Angin sejuk sisa hujan menyentuh lembut wajah ayu Nara. Matanya yang bulat terpaku pada kaca jendela, pikirannya melayang jauh, kembali pada insiden membingungkan di kampus itu.
"Bagaimana mungkin aku bisa tertidur di ruang kerja Prof Gala? Dan mengapa posisi kami saling memeluk?" Detik-detik yang tidak dapat ia ingat terus menghantui dirinya, menyulut rasa penasaran yang semakin membesar.
Tenggelam dalam labirin pikiran tersebut, suara Bara tiba-tiba memecah lamunan Nara,
"Dek, ada yang mencarimu," ucap Bara, mendekat dengan langkah tegas. Nara menoleh, matanya berkilat tanda penasaran. "Siapa, Mas?" tanyanya, heran.
"Katanya temanmu," jawab Bara ringan.
Nara menoleh, matanya yang tadinya terpaku pada tetesan air di jendela kini beralih pada Bara.
Angin yang masuk dari jendela terbuka membawa dingin yang menyegarkan, seolah mencoba mengusir gumpalan kebingungan yang mendera pikirannya. "Teman? Teman yang mana, Mas?" tanyanya.
Bara mengernyitkan dahi, seolah berusaha mengingat. "Dia tidak menyebutkan namanya, hanya bilang bahwa dia temanmu dari kampus," jawabnya, dengan suara berat dan serius.
"Kok bengong, temanmu udah menunggu di ruang tamu," lanjut Bara sambil berbalik menuju ruang kerja.Nara mengikuti dengan langkah cepat.Sesampainya di ruang tamu, terlihat sosok yang tidak asing bagi Nara. Pria itu duduk menghadap teras, punggungnya menghadap ke arah Nara, tapi postur tubuh dan cara duduknya sudah cukup untuk Nara mengenali dia. Itu adalah Faro, kakak tingkatnya.
"Kak Faro?" Sapa Nara mendekat dan duduk tepat di sebelah Faro.
"Lagi sibuk gak, kalau gak sibuk, rencana mau ajak kamu makan di luar," ajak Faro tanpa ragu.
"Eeem..enggak sih, bentar ya. Na, ganti baju dulu," ujar Nara gegas untuk berganti pakaian santai.
Setelah selesai, Nara ke ruang kerja Bara, guna meminta izin pada Masnya.
"Mas, aku keluar dulu ya, temanku ajak aku makan di kafe dekat simpang alun alun," ujar Nara.
Bara tak langsung menjawab, pria dewasa itu, terlihat berpikir sejenak.
"Tapi jagan malam malam, jam sembilan sudah harus sampai rumah," pesan Bara.
"Siap Mas," Dengan semangat Nara, kembali ke ruang tamu.
"Gimana Dek, Masmu kasih izin?"
Nara mengangguk, mengiyakan.
Nara dan Faro pergi dengan mobil mewah milik Faro. Mereka makan di kafe dekat alun alun. Kafe itu terkesan mewah dan tenang, sangat cocok untuk bersantai.
Faro dan Nara tampak begitu mesra, hingga Faro berani menyentuh lembut menghapus sisa saus di bibir Nara dengan ujung ibu jarinya.
"Masih suka belepotan saat makan, ya?" ujar Faro dengan tatapan mendalam yang menerobos jiwa Nara. Detik itu juga, keheningan menyelimuti saat ibu jari Faro menyentuh bibir Nara yang memerah.
Di tengah suasana yang terasa romantis, Gala yang tak lain adalah dosen Nara, tiba-tiba muncul dengan langkah berat. Sinar matanya yang cemburu menyaksikan pemandangan yang tidak ia harapkan. Dada Gala terbakar amarah saat melihat Nara, gadis yang selalu ia lindungi, disentuh oleh pria lain.
Dalam sekejap, emosi tak terkendali menguasai diri Gala. "Nara..." lirihnya dengan nada serak, penuh rasa kecewa dan cemburu yang mendalam. Dengan gerakan yang tiba-tiba, Gala menyingkirkan tangan Faro. Faro yang terkejut, langsung menatap tajam ke arah pelaku serangan tak terduga itu.
Mata mereka bertemu, dan ketika Faro menyadari siapa yang berdiri di sampingnya, ia langsung menunduk hormat. "Prof, Gala," sapa Faro dengan suara bergetar. Gala hanya menghela nafas berat, pandangannya tidak lepas dari Nara yang tampak bingung dan terkejut dengan kejadian yang baru saja berlangsung.
"Kamu siapanya dia..?" Gala bertanya langsung dengan nada memojokkan. Faro hanya tersenyum kaku, mata bertumpu penuh harap ke arah Nara.
"Nara, dia... emm," Faro gugup, tergagap sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya. Nara menjawab.
"Maaf Prof, kak Faro ini, senior Saya. Saya rasa ini tak ada hubungannya dengan Prof Gala," potong Nara cepat, dengan nada yang menekankan fakta, seolah ingin menghilangkan segala kesalahpahaman yang mungkin terjadi.
Faro menelan ludah, tanda jelas keraguan dan kekhawatiran. "Ooo... hanya teman,dan sekedar senior..? jika itu masalahnya, tetap jaga sikapmu. Jangan bertindak sembarangan dengan menyentuhnya," Gala menegur dengan nada serius, tidak suka melihat mahasiswa tingkat akhir itu bertindak terlalu familiar dengan Nara.
"Maaf, Prof," jawab Faro seraya memberikan hormat singkat. Gala membalas dengan senyuman datar, tatapannya masih terasa tajam dan tidak berkedip ke arah Faro. Kemudian Gala mengambil tempat duduk tepat di samping Nara, walau di meja yang berbeda.
"Ada hubungan apa, antara kamu dan Prof, Gala,Dek? Kenapa, seperti cemburu melihat kedekatan kita?" bisik Faro dengan nada menuduh namun hati-hati. Nara hanya mengangkat bahu, tanda bingung dengan situasi yang berkembang.
"Tahu ah, mungkin beliau sedang memiliki hari buruk," balas Nara dalam suara yang lebih rendah, menyembunyikan rasa tidak nyaman yang dirasakan kedua mereka. Faro tertawa kecil mendengarnya, tetapi suara tawanya segera mati saat keduanya berpandangan sejenak, masing-masing merasa aura yang mengganggu mengelilingi mereka.
Tidak lama kemudian, dengan rasa yang masih tercekik di dada, Faro dan Nara bergegas pamit untuk pulang, merasa kehadiran dosennya itu, membuat suasana menjadi terlalu sumpek untuk duduk lebih lama.
"Dek, kamu yakin gak ada hubungan apapun dengan Prof Gala?" tanya Faro setelah sampai di parkiran, dengan nada mendesak. Nara hanya menggeleng cepat, matanya terlihat bingung.
"Kak, ngomong apa sih? Emangnya ada hubungan yang lebih pantas selain dosen dengan mahasiswinya?" balas Nara dengan nada bertanya. Senyum merekah di wajah Faro, seolah beban berat terangkat dari pundaknya.
"Oh, syukur lah..." ucapnya lega sambil meraih tangan Nara erat-erat.
"Ada hal penting yang ingin Kakak katakan," ujar Faro, matanya menatap dalam ke arah Nara yang duduk di samping kursi kemudi.
"Apa itu?katakan" Nara membalas tatapan Faro, penasaran meliputi suaranya.
"Aku menyukaimu,Aku ingin hubungan kita ini, tak hanya sekedar ...?" Kata-kata Faro terputus saat suara ketukan keras terdengar di kaca mobilnya.
Sontak kedua kepala mereka berpaling ke arah jendela, dan di sana, terlihat sosok Gala yang berdiri dengan wajah murka, mengetuk kaca jendela mobil. Dengan rasa kesal yang meluap, Faro menurunkan kaca mobilnya.
"Iya Prof, ada yang bisa kami bantu?" tanyanya, suara terbata karena situasi yang mendadak tegang.
"Saya perlu bicara dengan temanmu," ujar Gala dengan nada yang tegas dan dingin. Faro menoleh ke arah Nara, tatapan mereka saling bertemu, penuh kebingungan dan rasa waswas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Dek, Prof Gala ingin bicara denganmu," bisiknya dengan suara yang menegangkan. Nara mengerutkan kening, menatap heran pada sosok Gala yang berdiri penuh berwibawa.
"Sebentar Kak, Aku akan menemuinya," ucap Nara dengan nada yang tergesa-gesa, turun dari mobil Faro yang dingin. Nara berjalan mendekati
Gala, "Ada apa, Prof?"
"Ikut saya, Masmu meminta saya untuk mengantar kamu pulang," ucap Gala tegas, tanpa memberi ruang untuk Nara membantah,Gala pun segera meraih tangan Nara.
"Tapi, Prof," Nara mencoba memprotes, namun suaranya tercekat oleh ketegasan Gala.
"Ini amanah, Nara," Gala menegaskan, dengan tatapan yang tak bisa dibantah, membawa Nara masuk ke dalam mobilnya yang tertutup rapat.
"Nara pulang bersama saya," Gala menyatakan pada Faro dengan ton yang final. Faro, dengan dada yang bergolak oleh rasa frustasi dan cemburu, hanya bisa menggertakkan gigi. Meski terbakar amarah, dia terpaksa melepaskan.
"Baik, Prof," sahutnya dengan dentuman kekecewaan yang memecah kesunyian malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments