Alesya pov
Langit sudah menampakan gelapnya dan Alesya masih setia duduk menunggu Bus lewat menuju kerumahnya"Huftt hujan lagi, bagaimna aku pulang."
Dia jadi teringat dengan nasib sial yang menimpanya satu tahun lalu, tak sadar air matanya menetes membayangkan begitu tidak adil tuhan kedapanya. Setelah dirinya hancur dan mengalami trauma hingga membuatnya harus berobat dan bertemu psikolog. Dan saat berhasil sembuh Mom pergi meninggalkan ku untuk selamanya, karena sebuah kecelakaan.
flashback on
"Sepasang insan masih terlelap akibat kejadian yang di lalui semalam. Namun tidak dengan gadis cantik yang berada dalam selimut menutupi tubuh polosnya. Dia mulai mengerejapkan netra birunya, setelah sepenuhnya sadar dan teringat kejadian semalam. Ia langsung bangun dan berdiri memungut pakaian yang berserakan di lantai.
Hatinya sakit, harus mendapatkan perlakuan seperti ini. Dia langsung memakai pakaian dengan air mata yang tidak berhenti mengalir deras.
"Ternyata semua ini bukanlah mimpi, aku kotor. Mom, Dad maafkan aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri." Dengan terisak, kemudian dia kemabali melihat pria brengksek yang telah memprokosanya semalam dengan pandangan penuh benci. Setelah selesai, Ia bergegas pulang dengan langkah tertatih menahan nyeri di area kewanitaannya.
Gadis itu adalah Alesya, yang semalam terjebak di ruangan terkutuk itu. Setelah tibanya di rumah Ale langsung menuju ke kamar dan menumpahkan tangisnya. Hingga ibunya datang untuk melihat puteri semata wayangnya khawatir karena, dia tidak pulang semalam ataupun sekedar mengabari.
"Sayang kenapa menangis, apa ada masalah?" Mom berkata sambil mengusap rambutku sayang, ada rasa khawatir yang aku tangkap dari suara Mom.
Aku langsung berbalik dan memeluk Mom erat tangis ku pecah di pelukannya.
"Aa...aaa.aaku kkoo...ttoor...kotor Mom, aku benci diriku sendiri. Pria itu...pria itu..Mom aku takut, Mom jangan tinggalkan aku sendirian dia pasti akan datang lagi, aku takut Mom." ucapku terbata ketakutan.
"Maksudmu apa sayang, Pria siapa Mom tidak mengerti?" Mom bingung melihatku seperti ini dan mulai ikut menangis.
"Ddd...ddiaa menjamah tubuhku Mom, pria brengksek yang membuatku kotor dan membenci diriku sendiri."
"ya tuhan, maafkan Mom tidak bisa menjagamu sayang. Mom gagal menjadi ibu yang baik untukmu, maafkan Mom." ucap Mom sambil terisak karena, mendapati puterinya hancur seperti ini membuatnya sakit. Dia terus membelai kepalaku hingga tak terasa aku tertidur di pelukannya.
Saat bangun dari tidur, kedua sahabatku sudah berada di dalam kamar. Dan dengan tiba-tiba memelukku sambil mengucapkan maaf, maaf dan maaf. Pasti Mom sudah memberi tahu mereka.
"Le maafin gue, andai aja kalo gue gak maksa Lo buat ikut pasti gak akan kejadian kaya gini."ucap Adela ikut menangis juga.
" Iya Le gue juga minta maaf, gue nyesel ajak Lo kesana. Mestinya Lo gak ngalamin ini." Kini Audrey berucap. Aku hanya diam saja belum mengucapkan sepatah katapun, aku masih ketakutan dia akan datang dan melakukan itu lagi. Dan tanpa sadar aku menjerit sangat kencang.
"Tidak...tidak tolong jangan bunuh aku tuan, tolong...Mommmm..." teriakku. Dan Mom langsung datang untuk menenangkan. Kedua sahabatku semakin merasa menyesal dan sedih melihat kondisi ku saat ini. Aku mengalami trauma berat, yang mengaharuskan bertemu psikolog.
Setelah beberapa jam Ale baru bisa tenang dan kembali tertidur. Mom mengajak kedua sahabatku keluar untuk berbicara.
"Tante kami sungguh sangat menyelas, Alesya harus mengalami hal seperti ini, kami sungguh minta maaf." ucap Audrey tulus sambil mememluk Vanya.
"Tidak apa Rey,Del. Semua ini bukan salah kalian tante tahu kalian adalah sahabat baik Ale, mungkin ini adalah jalan tuhan untuk Ale mengalami ini semua. Tante juga kaget dan merasa hancur melihat Ale seperti ini." Ucap Vanya.
"Apa sebaiknya Ale di periksa psikolog untuk menyebuhkan traumanya, kami bisa membatu Tan." Ucap Adela.
"Iya mungkin nanti tante akan membawanya kesana tapi, melihat kondisinya sekarang akan susah membawa Ale keluar dan bertemu orang banyak." Ucap vanya sendu.
"Nanti Rey yang datangkan psikolog untuk memeriksa Ale, tante tenang saja untuk biaya kami bisa patungan, iya kan Del?" tanyanya kepada Adela.
"Iya tante tidak usah khawatir, nanti kami akan membantu sedikit biaya jika Ale memang harus melakukan terapi untuk penyembuhannya." Ucap Adela.
"Baiklah tante tidak memaksa kalian untuk ini, terima kasih Audrey, Adela kalian memang sahabat terbaik bagi Alesya." ucap vanya memeluk mereka beruda.
"Yaudah tan, kami pamit pulang dulu. Besok kami akan datang bersama psikolog."Pamit Audrey dan Adela.
Keesokan harinya sesuai dengan perkataan sahabatnya kemarin, mereka membawa seorang psikolog datang untuk memeriksa Ale.
Empat bulan sudah berlalu dan, selama itu dirinya tidak masuk sekolah. kini Ale dinyatakan sembuh dari trauma dan bisa menjalankan aktifitas seperti biasanya. Dan sekarang Ale sedang menunggu ibunya pulang dari bekerja untuk makan malam bersama, namun sampai waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, ibunya tak kunjung datang. Alesya begitu khawatir terjadi sesuatu kepada ibunya, dan benar saja selang beberapa waktu ponselnya berdering menandakan seseorang telah mengubunginya. Nomor tidak dikenal, sebenarnya Ale ragu untuk menjawab namun Ia urungkan, siapa tahu penting.
" Hallo." Ale mengangkatnya ragu.
"Apa benar ini dengan nona Alesya?" seorang pria menyahut di sebrang sana.
"Iya, ini dengan siapa?"
"Kami dari pihak kepolisian mengabarkan bahwa, bus yang ibu anda tumpangi mengalami kecelakaan, dan sekarang kami sudah membawa semua korban ke Eight hospital."
"APA...sir anda jangan bercanda, kau mau mengerjaiku hah dasar kurang ajar. Jangan membuat lelucon bodoh seperti ini, aku tidak akan tertipu." Ucapku penuh amarah.
"Terserah jika anda tidak mempercayai kami, terimakasih." tuttt.. tutttt..tuttt terdengar sambungan yang sudah tertutup.
"Oh tuhan apa yang harus aku lakukan, bagaimna jika di menipuku. Tapi Mom..yah aku harus membuktikannya sendiri bahwa yang disana bukanlah Mommy ku." Kemudian Ale masuk kedalam untuk mengenakan sweeter abu miliknya karena cuaca malam begitu dingin. Di saat akan keluar, kedua sahabatnya baru saja sampai dan kebingungan melihat Ale begitu terburu-buru.
"Le mau kemana, buru-buru amat, kita baru sampe ini masa Lo malah mau pergi." tegur Adela.
"Kalian mau gak anterin aku ke Eight Hospital sekarang."
"Mau jenguk siapa kok malem-malem gini Le?" sahut Audrey.
"Tadi ada yang menelponku nomor tidak dikenal dan, dia seorang polisi kemudian memberitahuku bahwa bus yang Mommy tumpangi mengalami kecelakaan. Dan aku tidak percaya mereka pasti salah."
"Yaudah Le cepetan masuk, kita harus cepet-cepet kesana." Mereka bertiga kemudian bergegas menuju rumah sakit yang tadi di bicarakan.
Setelah tiba di sana mereka langsung menuju resepsionis yang sudah penuh dengan keluarga lainnya.
"Sus... atas nama Vanya Maurendra Gaven." ucapku cepat. Dan saat suster mengatan " Di ruang melati 102." Seketika aku kehilangan keseimbangan, ternyata benar Mom mengalami kecelakaan. Dengan cepat aku mencari ruangan Mommy bersama kedua sahabatku.
Setelah mencari dengan panik ku genggam daun pintu itu dengan tangan gemetar, kemungkinan terburuk mulai terbayang dan jika itu terjadi aku tidak akan pernah sanggup melewatinya tanpa Mom di sisiku. Saat pintu sudah terbuka, Mom sedang tertidur dengan balutan perban di kepala. Aku dan yang lainnya bergegas masuk.
"Mom." lirihku dan bulir bening mengalir deras tanda aku menagis saat ini.
"Le yang sabar." ucap Audrey menguatkan.
"Mom bangunlah, Ale sudah sembuh. Ayo Mom kita pulang aku sudah memasak untuk kita makan malam." isakku.
"Sayang, Alesya anak Mom." ucapnya terdengar sangat lemah.
"Mom kau bangun, syukurlah aku sangat takut Mom pergi." Ucapku menghambur kepelukannya.
"Sayang dengarkan Mom, waktu Mom sudah tidak banyak. Daddy sudah menunggu Mom disana untuk mengabiskan waktu bersama kami." ucap Mom sedikit dipaksakan tersenyum.
"Tante jangan bicara seperti itu, tante pasti akan cepat pulih. Kita kan belum merayakan kesembuhan Alesya." ucap Adela sembari menangis dalam pelukan Audrey.
"Rey dan Adel, jaga anak tante yah. Kalian harus saling menjaga dan selalu bersama di saat suka dan duka.Tante percaya bahwa kalian yang tuhan berikan untuk Alesya sebagai sahabat dan keluarga yang Alesya punya setelah tante pergi. Waktu tante disini tidak banyak." jedanya sebentar.
" Terimakasih karena sudah menjadikan Alesya sahabat dengan tulus." katanya terlihat menahan kesakitan.
"Mom... Kenapa Mom berbicara seperti seperti akan meninggalkanku. Apa kau malu memili anak kotor seperti ku." ucap Alesya sedikit kesal.
"Mom sangat menyayangimu puteriku, kau adalah satu-satu nya yang paling berharga untuk Mom di bandingkan dengan Nyawaku sendiri. Jaga dirimu baik-baik,terus kejarlah keinginan mu meskipun Mom tidak lagi berada di sampingmu.Mom and Dad akan menemanimu di atas sana. Semoga kau mendapatkan pria yang benar-benar menjaga dan melindungimu dari apapun, yang mencintaimu dengan tulus. Alesya puteriku kami men...cinttt...tttaimu." itulah kata-kata terakhir sebelum Mom menyusul Dad.
"MOMMMMMM....MOMMY, MOM BANGUN JANGAN TINGGALKAN AKU DI DUNIA YANG KEJAM INI. WAKE UP MOM, AKU MEMBENCI KALIAN. KENAPA KALIAN PERGI MOM, DAD. AKU MASIH MEMBUTUHKAN KALIAN, MOM WAKE UP." teriakku mengguncang tubuh Mom.
setelah prosesi pemakaman mom, aku kembali kerumah dengan kedua sahabatku yang masih setia pendampingi. Aku masih tidak menyangka bahwa sekarang aku tidak punya siapapun selain Rey dan Adel. Dan saat ini aku sadar bahwa, hidupku tak lagi sama.
flashback off
Ale bangun dari lamunannya karena bus yang ia tunggu sudah datang, segaralah ia masuk karena tak sabar untuk beristirahat setelah memalui hari yang sangat melelahkan.
Dan tanpa sadar, seseorang dalam mobil sport berwana merah yang mengintainya menyeringai senang. Karena setelah sekian lama dia kini menemukan incarannya. Kemudian melaju mengikuti bus itu sampai kedepan rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gilbert ya,,Udah satu tahun baru sekarang ketemu nya ck..
2023-11-07
0
Qaisaa Nazarudin
Ya Tuhan berat sekali dugaan utk Alesya 🥺🥺😩😩😩
2023-11-07
0
Pristy Arian
lanjut
2022-12-01
0