"Berat juga nih Bocah" ucap Selina dalam hatinya.
"Mau es krim?" tanya selina.
"Boleh" jawab Albert.
"Bang es krimnya satu" ujar Selina pada penjual es krim.
"Tunggu sebentar ya, Kak" balasnya.
Tak lama satu corong berisi es krim coklat diantar oleh penjual.
"Suka?" tanya Selina.
"Suka, terimakasih" jawab Albert.
"Itu mobilku" tunjuk Albert.
"Bagus juga mobilnya" ucap Selina dalam hati.
"Sopir kamu ke mana?" tanya Selina.
"Mungkin dia sedang ke belakang" jawab Albert.
Selena pun membuka mobil milik Albert lalu menurunkan tubuh pendek pria yang sudah berumur 29 tahun itu.
"Kamu nggak apa-apa kakak tinggal? Itu kebetulan mobil kakak, kakak juga mau pulang" tanya Selina.
"Tak apa-apa aku kan pemberani" jawab Albert.
Selina lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Albert.
"Bocil jangan nakal ya? Jangan suka keluyuran malam. Kota Jakarta kurang ramah untuk anak seumuran kamu" Selina memberi pesan yang langsung diangguki oleh Albert.
"Ya sudah Kakak pulang ya?" ucap Selina sembari mengelus lembut kepala Albert karena Gema Selina tiba-tiba mencium pipi kanan dan kiri Albert membuat pria kerdil itu terkejut.
"Gemes deh kamu, sayangnya nggak dibuka maskernya! Dadah sayang, Kakak pulang ya" ucap Selina lalu berdiri dan hendak menjauh berjalan ke arah mobilnya namun Albert memanggil Selena kembali.
"Kak Selina" panggil Albert.
Selina kembali menghampiri Albert.
"Iya!!" balas Selina.
"Boleh minta peluk?" tanya Albert.
"Tentu saja" balas Selina.
"Hug me!" pinta Albert sembari merentangkan kedua tangannya.
Selena pun berjongkok lalu memeluk Albert dengan erat.
"Hangat sekali tubuhnya, aku merasa nyaman" ucap Albert dalam hatinya.
Akhirnya mereka berpisah.
Ketika Selina sudah masuk ke dalam mobil ponselnya berdering di sana tertulis nama papa bear alias Rendra.
"Halo Pa" sapa Selina.
"Celine di mana kamu? Jangan bikin Papa khawatir" tanya Rendra dengan nada membentak.
"Nggak mau ngapain pulang kalau kita akan miskin? Aku sebal sama Papa pokoknya aku nggak mau pulang sebelum Papa lakuin sesuatu" tolak Selina.
"Iya Papa akan lakukan sesuatu supaya kita tidak jadi miskin tapi kamu pulang ya?" pinta Rendra.
"Iya aku pulang" Balas Selina.
Sementara Albert masuk juga ke dalam mobilnya.
"Dia menciumku dan aku juga dipeluknya! Selina, ya namanya Selina cantik dan baik kelihatannya. Oh jantungku kenapa berdebar gaduh seperti ini?" ucap Albert sembari memegangi dadanya.
Ini hal yang Albert alami pertama kali dalam hidupnya disentuh oleh seorang gadis dengan tulus namun di kehidupan yang lain Albert juga cukup liar walaupun badannya kecil namun keperkasaannya tidak usah diragukan lagi. Wanita malam kelas kakap sudah berhasil dirinya bertaklukan karena selalu puas dengan cara Albert bercinta namun mereka akan pergi sesudah Albert membayarnya.
Malam itu Albert kembali lagi ke rumahnya sementara Selina juga sudah sampai di rumahnya.
Cklekkkk!!!!!
Pintu rumahnya ia buka, terlihat semua lampu sudah padam.
"Hehehe.. pasti Pasti Papa sudah tidur" ucap Selina.
Iya lalu berjalan mengendap-ngendap namun ketika dirinya akan menaiki tangga tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi.
Pyarrrrrr!!!!!
Tiba-tiba lampu ruang tamu menyala memperlihatkan Rendra berdiri sembari bersedekap dada.
"Eh ada Papa" ucap Selina memasang wajah sedikit tak berdosa sedikitpun.
"Darimana kamu jam segini baru pulang?" Gertak Rendra.
"Macet Pa" Selina memberi alasan namun tetap saja Rendra merasa tidak percaya.
"Kamu dugem??" tanya Rendra.
"Dugem apaan sih Pa? Teman aja gak nggak punya mau dugem gimana?" Selena malah menjadi kesal.
"Makanya cari temen dong jangan sendiri aja truk aja gandengan masa kamu enggak" balas Rendra.
Selina hanya melengos saja, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Pagi harinya Selina benar-benar tidak menunggu Rendra sama sekali. Perasaan bercampur takut karena Rendra bilang lusa mereka harus mengosongkan rumahnya. Selina yang dari kecil tidak pernah merasakan hidup susah merasa amatlah berat hati untuk meninggalkan semua kemewahan termasuk rumah yang penuh kenangan itu.
Rendra yang menunggunya menjadi kesal sendiri karena sang putri enggan untuk keluar kamar.
"Rupanya anak itu masih ngambek" gumam Rendra dalam hatinya.
Rendra langsung naik ke atas ke kamar Selina untuk mengajak sang putri berbicara dari hati ke hati.
"Celine ini Papa" ucap Rendra di balik pintu kamar Selina.
Tak ada kawaban hanya hening yang terdengar.
"Celine Papa masuk, ya?" ucap Rendra.
Rendra pun langsung membuka pintu kamar Selina dan benar saja sang putri masih saja bergelung dalam selimutnya.
"Hei bangun nggak baik anak perawan jam segini masih tidur" ucap Rendra sembari membukakan selimut yang dipakai oleh Selena.
Terlihat wajah Selena cemberut dan langsung memalingkan wajahnya.
"Sudah dong Selin jangan cemberut terus nggak baik tahu" bujuk Rendra.
"Pokoknya Papa harus ngelakuin sesuatu supaya kita nggak jadi keluar dari rumah ini" pinta Selina dengan tegas.
"Iya, iya Papa bakal lakuin sesuatu kok tapi kamu bangun dulu dong kita sarapan di bawah" ajak Rendra.
Mendengar bujukan dari sang Papa akhirnya Selina mau untuk bangun dan turun ke bawah untuk sarapan pagi.
"Aku gak mau keluar dari rumah ini, Papa harus lakuin sesuatu" Selina tak tanti-hentinya meminta Rendra untuk melakukan sesuatu agar mereka berdua tidak jadi keluar dari rumah itu.
"Iya bawel ah makan dulu jangan ngomong terus" balas Rendra.
Selena pun akhirnya mau sarapan ...
Siang itu hati Rendra sudah bulat ia akan menemui Albert di kantor yang dulu adalah miliknya dan sekarang sudah diduduki oleh Albert. Rendra akan meminta keringanan dan memohon supaya Albert tidak menarik rumahnya.
"Pokoknya aku harus bisa bujuk pria kecil itu" ucap Rendra dengan tekad yang bulat.
Ia pun bergegas berangkat menuju kantor yang selama beberapa belas tahun menjadi tempat ia mencari uang yang sudah bukan miliknya.
Setibanya di kantor Rendra merasa rindu dengan suasana tempat itu. Kantor itu adalah tempat di mana Rendra berjuang dari nol bersama mendiang istrinya, Amira. Rendra membangun inci demi inci sehingga perusahaan itu menjadi perusahaan yang besar. Terlalu banyak kenangan di perusahaan itu namun Rendra tahu diri kesalahan dirinya sulit untuk dimaafkan.
Sudah untung Albert tidak memasukannya ke kandang buaya miliknya.
"Pasti Pak Albert ada di ruanganku" ucap Rendra.
Ia segera bergegas menuju ruang ruang pribadi pemilik perusahaan namun ketika dirinya ingin memasuki ruangan itu ia mendengar obrolan Albert beserta kedua bodyguard-nya yang terdengar lumayan menarik bagi Hendra.
Di dalam ruangan itu Albert sedang duduk termenung di hadapannya ada dua Bodyguard yaitu Siwon dan Jungkook.
"Tuan sedang memikirkan apa?" tanya Siwon.
"Kedua orang tuaku menginginkan aku menikah tapi siapa gadis yang ingin aku nikahi? Tak ada yang menginginkan pria sepertiku" ucap Albert.
"Tuan jangan sedih, di dunia ini perempuan sangatlah banyak. Saya yakin diantara orang-orang itu ada yang tulus mencintai anda, Tuan" ucap Jungkook.
"Kau tak usah menghiburku Jungkook, aku tidak akan merasa percaya diri dengan hal semacam itu, gadis-gadis di luar sana hanya ingin uangku saja" balas Albert.
"Tapi dengan materi yang anda miliki gadis mana yang tidak ingin bersanding dengan Millionaire seperti anda?" ucap Siwon.
"Ya memang banyak gadis-gadis di dunia ini yang sangat cantik tetapi masih banyak pemikiran para gadis yang tidak terbuka dengan kondisi seseorang yang sepertiku ini. Aku bisa mudah mendapatkan gadis manapun namun mereka tidak ingin diriku melainkan hanya ingin uangku saja, kalau dengan seperti itu apa bedanya mereka dengan seorang pelacur" ujar Albert.
"Begini saja Tuan, apa kita lakukan sayembara saja atau kita culik beberapa gadis yang dari kampung dan kita janjikan kehidupan yang mewah.Saya rasa gadis-gadis dari kampung tidak terlalu banyak menuntut" usul Jungkook.
"Dasar gila, kau ingin aku menjadi kriminal atau penjahat Kelamin, hah?" balas Albert dengan marah kepada bodyguard-nya.
Mendengar itu Siwon langsung memerah wajahnya menahan tawa dengan usulan Jungkook dan akan menjadikan seseorang seorang Albert menjadi kriminal yang menculik para gadis di kampung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments