Nona pertama Gu

Suara pekikan diiringi permohonan ampun memenuhi aula milik Nona muda Gu. Tiga orang pelayan tengah menerima hukuman akibat sikap tak sopannya pada putri sulung keluarga Gu.

Putri sulung keluarga Gu yang bernama Gu Xu Xian tanpa menunjukkan belas kasih terus melayangkan cambuknya. Suara rintihan mereka ibarat alunan musik baginya. Sorot mata dan aura milik sang Nona membuat hamba sahayanya bergidik.

"Dua puluh empat..." seru seorang pelayan yang ditugaskan untuk menghitung tiap lecutan. Pelayan tersebut bertekad takkan mengusik sang nona muda.

"Dua puluh lima.."

Xu Xian melempar asal cambuk tersebut. Dua tangan miliknya terlipat di dada, dagu terangkat. Manik yang dulu memancarkan kelembutan kini berganti dengan tatapan tajam. Sikap yang dulu diam dan mudah tertindas tidak ada lagi. Xu Xian yang sekarang akan membalas sama besar dengan apa yang mereka perbuat padanya, bahkan lebih.

Dua minggu ini pelayan di kediaman Lavender dibantai oleh sang Nona muda yang biasa mereka hina. Ketidaksopanan, perlakuan kasar dan penggelapan dana dibalas tunai oleh Xu Xian. Kesalahan yang Xu Xian anggap kecil hanya ia hukum pukulan kayu hingga besi. Jika kesalahan itu besar Xu Xian akan menjual pelayan tersebut bahkan ia tak segan menghabisi nyawa. Duh, sial sekali dirinya baru tiba di kediaman ia disambut cacian yang sukses memancing jiwa barbarnya.

"Ingat ini di otak kecil kalian. Jangan berani mengusikku ! Aku takkan mentoleransi kesalahan apapun." Kata Xu Xian dengan tegas.

Tekanan makin kuat yang Xu Xian berikan membuat semua hamba sahayanya semakin bergidik ngeri. "Kami mengerti, Nona." Sahut mereka kompak.

Xu Xian beranjak dari tempat duduknya, "Aku ingin pergi ke luar. Siapkan semuanya !" Perintah Xu Xian.

"Segera kami siapkan, Nona." Jawab cepat pelayan.

Setelah itu, Xu Xian meninggalkan tempat tersebut diikuti tiga orang pelayan setia miliknya.

"Apa rencana anda selanjutnya, leader." Tanya pelayan berpakaian layaknya laki-laki.

"Tidak ada, An." Jawab Xu Xian. "Aku masih malas masuk dalam intrik keluarga Gu." Sambungnya.

Pelayan bernama An tersebut menghela nafas pelan. Telah mengikuti pimpinannya hampir lima tahun bahkan sekarang ikut bertransmigrasi ke zaman dulu, An paham Xu Xian pasti telah memiliki rencana dan enggan merealisasikan.

"Maaf sebelumnya, apa kita tak berusaha mencari cara untuk kembali ke zaman kita ?" Kali ini pelayan dengan perawakan paling kecil bersuara. "Jangan tatap aku seperti itu, An. Aku hanya malas dengan intrik seperti ini." Katanya saat An memberikan tatapan tajam.

"Menyelesaikan urusan pemilik tubuh ini salah satu cara untuk kembali ke zaman kita, Lu." Jawab Xu Xian tak tertarik. "Tubuh ini masih lemah." Decak Xu Xian.

"Saya bisa membuatkan sesuatu untuk mempercepat perkembangan anda, leader. "

"Lakukan, Song."

"Baik, Nona." Jawab Song. "Untuk kalian juga kubuatkan." Sambungnya kala An dan Lu menatapnya penuh harap.

"Aku kembali ke kamar dulu. Kalian tunggulah aku di luar." Perintah Xu Xian.

"Yes, leader." Jawab ketiganya serempak.

Di dalam kamar miliknya Xu Xian menarik nafas lalu menghembuskan perlahan. Tangan kanannya menyentuh kening tertutup poni. Rasa pening mendera kala mengingat apa yang telah terjadi padanya.

Kejadian yang ia kira hanya ada di novel bergenre isekai atau time travel dialaminya. Kecelakaan itulah yang membuat diri Qian Ni terjebak dalam tubuh Gu Xu Xian. Sedang tiga bawahannya ikut terbawa karena mereka berusaha menolongnya. Jika Qian Ni hanya rohnya yang berpindah, maka ketiga orang tersebut berpindah roh dan raga mereka. Semua yang terjadi tak bisa diterima oleh akalnya. Ingin menyangkal namun ia benar-benar mengalaminya.

"Amunisi yang kumiliki harus kuat untuk masuk ke intrik menyebalkan itu." Gumam Xu Xian sembari melucuti pakaiannya, lalu ia mengambil pakaian yang lebih simple. Surai panjang yang berhiaskan hairpin ia lepas, dibiarkannya saja surai tergerai menutupi punggung kecil Xu Xian. Sebuah cadar Xu Xian pasangkan diwajahnya.

Di buka pintu kamar, nampak tiga bawahannya sudah menunggu.

"Kita berangkat."

□▪□▪□

Xu Xian akui pemilik tubuh ini memiliki kecantikan diatas rata-rata. Tak heran ia menjadi perhatian tiap kakinya melangkah. Cadar yang menutupi wajah tak mampu meredupkan aura miliknya.

"Aku dengar Xu Xian yang dulu begitu tertinggal dan tak dapat atensi siapapun. Apa itu berita bohong ?" Kata An dengan pelan.

"Kau bodoh, An." Ejek Lu yang dihadiahi delikan An. "Kalau Xu Xian yang dulu jelas seperti yang kau dengar, tapi sekarang leader kitalah yang mendiami tubuh ini." Jelas Lu. Lu mengakui kharisma seorang Qian Ni memang kuat. Bakat, jiwa kepemimpinan, dan parasnya membuat Lu mengagumi Qian Ni.

"Ah, pantas. Leader kita memang terbaik."

Obrolan tak berujung terus terjadi. Xu Xian hanya sesekali menimpalinya.

"Pergilah ke toko milik Tuan Mo, Song." Perintah Xu Xian tanpa menjelaskan apapun.

"Baik. Kalian jaga Nona dengan baik."

"Ya. Pergilah !"

Song memisahkan diri, dia segera menuju toko yang dimaksud.

"Kau cari senjata terbaik." Kali ini Xu Xian menunjuk Lu.

"Baik."

Tinggallah Xu Xian dan An, keduanya menuju rumah lelang. Menurut informasi yang didapatkan Lu hari ini banyak barang bagus yang dilelangkan.

"Nona, masalah uangnya ?"

"Tenang saja." Jawabnya santai.

Tanpa sepengetahuan mereka, Xu Xian telah mengambil separuh lebih 'persediaan' di kediaman Gu.

Xu Xian berencana bersenang-senang, sedang kediaman Gu tengah heboh karena hilangnya harta mereka.

"Untung keamanan mereka mudah sekali dikelabui." Batin Xu Xian.

□■▪□■

"Apa tidak ada ide lebih gila lagi, Pangeran ?"

"Ada, lomba mendaki jurang di hutan utara." Jawab seorang pemuda yang dipanggilnya Pangeran.

Ajudan sang pangeran menahan rasa jengkelnya. Hutan utara terkenal menakutkan, orang gila mana yang mau melakukan tersebut. Daripada memikirkan hadiah mereka pasti lebih sayang nyawa. "Perlombaan untuk putri-putri bangsawan biasanya hanya memasak, menjahit dan tata krama. Bela diri bukan termasuk didalamnya, Pangeran Gui Xian." Jelasnya.

"Lu Han." Panggil Gui Xian.

"Ya, Pangeran."

"Yang jadi majikan siapa aku atau kau."

Lu Han menelan saliva dengan susah. "P-pangeran."

"Kalau begitu lakukan perintahku !" Teriak Gui Xian.

"Siap, Tuanku." Lu Han bergegas pergi melaksanakan titah sang Tuan.

"Aku tak butuh seorang wanita yang hanya pandai bersolek. Yang aku butuhkan wanita yang tahu cara melindungi dirinya." Batin Gui Xian.

Perlombaan nanti pasti akan menarik, Gui Xian tak sabar menantinya. Hadiah besar berupa emas dan bisa menjadi keluarga Gui.

"Selamat datang, tamu undangan yang terhormat." Suara seseorang membuka jual beli hari ini. Gui Xian yang sedang senggang memilih datang ke rumah lelang, berharap mendapatkan sesuatu yang bagus.

Satu per satu barang dikeluarkan. Harga yang dipasang pun semakin meninggi seiring dengan kualitas barang yang semakin tinggi. Para kaum berduit berlomba mendapatkan sesuatu yang mereka anggap bagus.

Gui Xian menguap, sedaritadi tak ada yang menarik minatnya.

"Membosankan." Ujar seseorang mengejutkan Gui Xian.

Gui Xian pun menoleh ke sumber suara, disampingnya telah berdiri seorang bersurai panjang dan bercadar.

"Siapa kau ?"

"Ah, maaf aku masuk tanpa izin. Aku tak dapat ruangan." Jawabnya santai.

"Siapa kau ?" Ulang Gui Xian.

"Gadis bercadar." Jawaban asal membuat Gui Xian geram.

"Apa anda tak membeli apapun, Tuan ?" Sebelum Gui Xian menyemprot orang tak sopan itu lebih dulu membuka suara.

"Belum ada yang menarik." Jawab Gui Xian atas dasar kesopanan.

"Aku setuju, kukira bakal ada yang bagus. Ah, belum keberuntunganku." Ocehnya. "Mungkin minggu depan saja aku datang lagi."

"Apa yang kau cari ?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Gui Xian merutukinya. Untuk apa dia peduli urusan orang asing. Bodoh !

"Apa ya.... obat atau budak.. mungkin."

"Nona !"

Lagi, seseorang main selonong masuk ke ruangan miliknya. Astaga ! Sejak kapan auranya menurun hingga dua cecunguk berani seenaknya dihadapan seorang Gui Xian, sang pangeran berhati dingin.

"An."

"Mereka sudah mendapatkannya, Nona. Mari kita pulang !" Ujar An semangat. "Eh, Siapa Tuan tampan ini ?"

Gui Xian menahan perasaan kesalnya. Apa mereka berasal dari hutan belantara hingga tak tahu wajah keturunan penguasa daratan ini.

"Harusnya aku yang bertanya, siapa kalian ? Beraninya masuk ke ruanganku." Gui Xian berkata sarkas.

"Maafkan saya, Tuan. Ruangan lain sudah penuh jadi terpaksa kami ikut masuk kemari." Jelas An, dia tahu aura lawan bicaranya tak bisa dianggap remeh. An memilih jalan yang menurutnya aman, belum saatnya mereka membuat kegaduhan.

Cukup Gui Xian bersabar, "Kalian pikir bisa seenaknya..."

"Kami sudah meminta maaf, Tuan. Apa otak anda begitu kecil hingga tak tahu makna maaf." Sela Xu Xian.

Sumbu kesabaran Gui Xian habis. Gui Xian menarik sudut bibirnya, wanita didepannya punya nyali besar ternyata. "Maaf ? Kau tak mengatakannya dengan tulus, Nona ! Haruskah... kupanggilkan guru tata krama untukmu." Balas Gui Xian tajam.

"Laki-laki ini..." tangan Xu Xian mengepal. "Tak bisakah anda permudah ini ?" Desis Xu Xian.

Gui Xian dan Xu Xian saling menatap tajam. Percikan api memancar di bola mata mereka.

"Tuanku... hamba hendak melapor.." suara tegas milik Lu Han menginterupsi perdebatan Gui Xian dan Xu Xian. "Eh, Maaf hamba tak tahu Tuan sedang kedatangan tamu."

"Pergilah ! Aku lepaskan kalian hari ini." Usir Gui Xian pada kedua pengganggu ini.

"Dasar laki-laki merepotkan." Gerutu Xu Xian beranjak pergi diikuti An.

"Gadis gila." Batin Gui Xian menatap sengit punggung kecil itu yang kian menjauh.

"Tuan.."

"Diam !!!" Bentak Gui Xian.

"Aku salah apa..." Lu Han menangis dalam hati. Suasana hati Tuannya sedang buruk, dia yang jadi korbannya.

□○■○□

"Apa yang kalian lakukan, hah ?!!" Teriak sang kepala keluarga Gu. "Bisa-bisanya pencuri masuk kalian tak menyadarinya. Sudah tak sayang nyawa, hah !?" Amuknya.

Tuan Gu Li Ying terduduk sembari menekan kening yang terasa pening. Harta yang telah ia timbun hilang tanpa sempat ia nikmati.

"Pencuri sialan." Umpat Tuan Gu.

"Tenanglah, Tuanku. Marah-marah tak baik untuk kesehatanmu." Ji Yu, selir resmi kediaman Gu berusha menenangkan suaminya. "Kita pasti menemukan pencuri sialan itu." Imbuhnya.

Tuan Gu hanya diam. Dia tahu yang diucapkan Ji Yu tak lebih dari kalimat penghibur.

"Mulai hari ini perkecil pengeluaran kita sampai pencuri itu tertangkap."

"Termasuk jatah untukmu bersenang-senang, Gu Xi Wei." Imbuh Tuan Gu.

Nona kedua keluarga Gu terbelalak. "Tapi Ayah..."

"Turuti Ayahmu, anakku." Nada peringatan dari sang ibu membuat Xi Wei kembali menelah kalimat protesnya.

Padahal Xi Wei telah membuat janji mengadakan acara pesta di kediamannya, sekarang Xi Wei harus bilang apa pada teman-teman minum tehnya.

Sebuah ide terlintas di otak liciknya. "Ada Xu Xian." Batinnya.

"Kau bilang ada yang hendak disampaikan pada Xu Xian, Tuanku." Ji Yu mengingatkan suaminya.

"Kau benar."

"Panggi Xu Xian untuk menghadapku." Perintah Tuan Gu pada pelayannya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

~🌺Ellies Sakura 🌺~

~🌺Ellies Sakura 🌺~

good

2021-06-12

0

🎐꧁༺𝒜𝒾𝓈𝓎𝒶𝒽༻꧂🦋

🎐꧁༺𝒜𝒾𝓈𝓎𝒶𝒽༻꧂🦋

ih hampir keliru kira saya yang punya ruangan itu Gu Xian ternyata Gui Xian

2020-10-20

3

Bukan pembaca gelap

Bukan pembaca gelap

Gk ada yg tau, klo yg ngambil Xu xian bodoh emg

2020-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!