Lakukan

"Tuan tenang saja. Putri saya setuju menjadi selir dari Tuan." Tutur Tuan Gu dengan sopan. "Saya akan siapkan semuanya..."

"Tiga hari dari sekarang Aku ingin pernikahan tersebut berlangsung. Kau bisa memastikannya, Gu Li Ying." Potong Tuan Shen. "Aku... tak sabar memiliki putrimu seutuhnya."

Tuan Gu meringis mendengar permintaan Tuan Shen. Tiga hari itu waktu yang tak cukup sekarang, beberapa pekerja di rumah keluarga Gu telah dijualnya. Ayah dari Xu Xian dan Xi Wei itu tak punya cukup dana untuk mengabulkannya.

"Tenang saja semua biaya aku yang urus, kau hanya perlu memastikan calon pengantinku tampil sempurna." Tuan Shen berkata dengan sombong.

Kali ini Tuan Gu tersenyum lebar. "Saya akan melakukan yang terbaik."

"Baiklah, Aku pergi dulu." Pamit Tuan Shen.

"Kau tak perlu mengantarku, Tuan Gu." Kata Tuan Shen saat melihat Tuan Gu ikut beranjak.

"Baiklah."

Dua orang berumur tersebut tak menyadari seseorang mencuri dengar pembicaraannya.

"Aku rasa ada yang salah dengan Tuan Shen." Gumam si penguping. Entahlah, dia malas memikirkannya. "Ayo.. laporkan pada leader."

Wusshh

"Seperti ada seseorang disana." Batin Tuan Gu. Ia beranjak untuk memastikannya. "Tidak ada. Mungkin tadi hanya perasaanku saja."

"Pastikan Xu Xian tak berpolah atau kalian aku hukum." Perintah Tuan Gu sebelum kembali ke peraduannya.

"Etaa-taa... kakiku..." desis seseorang yang tak lain adalah An, si penguping. "Ck ! Sialan ! Hampir saja aku ketahuan, untung aku menemukan celah ini jadi bisa sembunyi." Oceh An sambil berlari pergi.

Tak perlu waktu lama An sudah sampai di tempat sang Nona. Bola matanya membulat, dua rekan seperjuangan tengah menikmati anggur dan duduk nyaman. "Sedang apa kalian, hah ?" An berkacak pinggang.

"Bersantai." Jawab Song.

"Bukannya Nona akan menyuruh kalian melakukan sesuatu."

"Sepertinya.... dia lupa."

Suara petir imajiner muncul di belakang An. "Lu-lupa ?"

"Sudah sini duduk dan makan ini, disini makanan seperti ini sangat mewah untuk kaum jelata seperti kita." Ujar Lu.

"..."

An memilih makan daripada mengikuti rasa kesalnya. Kesal tak membuat perut kenyang, pikir An.

"Cuma kalian pelayan yang seenaknya makan makanan nonanya." Seru Xu Xian pada ketiga pelayan miliknya.

"Kami lapar, Nona." Song beralibi. Xu Xian mencebik lalu mendekati ketiganya ikut bergabung.

"Di zaman modern aku sering kali menikmati semua ini, namun sejak terdampar disini makanan biasa ini terlihat sangat luar biasa." Celetuk An.

"Jangan berkata begitu, kau membuatku rindu bisingnya suara kendaraan di kota." Timpal Lu.

"Enaknya disini belum banyak polusi... ah iya, bagaimana jika Nona ciptakan kendaraan, motor misalnya."  Ujar Song.

"Tidur dulu baru terealisasikan itu." Ketus Xu Xian.

Xu Xian menyodorkan kertas yang tadi dia coret-coret. "Cari pekerja untuk membuat semua ini. Bayar tinggi mereka dengan syarat semua harus cepat."

"Waw ! Desain yang bagus." Puji Lu pada gambar desain Xu Xian. "Ngomong-ngomong di tanah mana kita harus membangunnya, Nona."

Ketiga pelayannya saling pandang dengan ekspresi tabok-able.

Krik.. krik...

"Apa aku belum mengatakan padamu bahwa bangunan milik Tuan Gu yang sedang di robohkan itu sudah jadi milikku." Xu Xian berkata polos dengan memiringkan kepala.

"Se-sejak kapan.."

"Sebelum kita disini aku sudah membeli tanah miliknya dengan koin emas yang kucuri darinya." Sela Xu Xian dengan tertawa lepas.

"Mur di kepalanya ada yang hilang lagi." ujar An disetujui Song dan Lu.

.

.

Kali ini Xu Xian kabur tanpa didampingi pelayannya. Dia ingin menikmati keramaian sendiri.

"Oh, gadis bercadar merah." Seru seseorang menunjukkan ke arah Xu Xian. Lalu melambai tangan padanya.

"Aku ?" Xu Xian menunjuk ke diri sendiri. "Seterkenal ini aku tuh." Gumam Xu Xian.

Menghargai keberanian pria tak dikenal tersebut Xu Xian tersenyum sambil membalas lambaian si pemuda. Tiba-tiba dari belakang yang sudah diklaim sebagai penggemar Xu Xian muncul sosok yang sempat membuatnya kesal.

Dalam sekejap senyuman Xu Xian sirna.

"Lama tak jumpa, Nona bercadar." Sapa Gui Xian.

"Lama tak jumpa, Tuan Gui." Balas Xu Xian datar. "Sial sekali ya kita bertemu lagi." Cibir Xu Xian dengan tangan terlipat didepan dada.

"Ya, aku pun tak menyangka Nona."

"Begitu ya." Xu Xian memamerkan senyum liciknya. "Karena kita sudah bertemu lebih baik kita jalan-jalan bersama."

"Hoh.. Kenapa aku harus jalan-jalan bersamamu ?" Tanya Gui Xian.

"Karena aku cantik." Balas Xu Xian mengedipkan mata lucu.

Gui Xian terpana melihat bola mata jernih milik gadis bercadar tersebut.

"Baiklah. Aku tak boleh mengecewakan penggemarku, kan ?"

Tanda perempat imajinier mampir di kening Xu Xian. Pemuda tersebut satu pemikiran dengannya. Astaga !

"Menyenangkan orang itu perbuatan mulia. Ayo.." balas Xu Xian.

Lu Han berjalan dibelakang dua orang tersebut. Ia ingin sekali menjauh dari sang tuan yang saat ini bertingkah memalukan. Mau-maunya Gui Xian menanggapi cerocosan Nona bercadar tersebut.

"Hei, kau laparkan ? Ayo aku mau makan disana." Ajak Xu Xian menarik sang pemuda.

"Kau menawariku atau memang kau yang lapar." Ketus Gui Xian.

"Sama saja. Masa mau aku makan kamu."

"Uhuuk.." Gui Xian tersedak salivanya sendiri. Apa yang tadi didengarnya ? 'Aku makan kamu', ambigu sekali.

"Gunakan pemilihan kata yang benar, Nona." Tegur Gui Xian merasa pipinya memanas. Ah, cuaca hari ini memang panas sih.

"Iya."

Gui Xian membiarkan dirinya diseret sana-sini oleh Nona bercadar. Kode dari Lu Han untuk segera kembali ke istana pun diabaikannya.

"Ini menyenangkan." Batin Gui Xian.

Pertama kalinya, Gui Xian bertemu seorang gadis yang tak menjilat karena statusnya, gadis yang tak merona hanya karena wajahnya. Nona bercadar ini tak berpura-pura. Dia menjadi dirinya sendiri.

Semakin Gui Xian melihat semakin tumbuh rasa tertariknya. Dia berbeda, dia bersinar dengan caranya sendiri.

"Hei, tidak bisakah kau katakan namamu, Nona bercadar." Ujar Gui Xian tanpa sadar. Seolah sadar dengan ucapannya tangan Gui Xian menutup mulut lalu pura-pura berdeham.

"Panggil aku Xian." Sahut Xu Xian.

"Itu namaku."

"Tapi itu juga namaku."

"Lebih baik aku memanggilmu Nona bercadar saja..." Gui Xian merasa lawan bicaranya hanya bercanda.

"Terserah." Xu Xian mengendik bahu acuh.

"Aku harus kemana jika ingin bertemu denganmu."

"Ternyata kau penggemar beratku ya." Celetuk Xu Xian.

"Anggap saja begitu." Pasrah Gui Xian.

Xu Xian mendengus. Kesal rasanya tak ada perlawanan.

"Aku biasanya kesini tiga hari sekali."

"Ah, aku harus kembali." Ujar Xu Xian.

"Hm."

"Sampai jumpa tiga hari lagi." Kata Gui Xian.

Xu Xian terdiam sejenak. "Sampai jumpa."

Xu Xian membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kaki. Gui Xian masih disana memandang punggung kecil itu.

Di langkah ke lima Xu Xian berhenti lalu berbalik, "Karena kau telah baik padaku. Akan kuberitahu nama panggilanku yang sangat istimewa." Seru Xu Xian.

Gui Xian mengeryit.

"Qian Ni."

"Qian Ni ?" Ulang Gui Xian diangguki Xu Xian.

"Panggil aku dengan nama itu saat kita jumpa lagi." Setelah mengatakan kalimat tersebut Xu Xian bergegas lari.

"Qian Ni, ya. Akan kuingat namamu." Gumam Gui Xian.

"Anda tertarik pada Nona itu, Tuanku." Lu Han memang memanggil Gui Xian sesukanya kadang Tuan kadang Pangeran. Mereka tumbuh bersama jadi Gui Xian memberi hak istimewa pada Lu Han.

"Calon permaisuriku."

Lu Han terkejut. "Tuan."

"Aku menginginkannya, meski aku tahu istana takkan cocok untukmu." Batin Gui Xian.

Baru dua kali bertemu Nona bercadar Gui Xian sudah menyimpulkan bahwa gadis ini layaknya burung yang terbang bebas di luasnya langit biru. Keinginan yang muncul di benaknya akankah mematahkan sayap sang gadis ?

"Kita kembali."

"Baik."

.

.

.

.

Lu sedang sibuk mendandani seseorang. Pakaian serba merah telah melekat di tubuh sang gadis, tudung juga sudah dipasang menyembunyikan wajah cantik sang gadis.

"Apa sudah selesai, Lu ?" Tanya Song yang hanya menyembulkan kepala di jendela.

"Sudah."

"Cepat keluarkan karyamu itu, acara sebentar lagi dimulai."

"Iya, cerewet. Pergi sana !!"

"Dasar pelayan tak tahu diri." Sindir Song.

"Kau juga pelayan sialan." Balas Lu dengan melempar cawan.

"Kasar." Song kabur.

.

.

Tuan Gu tersenyum lebar melihat acara pernikahan berjalan lancar. Anak pertamanya kini telah resmi keluar dari keluarga Gu.

Ji Yu juga tak menutupi raut bahagianya. Sekarang posisi Xi Wei akan semakin kokoh.

Keluarga Gu yang lain tak terlalu peduli akan nasib Gu Xu Xian. Sejak dulu Gu Xu Xian sudah terasing dari mereka. Ada maupun tak ada Gu Xu Xian takkan berpengaruh.

Saat mereka masih melihat tandu berisi pengantin wanita yang sudah tak terlihat lagi. Seseorang baru datang dengan menguap lebar.

"Oh, acaranya sudah selesai."

Tuan Gu dan Ji Yu tertegun mendengar suara yang satu ini. Bagai slow motion keduanya menoleh ke arah sumber suara.

Disana sosok Xu Xian dengan memegang buah apel ikut mengantar pengantin wanita.

"Xu Xian."

"Ya."

"Kenapa kau disini ?"

"Aku baru bangun tidur." Jawab Xu Xian enteng.

"Bangun tidur ?! Lalu siapa yang jadi mempelai Tuan Shen ?"

"O,  ya. Dimana Xi Wei ?"

Deg

"Xi Wei..."

Seolah menyadari akal bulus sang Nona pertama, Ji Yu langsung melemas. "Yang di tandu tadi.... Xi Wei." Ji Yu pun kehilangan kesadarannya.

Xu Xian menyeringai melihat kehebohan tersebut.

Tak mau ikut pusing Xu Xian berbalik hendak kembali ke paviliunnya. Dia bersiul senang. Rencananya berjalan mulus, ada untungnya selama ini diabaikan. Jadi tak ada orang yang mengecek gadis tadi.

"Untung An bisa hipnotis."

Bersambung.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan tekan tanda like dan komentarnya. :)

Terpopuler

Comments

❃.✮:▹ ρєямαтα ◃:✮.❃

❃.✮:▹ ρєямαтα ◃:✮.❃

pinter banget sih😆😆😆

2021-03-27

1

pecinta time travel

pecinta time travel

🤣🤣🤣🤣🤣aku syuka Xu xian

2020-11-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!