nyah, saya masuk tiga besar."
"Sayang sekali ya.." Retno menatap gadis itu dengan iba.
"Nyonya mau apa? biar saya buatkan."
"Kamu bisa masak?" Retno terperangah dan menatap Meli dengan seksama.
"Sedikit nyonya.."
"Kamu bisa masak capcay?" Tanyanya lagi.
"Saya coba Nyonya.." Jawab gadis itu dengan bersemangat.
"Oke, saya tunggu masakan kamu disini,"
Retno tersenyum kepada Meli. Meli mengangguk, lalu meninggalkan Retno. Ia langsung menuju dapur untuk memasak capcay.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aska
nyimak dulu Thor
2022-12-05
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
nyimak
2021-08-24
1
Taz
Wah Sepertinya Meli didik untuk bisa gantiin Retno sepertinya
2021-06-08
1