Aku berjalan menuju ke kelasku dengan emosi yang memuncak, di luar kelas aku mendengar mereka membicarakanku dengan keras bahkan terdengar sangat jelas di kelas sebelah
"Iya benar, Sali itu Sani Lan... Kepala kampus memanggil Sali dengan panggilan Sani" ucap temanku keras
"Benarkah? Aku tidak percaya"
"Benar, tadi dia membuat keributan di ruang kepala kampus bahkan ibunya sendiri di dorong keluar ruangan sampai pingsan dan terus bilang kalau Nyonya Lan itu bukan ibunya dan mengatakan kalau ibunya dan ayahnya berada di surga sekarang"
"Haah? Serius?" tanya salah satu temanku terkejut
Dengan perasaan masih kesal aku masuk ke kelasku bahkan teman - teman sekelasku yang sebelumnya menertawaiku sekarang takut menatap mataku, tapi aku tidak peduli dengan teman - teman sekelasku yang menyebalkan itu
Sony, Candra, Nana dan Xiao Min menatapku dengan terkejut apalagi saat mereka tahu kalau kekuatanku kembali dan mata merahku kembali bercahaya seperti mataku di masa lalu
"Kamu Sani?" tanya Xiao Min berjalan mendekatiku
"Kamu tidak perlu tahu" gerutuku kesal
"Aku bertanya serius" protes Xiao Min
"Anggap saja aku Sali" gumamku memalingkan wajahku
"Selamat siang anak - anak" gumam wali kelasku masuk ke dalam kelas
"Maaf ya telat, tadi ada sedikit problem di ruang kepala kampus" gumam wali kelasku menundukkan badannya
"Mmm Sali are you okay?" tanya wali kelasku menatapku
"Yes, Im okay" gumamku pelan
"Baiklah kita mulai pelajaran hari ini" gumam guruku memulai pembelajaran siang ini
"Apa yang telah kamu lakukan sebenarnya?" gumam Sony didalam hati sambil menatapku penasaran
"Bukan urusanmu" gumamku pelan
"Kamu bisa membaca pikiranku?" tanya Sony kaget
"Menurutmu?" desahku pelan
"Kamu kembali Sani, selamat datang permaisuriku" ucap Sony tersenyum kepadaku
"Aku Sali bukan Sani dan aku bukan permaisurimu" gumamku menatap Sony dingin
"Kamu marah kepadaku?"
"Menurutmu?"
"Maafkan aku Sani"
"Aku tidak menerima permintaan maaf kalian" gumamku dingin dan memfokuskan pikiranku mendengarkan pelajaran dari wali kelasku
Selama pelajaran berlangsung sampai pelajaran selesai Sony terus menatapku tanpa henti dan itu membuatku sangat muak
"Baiklah pelajaran hari ini selesai, oh ya kalian besok akan libur karena saya ada sedikit urusan, jadi selamat berlibur. Jangan lupa tugasnya dikerjakan ya" gumam wali muridku tersenyum dan pergi meninggalkan kelas
Setelah wali kelasku meninggalkan ruang kelas, temang - temanku menatapku dengan tatapan kaget dan bingung tapi aku tidak menghiraukan mereka sama sekali dan memilih untuk cepat - cepat keluar kelas, bahkan mahasiswa yang beda kelas juga menatapku aneh dan membuatku sedikit tidak enak
"Haissh sayang aku tidak bisa melakukan kekuatanku menghilangkan ingatan" desahku berjalan keluar gedung
Aku meninggalkan area kampus untuk sedikit menenangkan diriku, aku berjalan menuju ke sebuah cafe untuk membeli milk tea dan melanjutkan perjalananku kembali. Aku sendiri tidak tahu aku harus kemana tapi aku memang ingin sendirian
Tidak lama berjalan aku menemukan hutan yang sepi dan sangat cocok untukku menenangkan diriku yang masih emosi, aku tidak tahu kenapa diriku bisa seemosi ini kalau malahan perbuatan negatif seperti itu padahal aku di masa lalu juga melakukan kesalahan yang sama seperti wanita itu tapi reaksi marah di tubuh ini sangat tinggi, mungkin ini reaksi si pemilik saat melihat ibu kandungnya melakukan hal seperti itu di depannya langsung
"Mmm disini aja deh" gumamku duduk di bawah pohon sambil menikmati minuman dinginku
"Aaaahhh indahnya senja di hari ini" desahku menyeruput minumanku dengan nikmat
"Iya benar, senja yang indah" gumam seseorang di sebelahku yang membuatku sedikit terkejut
"Kamu ngapain disini!!" protesku saat melihat Steven duduk di sebelahku
"Ingin duduk denganmu saja"
"Tapi aku tidak mau" gerutuku beranjak dari tempat dudukku tapi Steven langsung menahan tanganku
"Apa lagi?"
"Dengarkan penjelasanku dulu"
"Aku tidak butuh penjelasanmu, aku sudah muak melihatmu" gerutuku kesal dan melepaskan genggaman tangan Steven
"Apa kamu masih marah Sani?"
"Menurutmu?"
"Sani ini kami lakukan untuk menghukummu agar kamu bisa lebih baik dari yang sebelumnya"
"Baik? Menurutmu ini baik?, ini sangat menyiksaku tahu!! Menyiksa raga dan batinku!!" teriakku kesal
"Ya kami tidak tahu akan terjadi seperti itu, jadi maaf Sani"
"Maaf? Kamu enak sekali bilang maaf. Apapun alasannya aku tidak akan memaafkan kalian"
"Oh ya? Padahal kami mempertaruhkan seluruh kekuatan kami untuk membangkitkanmu agar kami bisa bertemu kembali tapi yang terjadi malah bukan Sani yang kami kenal dulu"
"Kekuatan kalian?" tanyaku terkejut
"Ya benar, hasil pertapaan kami kami gunakan untuk membangkitkanmu. Ya bisa di bilang seperti kamu membangkitkan roh ibumu. Itulah kanapa aku dan Sony sangat lemah sekarang" jelas Steven menatapku sedih
"Oh baguslah" desahku
"Apa kamu tahu Sani aku sangat rindu denganmu"
"Rindu ya? Aku juga rindu... Tapi itu dulu, sekarang aku membenci kalian" gumamku dingin dan meninggalkan Steven
"Apa apaan sih mengganggu hidup orang aja!!" gerutuku kesal
"Kamu gak boleh pergi!!" teriak Steven memelukku dari belakang
"Apa sih lepasin aku!!" gerutuku kesal tetapi Steven malah menggigit leherku dengan taringnya
"Uukkhhhh ... " rintihku merasakan sakit di leherku, ternyata digigit vampir dengan tubuh manusia yang lemah ini lebih menyakitkan dari pada tubuhku yang dulu
"Sa... Sakit tahu!! Lepasin aku!!" protesku
"Walaupun tubuhmu manusia biasa tapi darahmu masih seperti darahmu yang dulu ya, aku mengakui ternyata iga darah campuran sangat hebat padahal sudah berinkarnasi dengan tubuh yang lemah darahnya bisa masih sama seperti dulu dan juga sifat ngeselinnya masih sama tidak berubah" gumam Steven menghisap darahku dengan kuat
"Kamu bawel banget sih jadi cowok!!" gerutuku kesal
"Bawel yak? Emang aku bawel dari mana?" proes Steven menggigit leherku dengan kuat
"Lepasiiinn aku!! Sakit tahu!!!" protesku melepaskan gigitan Steven dengan sekuat tenagaku dan akhirnya aku berhasil melepaskan gigitannya itu
"Apa apaan sih asal main gigit aja!!" protesku kesal
"Aku tidak asal gigit, aku hanya berterimakasih kepadamu karena kamu telah membebaskan aku dan Leo dari kutukan perjanjian jiwa"
"Oh ya? Baguslah... "
"Kenapa kamu tidak bahagia mendengar berita ini, keadaan ini kan yang kamu inginkan?"
"Ya itu dulu tapi sekarang berbeda.... Kalau tidak ada urusan denganku, aku permisi" desahku berjalan meninggalkan Steven
"Sani..." desah Steven menatap kepergianku
Aku berjalan kembali ke asramaku dengan luka yang ada di leherku, rasa sakit yang sangat menusuk apalagi tubuh ini bukan tubuh vampir pasti akan lama untuk sembuh. Aku menyusuri asramaku dengan darah yang terus menetes di leherku. Suasana gelap dan sepi sudah kebiasaan sehari - hari asrama ini saat asrama malam di bangun. Kenangan masa lalu masih ada di pikiranku dan itu sangat menyiksa batinku. Aku membuka pintu kamar dan aku sangat terkejut Nana memelukku dengan erat
"Apa apaan sih!!" gerutuku berusaha melepaskan pelukan Nana
"Kenapa kamu berdarah? Apa yang terjadi kepadamu?" gumam Nana menggeser tangan kananku dan terlihat dua lubang di leherku
"Apa ini perbuatan Steven?" gumam Nana membaca mantra dan menyembuhkan lukaku
"Bukan urusanmu" gumamku pelan
"Haish kamu tetap saja ya tidak berubah Sani"
"Aku Sali bukan Sani" gumamku dingin tapi Nana kembali memelukku dengan erat
"Tidak, kamu itu Sani!!!"
"Bukan, aku sudah bilang kan kalau aku itu Sali. Lepasin!!" gerutuku kesal
"Kamu Sani, aku yakin kamu Sani. Mata merah milikmu dan darahmu terlihat banget kalau kamu Sani"
"Aku bilang aku Sali bukan Sani"
"Tidak, kamu Sani. Aku yakin kamu Sani" gumam Nana meneteskan air matanya
"Sani aku sangat merindukanmu, aku takut kehilanganmu Sani. Saat kamu bilang akan melakukan itu. Aku dan kakakku berusaha mencari keberadaanmu tapi hasilnya selalu nihil bahkan kaisar langit dan Steven tidak bisa melakukan apapun karena kekuatan mereka telah habis untuk membangkitkanmu" gumam Nana menangis kencang sambil berusaha menjelaskan kepadaku
"Tidak ada hubungannya denganku" gumamku berusaha melepaskan pelukan Nana
"Sani maafkan atas tindakanku saat pertama kita bertemu, aku saat itu melihat wajah tubuh anak haram ini yang mirip denganmu membuatku gelap mata dan akhirnya melakukan perilaku kasar kepadamu, aku tidak terima wajah anak haram ini sama dengan wajah sahabatku" gumam Nana menatapku
"Aku sudah bilang berulang kali aku Sali bukan Sani"
"Kamu itu Sani, kalung kristal merah milikmu ini buktinya"
"Ini hanya hiasan" gumamku
"Tidak ... Ini memang kalung milikmu Sani" gumam Nana membaca sesuatu di mulutnya dan kalung milikku bercahaya seperti dulu
"Kalung milik keluarga vampir berbeda dengan kalung hiasan milik manusia yang biasa" ucap Nana meyakinkan kata - katanya
"Aku tidak peduli, aku manusia biasa bukan seorang vampir" gerutuku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku
"Sani aku mengatakan yang sesungguhnya, aku yakin kamu Sani apalagi kamu habis marah besar kekuatanmu pasti cepat bangkit dan sifatmu kembali ke sifat dingin dan tidak peduli seperti kaum vampir dan aku mengakui kalau kamu adalah Sani keturunan tiga darah campuran" gumam Nana pelan
"Terserah kamu mau ngomong apa tapi terimakasih sudah mengobatiku" gumamku memejamkan kedua mataku
Apa yang dikatakan Nana sebenarnya benar, setelah kekuatanku kembali sifat dingin dan tidak peduliku muncul seperti diriku yang lalu cuma saat ini aku tidak ingin berhubungan dengan orang - orang dimasa laluku yang menyiksaku dan merendahkanku di masa ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mita
like
2020-11-16
0
Mumut Sah
next
2020-11-10
0