BAB 3

"Hei, kalau jalannya pake mata, dong ...!" bentak Zelda kesal kepada gadis dingin yang sedang menatap dirinya dengan bertampang datar.

'Eh-eh, tunggu. Aku kira kita jalan itu pake kaki, bukannya pake mata, seandainya kau bilang ... Hei, kalau jalan itu liatnya pake mata bukan pake kaki, itu baru bener ...,' batin Elda

"Kalian yang menabraku," balas Elda sambil menyilangkan kedua tangannya di dada sambil bertampang datar. Ia paling tidak suka di tuduh seperti itu, apalagi orang yang berada dihadapannya saat ini, bener-bener menyebalkan.

"Ihh ... kasihan sayangku, minta maaf cepat!" pinta gadis itu dengan nada kesal dan memanyunkan mulutnya.

Yang benar saja. "Kalian seharusnya yang minta maaf sama aku," balas Elda menunjuk kedua pasangan itu dengan jari telunjuknya itu.

"Kurang ajar banget kamu, yah?" kesal Zelda, mau menampar gadis yang berada di depannya itu. Tapi gadis dingin itu berhasil menahan tangan yang ingin menamparnya itu.

Mulut gadis dingin itu terangkat sebelah, lalu ia menepiskan tangan Zelda dengan kasar. "Maaf yah, aku ada urusan. Jadi, aku pergi dulu dan urus pacar kamu itu." Tanpa basa-basi lagi, Elda pergi meninggalkan mereka berdua.

Gadis bermata sipit ini merasa kesal dan ingin mengejar Elda. Dengan sigap Aiden menahan tangan Zelda. "Udah, gak usah diurusin." Kata Aiden memegang tangan pacarnya itu.

"Baik sayang ...," balas Zelda menoleh ke arah Aiden sambil tersenyum manis.

Waktu pulang pun tiba. Elda berjalan di lorong sekolah sendirian karna orang-orang udah pada pulang duluan. Sementara Gale, kakaknya menunggu Elda di pakiran.

"Itu bocah lama amat," ucap Gale sambil menyilangkan kedua tanganya di dada dan menutup matanya.

"Siapa yang bocah?" tanya Elda tiba-tiba muncul di belakang Gale, bisikan yang dibuat oleh adiknya itu membuat melompat kaget.

'Buset, ini anak hantu atau manusia sih? tiba-tiba muncul,' batin Gale langsung melompat dari posisi di mana ia berdiri, sambil mengusap dadanya.

"Manusialah, masa cantik-cantik gini dipanggil hantu," balas Elda percaya diri sambil menaik turunkan alisnya.

"Kok kamu bisa tau, sih?" tanya Gale agak sedikit kesal terhadap insting kuat dari adik perempuannya yang satu ini.

"Yah, tau lah. Elda gitu lho ... udah ayo kita pulang," jawab gadis dingin itu masuk ke dalam mobil kakaknya, tanpa izin dari pemilik mobilnya itu.

"Enak aja masuk ke mobil orang, tanpa seizin pemiliknya," ucap Gale melihat adik perempuannya lewat jendela mobil yang duduk santai di jok depan, dekat setir.

Elda hanya memejamkan matanya, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada dan menyenderkan punggungnya. Ia menunggu kakaknya untuk masuk ke dalam mobilnya itu, Elda paling tidak suka banyak bicara.

'Dasar bawel!'

Sesampainya di rumah. Elda menuju ke kamarnya dan menganti bajunya, lalu ia turun kebawah menemui papanya yang duduk di sofa.

"Bagaimana sekolah barumu, nak?" tanya papanya yang sedang duduk di sofa sambil menonton berita di televisi.

"Biasa aja kok, pah," jawab Elda sambil menoleh ke arah papanya yang sedang menonton di sebelahnya itu.

"Sudah punya teman kah?" tanyanya menoleh ke arah anak perempuannya itu, yang sedang mengotak-ngatik ponselnya.

"Belum pah," balas gadis itu tersenyum manis kepada papa tersayangnya itu.

"Oh, nanti juga kamu punya," kata papanya, sambil mengelus-ngelus pucuk rambut anak perempuannya itu.

Beberapa menit ia duduk di sofa bersama papanya, Gale mengajak gadis dingin itu keluar untuk jalan-jalan. "Elda, ayo kita keluar," ajak Gale yang sudah memakai jaket merah.

"Ngapain?" tanya Elda mengernyitkan dahinya sambil menatap kakaknya yang sok gaya itu. Bagaimana tidak di katakan sok gaya, rambutnya di ke atasin, model pakaiannya seperti orang mau pergi jauh aja.

Lelaki itu hanya menggulir bola matanya. "Jalan-jalanlah," katanya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Oke-oke, aku ganti baju dulu," balasnya beranjak ke kamarnya untuk menganti bajunya, Elda jarang keluar rumah kalau siang-siang. Kecuali, waktu malam aja.

Mereka keluar cuman jalan kaki dan tidak menggunakan kendaraan. Gale memasukan kedua tangannya di saku jaketnya, sedangkan gadis dingin itu hanya mengamati sekeliling saja.

Gale melihat gerobak es krim. "Mau beli es krim, gak?" tanya Gale menoleh ke arah adik perempuannya itu yang sedang memandang sekeliling jalan.

"Tidak, terima kasih." jawab Elda tanpa menoleh ke arah kakaknya itu.

"Benar nih? dulu kamu nangis-nangis minta dibeliin es krim sama kakak," kata Gale menyengol-nyengol lengan adiknya itu menggunakan sikunya.

_Flashback On_

•|•|•|•

"Kak, belikan Elda es krim dong, kak," gadis kecil itu menarik-narik lengan baju kakaknya itu, yang sedang berdiri di dekat adiknya itu,

"Beli aja sendiri, wle ...," balas Gale menjulurkan lidahnya ke arah adiknya itu yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Kakak jahat!! huwaaaaa ...!" tangis Elda membuat semua ruangan bergema akibat tangisan yang dibuat oleh gadis kecil

Gale hanya menutup telinganya, rapat-rapat. "Berisik, Elda ...!" teriaknya masih setia menutup telinganya, karena suara tangis nyaring dari adiknya itu.

"Ada apa ini? kok berisik sekali?" tanya papanya menghampiri kedua anaknya itu yang ribut di ruang tengah.

"Itu pah, Elda. mau dibeliin es krim, tapi aku-nya gak mau," kata Gale melirik adiknya yang sedang menangis itu.

"Aduduh ... Gale-Gale, jangan gituin juga adek kamu, kasihan dia," Kata papanya menghampiri gadis kecil itu yang sedang menangis.

"Iya pah, maaf," cicit Gale sambil menundukan kepalanya, ia merasa bersalah akibat dirinya sudah menyakiti hati adiknya itu.

"Elda, udah jangan nangis lagi. Sini papa beliin kamu es krim," ajaknya jongkok sambil mengusap air mata anaknya itu.

"Benarkah, pah?" gadis itu menghentikan tangisnya, kemudian menatap papanya yang berada di depannya itu, dengan mata sembab, akibat menangis.

"Iya, ayo," ucapnya berdiri, lalu mengandeng tangan mungil gadis kecil itu yang sudah berhenti menangis.

"Gale, ayo. Mau es krim juga 'kan?" tanya Papanya kepada anak laki-lakinya itu, yang sedang menundukan kepalanya.

"Iya, pah!" jawab Gale berlari kecil menyusul papa sama adiknya itu.

•|•|•|•

_Flashback Off_

"Itu 'kan dulu," kata Elda sambil mengembungkan pipinya dan mengingat masa kecilnya yang selalu meminta untuk dibelikan es krim.

"Mau kaga?"

"Iya deh, aku mau," jawab Elda sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dan ia juga memalingkan wajahnya sedang pelan.

"Oke, mau rasa apa?" tanya Gale sambil memegang pucuk rambut Elda, dengan sedikit pukulan di kepala adiknya itu.

"Cokelat," balas Elda mendongakan kepalanya untuk melihat kakaknya, kerena Gale lebih tinggi daripada dirinya.

"Aku pesanin dulu yah, kamu duduk aja di kursi itu," suruh Gale menunjuk kursi panjang yang selalu di duduki oleh orang yang berada di sekitar sini.

"Baiklah," gadis itu menurut, kemudian ia berjalan ke kursi panjang yang ditunjukan oleh Gale.

#TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!