"Fre," panggil Alex.
Freya tersentak kaget, Alex sudah berjalan jauh di depannya, dia sudah hampir membuka pintu rumah itu.
"Fre, kau kenapa?" tanya Alex heran, karena Freya masih mematung di tempatnya.
"Apa kau akan membuangku Lex?" tanya Freya tiba-tiba.
"Hah!" mata Alex membulat, saat mendengar pertanyaan Freya.
Sambil tertawa Alex melangkah mendekati Freya.
"Jangan negative thinking," ucap Alex sambil mencubit pipi Freya.
Lalu ia menuntun Freya, dan mengajaknya masuk ke dalam rumah itu.
Freya menurut, ia mencoba memercayai Alex.
Saat membuka pintu, mereka langsung disambut dengan aroma pengap yang sangat menyengat, maklum semua perabotan di sana sudah berdebu tebal. Namun Alex tak mempedulikannya, ia tetap menuntun Freya untuk masuk lebih jauh. Dan akhirnya mereka berhenti di depan ruangan yang pintunya berwarna hitam.
Alex membuka pintu itu, dan hanya kegelapan yang terlihat di sana, rupanya ruanganan itu didesain tanpa jendela. Dengan menggunakan ponsel sebagai alat penerang, Alex mengajak Freya untuk melangkah masuk.
Mereka melangkahkan kakinya lebih jauh, dan akhirnya berhenti di dekat lantai berwarna hitam, dan berbentuk persegi panjang.
"Apa ini?" batin Freya.
Freya mengamati ruangan itu, seluruh lantainya berwarna putih, dan hanya di hadapannya itu saja yang berwarna hitam.
Alex berjongkok, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, sebuah benda kecil yang tak jelas bagaimana bentuknya. Lalu ia mengarahkan benda itu ke lantai hitam di depannya.
Freya juga ikut berjongkok, mengamati lantai itu dengan lebih teliti. Ternyata ada sedikit lubang dibagian tepinya, dan benda yang diambil Alex terlihat mirip dengan sebuah kunci.
"Apa ini pintu?" batin Freya.
Ternyata dugaan Freya benar, lantai itu kini bergeser ke samping, mengeluarkan suara decitan yang cukup keras. Setelah pintu terbuka dengan sempurna, tampak di sana sebuah tangga yang curam.
"Kau siap Fre?" tanya Alex sambil tersenyum.
"Apakah kita akan turun?" ucap Freya balik bertanya. Tangga itu terlihat sangat curam, dan juga cukup gelap, membuat Freya bergidik ngeri.
"Ada aku, kau tidak perlu takut," jawab Alex. Lalu ia kembali menuntun Freya, dan mengajaknya menuruni tangga.
Jantung Freya berdebar dengan cepat, belum pernah ia mendatangi tempat yang mengerikan seperti ini.
"Seharusnya kau membawa alat penerang yang lebih baik Lex," kata Freya sambil menggenggam tangan Alex dengan erat.
"Kita mafia Fre, kau harus terbiasa dengan situasi seperti ini," jawab Alex dengan santainya.
Tapi tiba-tiba ada suara decitan aneh di atas mereka.
"Suara apa itu Lex?" tanya Freya dengan spontan.
"Itu hanya suara pintu Fre." Jawab Alex.
"Pintunya kenapa? Tidak runtuh kan Lex?" tanya Freya dengan gugup. Bahkan ia sampai menghentikan langkahnya.
Alex tertawa renyah melihat sikap Freya, namanya juga wanita, wajarlah, batin Alex saat itu.
"Kau jangan berlebihan Fre, itu pintu otomatis yang bisa menutup sendiri." Jawab Alex masih dengan tawanya.
Freya menarik napas lega, namun tidak menjawab ucapan Alex. Ia lebih memilih untuk fokus pada pandangannya, sedikit saja ia terpeleset, pasti sudah tergelincir kebawah sana, dan pulang hanya tinggal nama.
Tak berapa lama kemudian, mereka telah sampai di lantai bawah. Mereka menyusuri lorong kecil yang berliku. Alex masih menggenggam tangan Freya, ia tahu wanita itu sedang ketakutan.
Lalu mereka sampai di ruangan yang sangat besar, terlihat seperti rumah. Lampu-lampunya bersinar dengan terang, ada sofa, meja makan, dan perabotan-perabotan lainnya, tampak terawat dengan baik.
"Apa ini rumah Lex?" tanya Freya.
"Yah semacam itulah." Jawab Alex sambil tersenyum.
"Apa ada yang tinggal di sini?" tanya Freya lagi.
"Tentu saja." Jawab Alex dengan mantap.
"Yang benar saja, tinggal di ruangan bawah tanah seperti ini. Kok sanggup ya." Gumam Freya didalam hatinya.
Lalu Alex berhenti di depan pintu ruangan, dan mengetuknya. Tak lama kemudian pintunya terbuka. Tampak seorang pria bertubuh kekar berdiri di sana.
Freya kembali bergidik ngeri saat menatap pria itu, sangat menyeramkan menurutnya. Badannya kekar, dan tinggi dengan tato yang menutupi hampir seluruh badannya. Rambut hitamnya yang memanjang dikuncir ke belakang. Tatapannya sangat tajam, dan menakutkan.
"Jangan memandangnya seperti itu, kau menakutinya Jack!" ucap Alex sambil menepuk bahu pria yang dipanggil Jack itu.
Alex kembali menuntun Freya, ia mengajaknya masuk ke dalam ruangan itu.
"Apakah dia wanitamu?" tanya Jack sambil melirik Freya.
"Dia akan menjadi rekan kita." Jawab Alex sambil duduk di kursi.
Freya juga ikut duduk di sebelahnya.
"Hmmm." Jack hanya menggumam sambil mengangguk.
Kemudian Jack membuka almarinya, dan mengambil tiga buah pistol glock meyer, lalu meletakkannya di atas meja.
Alek mengambil pistol itu, dan mengusapnya pelan.
"Wow." Ucap Alex sambil mengamati pistol itu.
"Ini luar biasa Jack." Sambung Alex dengan senyuman lebar.
"Aku punya yang lebih menarik Lex," kata Jack sambil membuka laci mejanya. Ia mengambil sebuah botol kaca yang berukuran cukup kecil. Cairan di dalamnya tampak berwarna merah keunguan.
"Cukup satu kali suntikan, kau sudah bisa membunuh lawan," ucapnya sambil memberikan botol itu pada Alex.
"Aku tidak suka bermain dengan obat Jack, aku lebih suka dengan yang berdarah," jawab Alex sambil meletakkan obat itu di atas meja.
"Dari dulu kau tidak berubah Lex, sudah lah bawa saja, siapa tahu Jordan membutuhkannya," kata Jack.
"Ahh kau selalu memaksa, baiklah kalau begitu, aku akan membawanya." Ucap Alex mengalah.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Alex, dan Freya memutuskan untuk pulang. Mereka kembali menyusuri lorong, dan tangga yang curam. Kini Freya tahu siapa pria tadi.
Dia adalah Jack Hanston, salah satu rekan dari Jordan Vinales. Ia memilih tinggal di bawah tanah, karena menjadi buronan atas kasus perdagangan senjata ilegal.
Alex dan Freya sudah sampai di mobil, mereka menaikinya, dan Alex langsung melajukannya dengan cepat.
Perjalanan mereka sudah cukup jauh, jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Freya merasa lelah, dan mengantuk. Ia menyandarkan kepalanya ke belakang, dan perlahan mulai memejamkan matanya.
Namun belum sempat Freya tertidur, tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara rem yang berdecit keras. Mobil yang ia tumpangi berhenti dengan mendadak. Sontak Freya langsung membuka matanya lebar-lebar, tampak di depannya ada dua mobil yang sedang menghadang. Kebetulan jalanan ini memang cukup sepi.
"Kau diam di sini Fre, apapun yang terjadi jangan keluar!" kata Alex dengan tegas, kemudian ia turun dari mobil.
Pengawal yang mengikuti mereka juga datang, dan membantu Alex.
Freya sangat ketakutan, ia menutup mulutnya agar tidak berteriak. Pemandangan di depannya sangat mengerikan, beberapa pria sedang baku hantam, dan saling menembak.
Banyak diantara mereka yang sudah terkapar, dan bersimbah darah.
Perut Freya terasa mual, ia tak sanggup lagi melihat semua ini. Kemudian Freya teringat akan Jordan.
"Aku harus menghubunginya, Alex dalam bahaya." Batin Freya.
Lalu ia mengambil ponselnya, namun sayang sekali tidak ada sinyal di tempat ini. Freya menggeram kesal, ia bingung dan tak tahu harus berbuat apa.
Dengan jantung yang berdetak cepat, ia memberanikan diri untuk melihat Alex, ia harus memastikan bahwa Alex baik-baik saja.
Beberapa lelaki sudah tergeletak tanpa nyawa di jalanan, kini hanya tinggal Alex, dan seorang pria bertubuh besar di sana.
Alex sudah tampak kelelahan, lengannya juga terluka, sedangkan lelaki itu, ia masih terlihat segar bugar. Mungkin tadi ia belum berkelahi, pikir Freya kala itu.
Freya melihat mereka saling memukul, ia juga ikut meringis saat melihat lelaki itu memukul Alex. Alex tampak sempoyongan, dan hampir terjatuh. Belum sempat Alex menyeimbangkan tubuhnya, pria itu sudah kembali memukulnya, hingga pistol Alex terlempar jauh.
Freya benar-benar ketakutan saat melihat Alex terkapar di jalanan, dan lelaki itu menodongkan pistol, tepat di dada Alex.
"Aku harus menolong Alex, aku tidak bisa diam saja seperti ini." Gumam Freya dengan tubuh yang gemetaran.
Lalu matanya menatap pistol glock meyer yang baru saja mereka ambil. Tanpa pikir panjang, Freya langsung mengambil pistol itu, dan bergegas keluar dari mobil.
Tubuh Freya melemas saat melihat lelaki itu sudah menarik pelatuk pistolnya.
Dan doooorrrr!!
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
novel ini beda yak thorr dari novel nya author yng lain , semua novel nya author dah aq baca semua , novel ini aja yng berdarah darah cerita nya
tapi aq syukak 💪💪💪 authorr cantikk
2021-09-30
1
Tiktok: misshel_author
Ugh ... seyem😣 freya akhirnya berhasil nembak ... yeye😃
2021-08-05
0
Nur Hamza
ingin tau sadis nya
2021-04-16
0