Mengurung Gu Xu Xian tak ada gunanya. Gadis licik penuh tipu muslihat ini dengan mudah keluar masuk tanpa ketahuan penjaga dari Tuan Gu. Pengalaman hidup di kehidupan sebelumnya sangat membantu Xu Xian.
Kini Xu Xian tengah berada di tengah keramaian pasar. Xu Xian dengan riang mampir ke kedai yang satu ke yang lainnya. Apapun yang menarik perhatiannya tak ragu untuk dibeli, terutama makanan. Lu yang kali ini menemaninya bergeleng melihat nafsu makan sang Nona.
"Anda tetap menjadi monster makanan ya, Nona." Cibir Lu ikut menggigit jajanannya.
"Tentu saja." Sahut Xu Xian usai menghabiskan sebuah kue.
"Kenyangnya." Xu Xian menepuk perutnya dengan ekspresi puas.
"Ini kedai ke sekian dan anda baru bilang kenyang. Luar biasa." Lu menyindir kelakuan Nonanya. Lu termasuk bawahan yang tak segan membalas dan menyindir Xu Xian. Ah, ketiga pelayannya memang tak punya rasa takut padanya.
"Bagaimana jika kita membuat kedai makanan, Lu ?" Cetus Xu Xian.
"Kenapa tiba-tiba ingin membuka kedai?" Lu balik bertanya.
"Untuk menimbun pundi-pundi koin emas. Aku pernah sekolah desain, membuka toko baju juga bisa."
"Bukannya tadi kedai makanan, Nona." Lu tak habis pikir dengan isi kepala Nona muda yang satu ini.
"Ya, kedai makanan juga ingin kubuat. Sebanyak apapun simpananku akan habis jika aku tak memutar otak." Tutur Xu Xian.
"Ya, An akan cocok untuk membuat makanan untuk kedai kita nanti." Jawab Lu.
"Kau benar. Ayo, kita ke toko pakaian." Ajak Xu Xian.
"Baiklah."
Saking semangatnya berjalan Xu Xian tanpa sengaja menabrak punggung seseorang didepan hingga dirinya terjatuh di tanah. Xu Xian menggerang sakit. "S-sakit." Lirih Xu Xian menilik dua tangan yang digunakan menyangga lecet-lecet.
"Nona...Anda tidak apa-apa ?" Lu menghampiri Xu Xian dengan menahan tawanya. "Ah, lain kali lebih berhati-hati, Nona. Saya tak ingin Nona terluka."
Xu Xian mendecih. Terdengar penuh perhatian tapi Xu Xian yakin itu hanya kalimat sarkas dari Lu. "Aku benci wajahmu, Lu."
"Ini sudah tugas saya, Nona tak perlu berterimakasih." Jawab Lu sekonyong-konyong.
Orang yang ditabrak Xu Xian menghampiri. "Apa anda baik-baik saja, Nona ?" Tanyanya dengan nada lembut.
"Saya baik-baik saja. Maaf atas kecerobohan saya, Tuan." Jawab Xu Xian secepat kilat merubah ekspresinya. Lu melihat akting Xu Xian mengacungkan jempolnya.
"Tidak apa. Sepertinya tangan Nona terluka, mari saya antarkan ke tabib. Di dekat sini ada tempat praktek tabib Han." Pemuda berpakaian cukup mewah tersebut menawarkan bantuan.
"Saya tak berani merepotkan anda, Tuan."
"Tidak. Mari kita pergi." Paksanya.
"Baiklah. Terimakasih."
Xu Xian berjalan disamping pemuda yang entah kenapa wajahnya terasa familiar. Ah, Xu Xian ingat mirip pria menyebalkan di rumah lelang.
"Saya Gui Xuan. Bolehkah saya tahu nama anda, Nona."
"Xu Xian." Jawab sang gadis.
Gui Xuan dan Xu Xian kembali diam sampai ke tempat tabib Han.
Setelah luka lecetnya diperiksa tabib Han memberikan salep untuk lika tersebut.
"Terimakasih atas kemurahan hati anda, Tuan."
"Tidak masalah." Meski baru bertemu Gui Xuan menaruh ketertarikan pada gadis didepannya. "Kalau boleh tahu dimana Nona tinggal ? Mungkin saya bisa mengantar." Ujar Gui Xuan.
"Ah... itu..."
"Maaf Tuan yang terhormat, Nona kami masih ada urusan." Sela Lu tak gentar. Gui Xuan tampak tak suka dengan sikap Lu yang menurutnya lancang. Pelayan Xu Xian ini sejak awal tak menunjukkan rasa hormat yang biasa orang biasa perlihatkan padanya.
"Iya, aku baru ingat harus pergi ke satu tempat lagi. Astaga... daya ingatku sangat mengkhawatirkan." Sahut Xu Xian dramatis.
"Sayang sekali ya." Gui Xuan menahan diri.
"Hm. Sekali lagi terimakasih atas kebaikan anda."
"Hm."
"Selamat tinggal, Tuan Gui Xuan."
"Hm."
Setelah Xu Xian menjauh pelayan Gui Xuan mendekat. "Cari tahu tentang gadis tersebut." Perintahnya.
"Baik, Pangeran."
"Pertama kalinya seorang gadis tak tersipu bahkan tak mengenal diriku." Gumam Gui Xuan tersenyum tipis.
"Lidahku rasanya mau lepas bicara sopan seperti itu." Tutur Xu Xian.
"Ya. Saya bisa melihatnya." Jawab Lu. "Hampir dua puluh kali anda menguap mendengar pemuda tersebut mengoceh." Terangnya.
"Sepertinya Nona berhasil menarik perhatian Tuan tersebut." Ujar Lu.
"Ya, aku tak heran sih aku begini cantiknya." Sahut Xu Xian mengibas rambutnya. Tatapan orang sekitar tak Xu Xian pedulikan.
"Harusnya An saja yang menemani anda, Nona." Gerutu Lu. Otak Xu Xian memang rusak engselnya. Xu Xian hanya waras jika sudah serius. Sehari-harinya gadis yang sempat memiliki nama Qian Ni suka sekali memancing keributan dengan keahliannya bersilat lidah.
"Sudahlah. Aku sudah tak berminat lagi. Kita kembali."
Lu mengangguk setuju.
"Nanti malam aku akan pergi lagi."
"Anda suka sekali menyusahkan saya."
"Bukannya itu gunanya kau, Lu." Xu Xian menyeringai puas.
"Ya, ya, ya."
Menjelang sore Xu Xian sudah kembali. An dan Song menjalankan tugasnya dengan baik.
"Bicaralah." Ujar Xu Xian setelah menyamankan diri di kursi empuk yang baru diambil -curi- dari rumah utama Gu.
"Tidak ada satu pun manusia pemilik nama Gu yang datang kesini, Nona."
"Oh, totalitas sekali mereka mengabaikan Xu Xian ya." Sang nona manggut-manggut dengan ibu jari tangan kanan mengusap dagu.
"Saudara beda generasi Nona tengah menyiapkan kejutan untuk anda." Tambah Song.
"Kalau begitu aku harus siapkan juga. Lu tolong urus ya, pastikan jangan gagal. Aku tuh sayang sama adik beda generasi hampir seribu tahun denganku." Ceplos Xu Xian menunjuk sebuah bungkusan berwarna hitam.
"Ya, asal Nona senang."
"XU XIAN." Suara debaman pintu menjadi iringan teriakan manusia tak beretika. Akibat perbuatan barbar manusia tak beretika salah satu pelayan Xu Xian kambuh penyakitnya.
"Eh, kutil kuda." Latah An membuat Song menyemburkan air yang ada di mulut.
Belum sempat Song membersihkan mulutnya sosok Xi Wei sudah menampakkan batang hidungnya.
"Ada apa Xi Wei ?" Xu Xian menyambut adik beda generasinya dengan malas. Ayolah... Xu Xian sedang tak ingin berakting. Dia... butuh tidur.
"Apapun yang terjadi kau harus menikahi Tuan Shen."
Xu Xian menguap. "Ya."
"Bagus ! Aku takkan menyiksamu sampai kau resmi menikah. Berbahagialah !!" Angkuh Xi Wei merasa puas tak perlu menekan Xu Xian. Kakak pertamanya itu tetaplah si pengecut. Xi Wei bergegas pergi tak ingin terlalu lama satu ruang dengan Xu Xian.
"Astaga... apa dia lagi praktek jadi iklan di YT." Celetuk An.
"Hm."
Xu Xian diam mencerna ucapan Xi Wei tadi.
Menurut hasil pemikiran Xu Xian.
"Apapun yang terjadi kau harus menikahi Tuan Shen."
Kata 'kau' berarti menunjuk pada Xi Wei karena Xu Xian yang mengatakannya sekarang.
"Bagus ! Aku takkan menyiksamu sampai kau resmi menikah. Berbahagialah !!"
"Kesimpulanya, Xi Wei harus menikah dengan Tuan Shen. Dan Aku boleh menyiksanya sebelum dia resmi menikah." Kata Xu Xian membuat Song, An dan Lu melongo.
"Nona..."
"Ya."
"Sebaiknya Nona kembali ke kamar dan istirahat. Otak anda perlu di setel ulang."
Dan alas kaki Xu Xian pun melayang.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan tekan tanda like dan komentarnya. :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
OVIVAH AZIZAH
seruuuuuu
2021-03-19
0
pecinta time travel
haahaaahaa kaya ponsel aja disetel ulang
2020-11-17
2
Eva Yulyanti
aku ngk ngerti lagi, astaga humor ku awokawok
2020-10-21
5