Tidak sampai empat puluh menit kemudian, Meli datang dengan membawa semangkuk capcay dan sepiring nasi. Lengkap dengan juice dan air putih.
"Sudah jadi?"
Retno langsung duduk dan menatap semangkuk capcay yang Meli bawa dengan antusias.
"Ini saya tambahkan seafood Nyah,"
"Saya suka seafood kok," Ucap Retno tanpa melepaskan pandangannya dari semangkuk capcay.
"Saya coba ya,"
Meli mengangguk dan Retno pun, langsung melahap masakan Meli.
Dengan harap-harap cemas, Meli menunggu komentar dari Retno.
"Hmmmmm... enak, kamu belajar masak dari mana?"
Retno menatap Meli dengan takjub.
"Saya hobby memasak Nyah, saya belajar dari buku resep bekas yang diberikan tetangga saya waktu di kampung dulu."
Retno mengangguk-angguk sambil mengunyah makanannya.
"Ini enak," Retno tersenyum puas.
*
Satu bulan telah berlalu sejak Meli bekerja dirumah Retno dan Aris. Hari ini, adalah hari pertama Meli menerima gaji dari hasil jerih payahnya bekerja dirumah itu.
Meli tersenyum puas saat dirinya membuka amplop berwarna cokelat itu.
"Aku akan langsung mengirimkannya kepada Ibu" Gumamnya.
Terbayangkan oleh Meli, wajah bahagia keluarganya di kampung saat menerima kiriman dari dirinya.
Meli menuju kamar Retno, lalu mengetuknya.
"Masuk,"
Terdengar suara Retno yang mempersilakan dirinya untuk masuk.
"Nyah, saya izin kekantor pos ya. Mau kirim uang untuk Ibu dikampung,"
"Boleh, tapi kamu diantar Kang Jaja ya,"
"Iya Nyonya terimakasih, saya permisi dulu Nyah." Ucapnya dengan mata yang berbinar penuh semangat.
Retno mengangguk sambil tersenyum.
Meli melangkahkan kakinya menuju taman belakang rumah untuk mencari Jaja. Setelah mencari kesana kemari, akhirnya ia melihat Jaja yang sedang di dapur sambil asik mengemil peyek.
Meli tersenyum melihat Jaja, lelaki berusia sekitar tiga puluh tujuh tahun tersebut sedang menghadapi setoples besar peyek yang baru saja di buat oleh Bik Parni.
"Kang Jaja, anterin Meli ya,"
"Duh ada Neng geulis, mau kemana Neng?"
Tanya Jaja dengan bersemangat.
"Ke kantor pos Kang, mau kirim uang untuk Ibu dikampung." Jawab Meli tak kalah antusias.
"Ayo atuh Neng, motor Palentino Jaja mah siap mengantar Neng kemana aja, termasuk ke penghulu mah," Canda Jaja sambil tersenyum malu-malu.
"Ih, kang Jaja bisa aja." Meli tertawa geli.
"Ayoh atuh neng, tancapp gasssssss."
Lalu, mereka kedepan untuk mengambil motor yang terparkir di halaman depan rumah. Dengan bersemangat Jaja langsung naik ke atas motornya. Lalu disusul oleh Meli.
Jaja adalah tukang kebun di rumah Aris dan Retno. Ia sudah bekerja disana sejak Retno dan Aris baru saja pindah ke rumah mewah itu.
Jaja yang naksir dengan Meli, sudah menyukai Meli sejak pandangan pertamanya dengan gadis itu, saat Meli bertemu dengannya di dapur waktu makan malam pertama Meli di rumah itu.
"Mau kemana kalian?"
Tanya Aris yang baru saja hendak berangkat ke kantor. Buru-buru Meli turun dari motor Jaja, lalu ia menunduk menghadap Aris.
"Saya mau kekantor pos tuan, sudah izin dengan Nyonya." Ucapnya dengan takut-takut.
"Oh, cepat pulang ya. Nyonya membutuhkan kamu,"
Aris mengizinkan Meli untuk pergi. Gadis itu pun mengangguk lugu, lalu pergi berboncengan dengan Jaja.
"Jangan begitu sama orang yang kerja sama kita,"
Tiba-tiba saja Retno sudah berdiri di samping Aris dan memeluk pinggang lelaki itu.
"Eh sayang.."
Aris membalikan badannya, lalu mencium lembut kening Retno.
"Mas, aku suka sekali dengan anak itu." Ujar Retno sambil menatap punggung Meli yang hampir menghilang dari pandangannya.
"Siapa?"
"Meli."
"Ya aku tahu,"
"Tahu apa?" Tanya Retno penasaran.
"Tahu, kalau kamu suka sama dia. Semenjak ada dia aku diabaikan," Ucap Aris sambil melipat kedua lengannya di dadanya.
"Loh loh loh.., suamiku ngambek." Canda Retno sambil menggelitik perut Aris yang atletis.
Aris langsung mengelak dan tertawa lepas.
Tiba-tiba saja darah segar mengalir dari hidung Retno yang sedang tertawa. Seketika Aris terdiam sejenak melihat pemandangan yang sering sekali ia lihat selama empat tahun belakangan ini.
Buru-buru Aris mengambil saputangan dari dalam sakunya dan mengelap darah segar yang mengalir dari hidung Retno. Canda tawa itu langsung sirna begitu saja, berganti dengan suasana yang memilukan bagi Aris.
Dengan cepat dia menggendong tubuh kurus istrinya menuju kamar dan menaruhnya diatas ranjang.
"Kamu udah minum obat?" Tanyanya khawatir.
"Sudah mas.., aku tidak apa-apa kok."
Jawab Retno yang tidak berani menatap Aris.
Aris terus memandangi istrinya itu.
"Kamu tau kan, kalau aku cinta banget sama kamu. Aku ingin yang terbaik untuk kamu, semoga kamu cepat sembuh ya sayang. aku mau telepon dokter Andi dulu."
Aris akan beranjak dari duduknya, tetapi Retno langsung menahan lengan Aris untuk tetap duduk disampingnya.
"Menurutmu Meli gimana?"
"Apanya?" Aris menatap istrinya dengan bingung.
"Orangnya,"
"Bagus,"
Jawab Aris dengan cepat, lalu ia kembali akan beranjak dari duduknya. Tetapi, lagi-lagi ditahan oleh Retno.
"Daftarkan dia ujian paket C ya..." Pinta Retno.
"Kenapa gitu?" Aris menatap istrinya dengan seksama.
"Dia pintar Mas, sayang saja kalau dia tidak punya ijazah." Ucap Retno.
"Iya, nanti kita urus. Tetapi, sekarang izinkan aku untuk menelepon dokter Andi ya."
"Gak usah, hal begini sudah biasa. Lagipula dokter akan meresepkan obat yang sama. Aku masih banyak obat-obatan yang belum aku habiskan,"
Wajah Retno berubah menjadi murung. Aris pun menarik napasnya dengan berat, lalu memandangi istrinya yang pucat dengan tatapan frustasi.
"Aku baik-baik saja," Retno mencoba tersenyum.
"Aku tidak jadi berangkat ke kantor." Aris membuka kancing kemejanya, lalu mengganti kemejanya dengan kaos oblong yang baru saja ia ambil dari dalam lemari.
"Kenapa?"
"Aku males kerja, aku mau dekat kamu saja." Aris merebahkan tubuhnya disebelah Retno.
"Kok gitu sih." Ucap Retno sambil cemberut.
"Orang aku males, mau diapain lagi?"
Aris menutup matanya sambil memeluk tubuh Retno.
"Mas, mendaftar paket C itu bagaimana ya? dan dimana?" Tanya Retno sambil membalas pelukan suaminya.
"Hmmm, nanti dicari tahu." Jawab Aris tanpa membuka matanya.
"Mas, si Meli itu cantik ya."
Aris membuka matanya dan menatap istrinya saat mendengar ucapan Retno.
"Bagiku tidak ada wanita cantik selain Retno Wulandari."
Retno tersenyum mendengar ucapan Aris.
"Mas, si Meli itu jago masak loh dan jago menjahit. Dia juga bisa berbahasa Inggris, anaknya cerdas. makanya aku ingin membantu dia mendapatkan ijasah SMA nya." kata Retno
"Kamu kenapa sih ngomongin Meli terus?" Tanya Aris dengan wajah yang penasaran.
"Ya enggak, aku cuma suka gadis itu." Jawab Retno sambil membelai rambut Aris.
"Aku kok cemburu ya," Aris merajuk dan memunggungi Retno.
"Ihhh, jangan dong."
Retno berusaha membujuk Aris dengan menghujaninya dengan ciuman-ciuman lembut di pipi Aris.
Aris langsung membalikkan badannya dan kembali memeluk Retno dengan erat.
"I love you" Bisiknya.
Retno pun, menahan tangisnya di pelukan Aris.
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aska
kok jadi sedih bacanya 😥
2022-12-05
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
lanjoottt
2021-08-24
1
Elta-cute Elta Caem
sedih q thor baca cerita yg ne☹😥😥😥
2021-02-15
1