Freya keluar dari kamarnya, saat pelayan datang memberitahukan bahwa Jordan sudah menunggunya untuk makan malam.
Dengan langkah pelan Freya menuju ke meja makan, di sana sudah ada tiga orang lelaki, salah satunya adalah Jordan.
Freya memilih duduk di depan Jordan, di samping lelaki yang berambut pirang. Freya tersenyum, mencoba bersikap ramah terhadap mereka.
"Mereka adalah temanku, dia adalah Alex, dan dia adalah Andrew," kata Jordan sambil menunjuk kedua temannya.
Yang berambut pirang adalah Alex, sedangkan Andrew berambut hitam, sama seperti Jordan.
"Aku Freya." Ucap Freya kepada Alex, dan Andrew.
"Selamat datang, semoga kau betah tinggal di sini," kata Alex, dan Freya menjawabnya dengan anggukan.
Kemudian mereka berempat mulai menikmati makanannya, dan tidak ada lagi yang berbicara.
Setelah selesai makan malam, Jordan mengajak Freya, dan kedua temannya untuk pergi ke lantai tiga. Mereka masuk ke dalam ruangan besar, yang sedikit pengap. Freya tertegun saat menyadari dimana dia berada saat ini.
Ruang senjata, mungkin itulah istilah yang paling tepat untuk menyebutkan tempat ini. Karena Freya melihat beberapa macam senjata tertata rapi di kamar itu.
Mulai dari senapan panjang, sampai pistol revolver.
"Kelak ini akan menjadi ruangan yang kau sukai Freya," ucap Jordan sambil merentangkan kedua tangannya.
Freya, Alex, maupun Andrew, mereka tidak ada yang paham dengan maksud Jordan. Mereka hanya mengernyitkan kening sambil menatapnya.
"Apa maksudmu kawan?" tanya Alex.
"Dia akan menjadi bagian dari kelompok kita!" Jawab Jordan dengan tegas.
"Mak...maksud kamu...aku..." kata Freya terbata-bata.
Jordan mendekati Freya, dan menatapnya dengan tajam.
"Iya, kau akan menjadi mafia seperti kita." Ucap Jordan tanpa ragu-ragu.
"Tapi..."
"Kau ingin balas dendam bukan?"
"Iya, tapi apa harus seperti ini?" tanya Freya.
"Apa yang kau takutkan? Aku akan mengajarimu menggunakan senjata. Bagaimana caranya membunuh, dan melumpuhkan lawan. Setelah terbiasa, kau pasti menikmatinya," ucap Jordan dengan santainya.
Freya menelan ludahnya saat mendengar kata-kata yang keluar. dari mulut Jordan. Membayangkan dirinya bermain dengan senjata, membunuh, dan berlumuran darah.
Ahhh sangat mengerikan!
Membayangkan saja sepertinya ia tak sanggup, apalagi melakukannya. Haruskah ia benar-benar menjadi seorang mafia?
"Dia seorang wanita Jordan, apa kau yakin dengan rencanamu?" tanya Alex dengan cepat.
"Tentu saja. Umpan yang tidak mencurigakan adalah wanita cantik. Kalian tahu, Mr.X selama ini menyembunyikan identitasnya, kita juga harus melakukan hal yang sama. Kita akan menyembunyikan identitas Freya, dan menggunakannya untuk menguak identitas Mr.X, dan kemudian kita akan menghancurkannya," jawab Jordan dengan panjang lebar.
Freya tidak kaget, jika ternyata dirinya hanya dijadikan umpan.
Jordan adalah orang besar, jika tanpa imbalan yang setimpal, Jordan tidak mungkin mau menolongnya.
Hanya saja Freya masih ragu, benarkah ia bisa melakukannya.
Berada di antara senjata-senjata seperti ini saja, badannya sudah gemetaran tidak karuan.
Bagaimana kalau dia gagal?
Bukankah itu akan mempercepat kematiannya, karena Jordan tidak mungkin mengampuninya.
"Kalau aku gagal bagaimana?" tanya Freya dengan hati-hati.
"Jangan sampai gagal!" jawab Jordan tegas.
"Tapi aku tidak punya keberanian." Kata Freya.
"Bukan tidak, tapi belum." Jawab Jordan.
"Kau yakin ini akan berhasil Jordan?" tanya Andrew.
"Kita coba dulu, baru kita tahu jawabannya," jawab Jordan.
"Tapi ini tidak sebentar. Jika kita gagal, begitu banyak waktu akan terbuang sia-sia," sahut Andrew.
"Apa menurutmu kita menunggu sambil diam saja, Ndrew?" tanya Jordan.
Andrew terdiam, ia tak bisa lagi menyangkal rencana Jordan.
Alex juga diam, ia hanya berharap rencana Jordan kali ini bisa berjalan dengan lancar.
***
Sudah satu bulan Freya tinggal di Moskow, dan kini ia mulai terbiasa memegang senjata. Mengenali jenis-jenisnya, juga belajar mengisi pelurunya. Jordan benar, dengan kebiasaan rasa takut perlahan bisa ditepiskan. Sekarang Freya sudah bisa membangkitkan keberaniannya. Ia tak lagi menjerit kaget, saat melihat Jordan, atau yang lainnya pulang dengan luka dan darah.
"Freya!" panggil Jordan.
Freya yang saat itu sedang duduk di tepi kolam renang, langsung menoleh ke belakang.
"Ada apa?" tanya Freya.
Hubungan mereka semakin akrab, Freya tidak takut, ataupun canggung lagi saat berhadapan dengan Jordan, dan yang lainnya. Freya sudah bisa menganggap mereka sebagai teman.
"Hari ini aku sedang tidak sibuk, kau sudah siap untuk latihan?" tanya Jordan sambil duduk di sebelah Freya.
Ternyata Jordan tak sedingin yang Freya bayangkan. Setelah saling mengenal, ternyata Jordan cukup ramah, dan banyak bicara. Tapi satu fakta yang Freya tahu, Jordan adalah manusia paling sadis dan kejam yang pernah Freya temui.
"Tentu saja." Jawab Freya dengan mantap.
Kemudian mereka berdua beranjak pergi ke lantai tiga. Mengambil beberapa pistol, dan kemudian membawanya ke lahan belakang rumah.
Lahan yang cukup lapang, dengan beberapa pohon yang rindang.
Di sinilah Freya, dan Jordan berada. Mereka akan berlatih menembak di tempat ini. Jordan berdiri di belakang Freya, membantunya memegang pistol dengan benar, mengajari bagaimana caranya mengincar sasaran.
Ini adalah pertama kalinya Freya belajar menembak, juga pertama kalinya mereka dalam posisi seperti ini. Jantung Freya berdegub kencang, saat tubuh Jordan merapat di punggungnya.
"Apa kau takut?" tanya Jordan.
"Tidak."
"Tapi tanganmu bergetar." Kata Jordan.
Ohhh tidak!
Kenapa Jordan menyadarinya. Freya bergetar bukan karena takut, tapi karena gugup dengan posisi mereka saat ini. Freya menarik napas dalam-dalam, mencoba mengontrol dirinya.
Tidak boleh. Ia tidak boleh tertarik dengan Jordan. Dia terlalu tinggi untukmu Freya. Pikir Freya, mengingatkan dirinya sendiri.
"Jangan gugup, anggap saja itu musuh yang akan membunuhmu!" ucap Jordan.
Freya berusaha keras menepis semua bayangan tentang Jordan. Ia mencoba mengingat kembali masa kelamnya. Bagaimana perlakuan ibu tirinya, sampai ia kehilangan semua aset yang seharusnya menjadi miliknya.
Dengan rasa kebencian itu, akhirnya Freya bisa fokus latihan.
Ia harus menjadi orang hebat, dan bisa balas dendam.
Door.....!!
Freya mencoba menembak, namun meleset. Pelurunya mendarat jauh dari sasaran.
"Fokuskan pandanganmu, dan pegang seperti ini!" kata Jordan.
Freya kembali berdebar saat tangan Jordan menyentuh tangannya.
Door....!!
Dengan bantuan Jordan, tembakan Freya tepat mengenai sasaran.
Jordan melangkah mundur, dan tak lagi membantu Freya.
"Lakukan seperti tadi!" kata Jordan memberi intruksi.
Freya kembali fokus saat Jordan tak lagi memegangnya. Ia berusaha sebisa mungkin mengenai sasaran.
Door....!!! Gagal.
Hingga beberapa kali tembakan, Freya belum juga bisa mengenai sasaran. Ia mengacak rambutnya dengan kasar, merasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri.
"Besok kita latihan lagi," ucap Jordan dengan datar.
"Baik." Jawab Freya sambil menunduk.
Freya tak berani menatap Jordan, karena sepertinya lelaki itu sedang marah.
Samar-samar ia mendengar langkah Jordan mulai menjauh, meninggalkan Freya sendirian di sana.
"Kenapa aku sebodoh ini, kalau dia kecewa aku tidak bisa lagi mengambil hakku," gumam Freya.
Kemudian Freya juga pergi meninggalkan tempat itu, ia berharap latihan besok lebih baik.
Ia ingin menjadi orang hebat seperti Jordan, agar bisa mengambil kembali haknya yang sudah dirampas oleh ibu tirinya.
"Freya." Sapa Alex yang baru saja pulang.
"Iya."
"Kau dari mana?" tanya Alex.
"Lahan belakang rumah." Jawab Freya.
"Kau latihan?"
"Iya, tapi gagal." Jawab freya pelan, seraya menundukkan kepalanya.
"Maksudmu?" tanya Alex heran.
"Aku tidak bisa mengenai sasaran, dan sepertinya Jordan sangat kecewa." Kata Freya.
"Tenanglah, ini hari pertamamu kedepannya pasti lebih baik," ucap Alex sambil menepuk bahu Freya.
"Aku juga berharap begitu." Jawab Freya sambil menghela napas panjang.
*Bers**ambung*......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
👍👍👍💜💜💜
2022-09-20
0
Kendarsih Keken
siapa mr x
2021-09-30
0
Tiktok: misshel_author
Semangat frey💪
2021-08-05
0