Sekarang ketiga-nya sedang berkumpul di ruang tamu rumah Alesya, seperti inilah mereka saat weekend. Berkumpul dan saling bertukar cerita. Dengan kesibukan masing-masing membuat mereka jarang bertemu terutama Alesya.
Makanan yang tadi di pesan Audrey sudah sampai dan, sedang kami nikmati bersama.
"Le gimna kerjaan Lo lancar?" tanya Audrey. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Syukurlah, kalo ada apa-apa hubungi kita." lanjutnya.
"kalian tahu gak?" Tanya Adela.
"Apaan?" jawabku.
"Tebak dong."
"Males, buruan." ucap Audrey.
"Mangkanya tebak dulu." balas Adela
"Ribet banget, mau ngasih tau harus pake tebak-tebakkan segala dasar bocah." ucap Audrey.
"sialan, gue bukan bocah." balas Adela
"Yaudah kenapa, anak kucing Lo lahiran atau, anjing tetangga yang gendut itu gigit kaki Lo terus, Lo kena rabies dan jadi gila. Apa jangan-jangan Lo...KUTUAN." tutur Audrey.
"Camvret, rambut gue wangi gini mana ada kutunya. Noh kalo si Welyn baru, rambutnya kan kaya sarang burung walet keriting bwangett. Mana nih ya pas gua lagi di toliet dia malah ngeluarin lipstik dari rambutnya, beuhh dikira kantong doraemon, jadi ngeri gue." cerocos Adela.
"Hush kamu jangan gitu, nanti gimna kalo dia denger kan bisa sakit hati." ucapku.
"Yaealah Le, emng si Welyn serumah ama lo, kan enggak. Mana bakal tau tuh anak." Belanya.
"Kan aku rekam kamu pas lagi ngomong." ucapku jahil.
"Demi apa Le, Lo rekam gue ngomong. Tega Lo sama sahabat sendiri, jangan dong Le. Lo gak kasian apa sama jones limited edition ini, ntar cowo-cowo pada kehilangan dong." Ucapnya dibuat sedih.
"Halah palingan semua cowo juga pada ngeri sama Lo yang kelakuannya sebelas duabelas sama Mak lampir."ucap Audrey.
" Masalah Lo apa sih, ngejelekin gue mulu perasaan."Sewot Adela.
"Yeuhhh emang kenyataannya gitukan." balas Audrey.
"Au ahh gue marah." cemburut Adela.
"Marah kok bilang." ucap Audrey.
"terserah." singkat Adela sembari memasukan sepotong pizza penuh ke mulutnya.
"Jangan ngambek dong, kamu liat kan dari tadi aku gak pegang hp." ucapku serius.
"terus." ucap Adela
"Emang otak udang, ya berarti Alesya daritadi cuman ngerjain lo Pinter." ucap Audrey kesal dengan kelakuan sahabat nya yang satu ini.
"Benaran Le?" tanya Adela
"Hmmm."
"Aishh Lo bikin gue mati cepet tau gak, padahal tadi gue udah ngebayangin, gimana nanti kalo si Welyn tahu bisa-bisa gue di jadiin penunggu rambut keribonya." ucap Adela.
"Lo nya aja yang kepinteran, mangkanya pikir pake otak jangan pake dengkul burik Lo." ucap Audrey.
"Emng dengkul Lo gak burik gituh? perasaan sama aja deh." bela Adel.
"Mana sini dengkul kalian berdua sejajarin sama yang punya aku juga." ucapku.
"Mau ngapain?" tanya Audrey.
"Udah siniin aja, cepet." ucapku sambil menselonjorkan kaki kedepan, kemudian Rey dan Adel melakukan hal sama.
"Nah kan bener, sama semua." ucapku polos. Kami pun saling pandang, Aku tahu mereka masih bingung dan, hanya diam mencerna apa yang Aku lakukan. Setelah tahu maksudnya Kami pun tertawa terbahak-bahak.
"Konyol sekali." Batinku.
"Sungguh aneh." Batin Audrey berucap.
"Memang gila." kini batin Adela berucap dan, tanpa mereka ketahui ketiga-nya melakukan hal yang sama.
Adela yang panikan dan juga lemot sedangkan, Audrey yang dewasa, kasar dan agak konyol itu membuat kami selalu terhibur akan tingkah menyebalkannya. Sesibuk apapun kita pasti akan menyempatkan sedikit waktu sekedar nongrong dan bercerita kecil, sejenak membuatku lupa akan kesedihan jika sedang bersama mereka.
"jadi apa?" tanyaku, hinggal hampir lupa dengan apa yang akan Adela sampaikan.
"Di acara seminar kampus, gue denger akan ada sambutan dari pemilik EGU." ucap Audrey.
"God, gue harus dandan yang cantik dong kalo gitu. Siapa tahu dia liat gue dan di jadiin istrinya." Ucap antusias Adel.
"Percaya diri banget Lo, jangan harap. Tipenya tuh modelan gue gini." balas Audrey sambil berpose layaknya model.
"Phtttt..Hahahahahha...kalian ngomongin siapa sih sampe harus terlihat perfect, cuman pemilik kampus doang kan." ucapku sambil tertawa.
"Alesya sayang, Lo tau kan pemilik kampus kita itu pengusaha termuda dunia yang jadi incaran semua kaum wanita." jelas Adela.
"Siapa?" dengan polosnya aku bertanya."Apa aku salah bicara, kenapa reaksi mereka berlebihan seperti ini." Batinku melihat Rey dan Adel melongo akan pertanyaan ku barusan.
"Ya tuhan mengapa manusia ini bodoh sekali. Lo gak tahu?" tanya-nya, dan aku hanya mengangguk. Aku tidak selah bukan, karena aku MABA belum tahu siapa pemiliknya dan tidak mau tahu juga kalau mereka tidak membahasnya.
"Serius?" lanjutnya kembali bertanya.
"Iya aku tidak tahu, memang seberapa penting aku harus mengetahui pemilik kampus. Aku kuliah bukan untuk mengencaninya bukan." ucapku asal.
"Nggak gitu juga." sahut Audrey.
"Yaudah pokonya nanti Lo liat aja pemiliknya gimna, gue yakin Lo pasti langsung terpesona." tutur Adela.
Tak terasa kami berbincang sudah seharian, Rey dan Adel pamit pulang karena, besok kami harus menghadiri seminar kampus. Setelah selesai bersih-bersih aku bergegas untuk tidur.
Gilbert pov
Di lain tempat seseorang sedang memandang selembar foto dengan senyum misteriusnya tanpa ada yang tahu, rencana apa yang sedang ia siapkan. Sesekali dia menengguk cairan bening dalam gelas kesayangannya, kemudian bergumam.
"Ternya kau sudah ditakdirkan tuhan untukku." ucapnya mengelus foto itu dengan lembut.Namun sedetik kemudian Ia remas dengan kuat, terlihat kilatan kebencian yang sudah terpendam sejak lama.
Tanpa orang tahu, dirinya menyimpan kesedihan yang begitu mendalam kecuali sahabatnya. Karena pengkhianatan sang kekasih membuatnya lupa akan dirinya sendiri, Gil yang sekarang sangat berbeda dengan Gil yang dulu. Dia begitu mencintainya dengan tulus namun, kejadian yang membuatnya merubah perasaan cinta itu menjadi benci.
Tuhan seakan mendunkungnya, untuk mendapatkan gadis yang membuatnya seperti ini.
Drttttt...drtttttt... ponselnya bergetar
"Katakan." ucap Gil singkat.
"saya sudah mendapatkan informasi yang anda inginkan sir. Ternyata dia tinggal di daerah pinggiran kota New York, dan orang tuanya telah meninggal. Dia melanjutkan study di EGU milik anda sir. Laporan yang anda minta sudah saya kirimkan." ucap pria di sebrang sana.
"Kerja bagus Tom, tunggu perintahku selanjutnya."
"Baik sir." panggilan pun di akhiri.
"Ternyata takdir sudah menuntunmu kepadaku bi*ch." ucapnya dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
An Nur Waopo Hanafi
lo gue.. padahal latarx Amerika...
2022-03-14
0
senja
ko lu gue seeeh, jd gak enak bacanya 😏
2021-02-05
0
Rhenii RA
latar tempatnya di LN tapi bahasanya pake lo-gue.
2021-01-25
0