Es krim yang di beli oleh Gale pun sudah berada di tangannya. Tetapi, ada seorang wanita yang menghampiri kakaknya, Elda hanya melihat mereka dari kejauhan.
"Maaf, kalau kamu belum punya pacar ... boleh minta nomornya yah," tanya wanita itu tersenyum manis sambil menutup matanya.
Gale menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh ke arah wanita tersebut. "Maaf, gak bisa." Kata lelaki itu dingin dan pergi meninggalkan wanita tersebut.
'Dingin amat,' batin wanita itu masih tersenyum, dan melirik lelaki itu lewat ekor matanya itu.
"Aku orangnya memang dingin," balas Gale memberhentikan langkahnya dan menengok ke arah wanita tersebut.
'Kok dia bisa tau?' batin Gadis tersebut kaget. Dan ia pun melanjutkan langkahnya menuju kearah adiknya yang sedang menunggu es krim favoritnya itu.
"Es krimnya sudah datang!!" ucap Gale gembira dan memberikan salah satu es krim yang berada di tanganya kepada adik dinginnya itu.
"Makasih," es krim itu langsung berpindah tangan ke tangan Elda, ia pun mulai menikmati es krim cokelat kesuakaan nya itu dengan lahap.
"Kak, siapa wanita tadi?" tanya Elda kepada kakak super nyebelinnya itu yang hendak memakan es krim itu.
"Oh, dia cuman minta nomor aja," balas Gale menoleh ke arah adik dinginnya itu, lalu ia berahli menatap es krimnya yang berada di genggamannya.
"Tunggu," cegah Elda, sekali-kali jailin kakak nyebelinnya itu, hehehe ...
Gale menggulir bola matanya dengan malas. "Apa lagi?" tanya Gale kesal, karena ia tidak pernah memakan setetes pun es krim yang berada di genggaman nya itu, akibat adiknya itu.
"Terus, kenapa kau gak ngasih nomormu ke wanita tadi?" ucap Elda sambil mengernyitkan dahinya.
"Yah, aku malas aja ngasih nomor ke seseorang," jawab Gale dan langsung memakan lahap es krimnya itu.
"Oh," ia pun melanjutkan aktivitasnya memakan es krim sambil melihat pemandangan sekeliling.
.
.
.
.
"Elda, ayo kita pulang," ucapnya berdiri dari tempat duduk itu dan beranjak pergi dari kursi panjang yag mereka duduki tadi.
"Hm ...," ucap Elda hanya mendehem saja, lalu ia mengikuti langkah kakaknya itu menuju ke rumah mereka.
Mereka pun sampai di rumah. Waktu malam pun tiba. Sekitar pukul 21.00, Elda Keluar mengenakan pakaian serba hitam dan memakai masker, untuk mencari mangsanya di malam hari yang sunyi ini.
Dor!
Dor!
Dor!
Seorang pria tergeletak di tanah atas tembakan bertubi-tubi yang dilakukan oleh gadis tersebut, ia pun menghampiri pria tersebut yang sudah tergeletak di tanah dengan keadaan sudah tidak bernyawa.
"Apakah ia sudah meninggal?" tanya Elda memegang leher orang tersebut dan merasakan denyut nadi orang tersebut sudah tidak dirasakan lagi
"Mmm ... sepertinya ia sudah tiada," lanjut Elda berdiri dari posisi jongkoknya, ia pun menyuruh semua bodyguardnya untuk mengatasi jasad pria tersebut.
"Kalian, bungkus jasadnya, kemudian bersihkan noda darah yang masih ada," pinta Elda kepada semua bodyguardnya yang sedang berdiri di belakang Elda.
"Baik nona!!" balas bodyguard nya paham.
Elda pun membersihkan noda darah yang menempel di bajunya. Setelah ia menganti pakaiannya, lalu ia pergi menemui para bodyguardnya.
"Bagaimana sudah beres?" tanya gadis dingin itu kepada orang yang memakai baju hitam, berkacamat hitam, dan bertubuh besar.
"Beres nona,"
"Bagus!!" ucap Elda tersenyum manis kepada semua bodyguardnya.
"Maaf nona, apakah anda sakit?" tanya bodyguard pribadinya, yang berpakaian sama seperti bodyguard lainnya, tapi ia tidak memakai kacamata. Dia melihat wajah gadis dingin itu agak sedikit pucat.
Gadis itu menyentuh keningnya menggunakan telapak tangannya. 'Kok, keningku agak panas yah?' batin Elda.
"Nona apakah anda sakit?" bodyguard pribadinya berjalan menghampiri gadis dingin itu, kemudian ia menyentuh kening Elda menggunakan punggung tangannya.
"Aku gak papa, Arga," jawab Elda menepiskan pelan tangan bodyguard pribadinya dari keningnya itu.
Arga, itulah nama bodyguard pribadinya Elda, mereka bertemu pertama kali di taman kota. Elda berada di taman itu waktu ia sedang sendirian disana sambil menundukan kepalanya. Yap, gadis dingin itu lari dari rumahnya karena ia tidak terima akibat kematian sahabatnya itu.
Dan tiba-tiba datanglah seorang pria bertubuh kekar dan memakai jaket menghampiri gadis yang sedang tertunduk lesu itu di kursi taman sendirian. Pertemuan mereka pun mengakibatkan kedekatan antara mereka berdua dan hingga sekarang mereka seperti adik kakak.
Pagi bergitu cerah, burung pada berkicauan, Elda pergi kesekolah bersama dengan kakaknya dengan wajah Elda sedikit pucat. Ia mungkin sedikit lelah ... pulang dari aksinya tadi malam ia tidak langsung tidur melainkan mengerjakan PR nya.
"Elda kamu sakit, yah?" tanya Gale memengang kening adiknya itu.
"Gak kok kak, aku sehat," balas Elda sambil menepiskan tangan kakaknya dengan pelan dan lembut.
"Ok, kalau gitu aku ke kelas dulu," ucap Gale langsung pergi meninggalkan adiknya sendirian dilorong.
"Hmm ...." balas Elda singkat dan ia pun juga pergi dari lorong itu, dan ingin menuju ke kelasnya.
Pembelajaran pertama dimulai. Pak guru sedang menjelaskan dan Elda hanya fokus kepada pembelajaranya, ia tidak peduli dengan kesehatannya.
Bel istirahat berbunyi, Elda sedang ingin menuju ke kantin dan tiba-tiba dilorong kelas, ia ketemu dengan Zelda.
"Hei, Berhenti!" teriak Zelda kepada gadis dingin itu. Kemana temannya itu? Jangan tanya, Ara pergi bersama gebetannya di halaman sekolah.
"Ada apa?" ketus Elda dingin sambil menoleh kearah gadis bermata sipit itu yang sedang menghampirinya di sebrang sudut lorong.
"Urusan kita belum selesai," kata Zelda sambil mendorong tubuh Elda menggunakan jari telunjuknya.
"Urusan apa sih? aku harus buru-buru nih," ucap Elda dengan nada kesal, karena ia tidak di terima diperlakukan seperti itu.
Hingga guru datang melihat kedua gadis itu, lalu gadis bermata sipit itu menoleh ke arah guru tersebut, ia punya rencana licik.
"Aduh!!" ringis Zelda menjatuhkan dirinya, padahal tidak ada orang yang mendorongnya, gadis yang berada di hadapannya pun kaget apa yang dilakukan oleh gadis licik itu?
"Ada apa ini?" tanya ibu guru menghampiri kedua gadis tersebut dengan berlari kecil ke arah mereka berdua.
"Elda, mendorong saya bu," ucap Zelda yang pura-pura kesakitan agar gadis dingin itu di marahin oleh ibu guru.
"Elda, seharusnya kamu jangan buat masalah. Kamu tuh murid baru disini," balas ibu guru sambil meletakan kedua tangannya di pinggang.
"Tapi bu—" ucapan Elda terpotong oleh ibu guru karena ia tidak mendengar alasan darinya.
"Gak ada tapi-tapian, sekarang kamu berdiri di lapangan, sekarang!!!" pinta ibu guru dengan nada marah.
"Baik bu ...." ucap Elda pasrah dan melangkah pergi ke lapangan.
'Rasain,' batin gadis licik itu hanya tersenyum smirk dan merasa senang Elda dihukum.
"Kenapa sih aku yang harus di hukum?" tanyanya dengan nada kesal dan marah. Dasar gadis licik.
Elda hanya mengomel-ngomel sendiri. Dari kejahuan, terlihat Aiden memperhatikan gadis itu yang sedang berguman sendiri.
'Tuh, anak kenapa?' batin Aiden mengangkat sebelah alisnya dan terheran melihat Elda yang sedang berbicara sendiri.
Tiba-tiba, kepalanya merasa pusing dan hampir jatuh. Untung ia jatuhnya kesamping dan bersandar di dinding. Aiden melihat itu kaget melihat gadis dingin itu hampir saja jatuh.
"Kepalaku pusing banget," keluh Elda memegang kepalanya yang pusing itu sambil bersandar di dinding.
"Nggak-nggak, aku harus ke lapangan," lanjutnya memperbaiki posisinya dari bersandar di dinding ke posisi berdiri tegak. Ia berjalan ke lapangan dengan langkah pelan.
Beberapa menit di lapangan Elda merasa kepalanya pusing, penglihatan kabur, dan kakinya tidak bisa ia tahan lagi.
"Aku harus bertahan,"
Dan Elda tidak bisa bertahan lagi, kakinya tidak kuat menahan diri yang ingin jatuh dan ...
BRUK!
Dengan sigap seorang laki-laki menangkap tubuh Elda yang hampir saja jatuh ketanah. Ia memperhatikan wajah Elda yang terlihat sangat pucat.
"Dia mungkin lagi sakit, mukanya pucat banget," ucapnya yang menggendong Elda ala bridel style ke ruang UKS.
_____________________________
#TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Firchim04
Hai author semangat😊
Salam dari "Dosenku Sahabatku" dan "Suamiku Adik Kelasku"
2020-09-22
2