Untuk keadaan saat ini, aku bingung. Kamu itu memaksa atau memberi perhatian?
Romeo mendengarkan suara air gemercik dari dalam kamar mandinya, ia keluar dari permainan ponselnya dan beralih pada bubur yang sempat ia buat untuk gadis itu.
“Sudah dingin” Gumamnya. Romeo keluar dari kamar itu dan menuju dapur.
. . .
Rize memakai kaos abu-abu dan juga celana pendek yang tertutup oleh kaos yang kebesaran itu. Ia mengeringkan rambutnya yang basah. Seperti yang diperintahkan, Rize harus memakan bubur.
Dahinya mengernyit saat memegang mangkok bubur yang masih panas. Padahal ia berada di kamar mandi selama lima belas menit dan bubur itu masih panas. Aneh. Dengan kekuatan yang sudah terkumpul, ia memakan bubur yang Romeo buatkan itu.
Setelah selesai memakan bubur, ia beralih pada kopernya dan mengambil sebuah plastik kecil merah jambu. Beberapa pil ia keluarkan dan ia telan bersama dengan segelas air mineral.
Dan saat ia melakukan kegiatan itu, Romeo menatapnya intens di ambang pintu.
Rize sakit?
Romeo yang tadi ingin menemui Rize, mendadak mengurungkan niatnya karena melihat hal itu. Ia memilih untuk pergi ke ruang tengah.
Setelah selesai dengan obatnya Rize kembali menutup kopernya. Lalu beralih untuk membereskan tempat tidur yang agak berantakkan. Ia lalu keluar dari kamar itu sambil menarik dua buah kopernya.
“Sebelum lo pergi, buatin gue makan siang gih. Anggap aja biaya sewa lo tidur disini selama satu hari” Ucapan itu menyentakkan Rize yang tidak mengetahui jika Romeo tengah menatapnya.
“I-iya kak, dapurnya dimana?” Tanya Rize canggung.
“Di sana” hanya dengan tangan kanannya, Romeo menunjukkan letak dapur di dalam apartement yang lumayan luas itu.
Rize mengangguk lalu meninggalkan dua buah kopernya dan melakukan seperti apa yang Romeo perintahkan. Membuat makan siang.
Satu jam kemudian.....
Setelah selesai dengan memasaknya, Rize menghampiri Romeo yang sedang bermain dengan gamenya, “Kak, makan siangnya siap. Kalau gitu aku pergi dulu, makasih Kak”
“Eiit tunggu dulu” Lagi-lagi Romeo mencegah Rize.
“Apa lagi kak?” Tanya Rize yang agak takut-takut pada senior tercintanya itu.
“Lo temenin gue makan”
“Hah?!”
. . .
Di sinilah Romeo dan Rize berada, meja makan yang sudah terhidangkan banyak menu dan itu membuat Romeo menatap tak percaya, “Lo pikir perut gue apaan?”
“H-hah? Kenapa kak?” Rize yang sedari tadi menunduk takut hasil masakannya diledek tak berani mengangkat kepalanya.
“Gue minta lo masak makan siang buat gue, bukan buat satu keluarga. Ini kebanyakkan Ze” Ya benar saja, makanan yang tersedia di meja makan itu terhidang banyak. Mulai dari ayam balado, capcay, mie goreng, cah kangkung, dan juga telur gulung. Terlalu banyak untuk satu orang.
“Y-ya ku kira Kakak nggak bakal suka kalau cuma satu menu. Jadi kubuat banyak deh” Ucap Rize kelewat jujur.
“Ini gimana gue ngabisinnya?”
“Ya kalau nggak bisa sekali habis. Untuk malam nanti aja kak, kan lumayan nggak masak” Balas Rize tanpa seizin Romeo.
“Bawel lo jadi cewek”
“Kan aku cuma kasih saran aja Kak”
“Ck, diem” Hardik Romeo yang muak dengan ucapan dari Rize.
“Iya Kak maaf” Romeo mengambil sendok dan memasukkan beberapa lauk itu ke piringnya yang sebelumnya sudah dihidangkan nasi panas. Ia mulai menyantap makanan itu.
Enak juga masakannya, gue manfaatin nggak apa-apa kan? Batin Romeo saat mencoba masakan Rize.
“Pendek” Panggilnya.
“I-iya Kak"
“Lo mau tinggal disini? Gue pikir-pikir lagi, ya udah deh lo boleh”
“Serius Kak?” Mata Rize mulai berbinar saat mendengar ucapan itu, Tuhan itu memang baik.
“Iya tapi ada syaratnya”
Senyumnya yang tadi mengembag mulai surut kembali, “Sya-syarat?”
“Sehabis selesai makan gue kasih tahu ke lo”
. . .
“Jadi lo boleh tinggal disini, dengan syarat lo harus ngurusin pekerjaan rumah. Dari masak, beres-beres, cuci piring, dan lain-lain”
“Termasuk nyuci baju Kak?”
“Iy—eh? L-lo nyuci tapi baju gue nggak termasuk. Palingan cuma seragam sekolah” Ucap Romeo yang terlihat bingung semdiri dengan ucapannya.
“Kan itu termasuk Kak” Tegur Rize kepada Romeo.
“Diem, nggak boleh nyolot” Titah Romeo tak terima jika ia dikritik.
“Iya Kak maaf” Cicit Rize, ia memilih untuk menundukkan kepalanya.
Penyakit orang Indonesia, yang salah pasti lebih galak dari yang negur. Batin Rize tanpa menghilangkan senyum manisnya.
“Dan selebihnya deh. Lo ngertikan?”
“Iya Kak ngerti” Rize mengangguk patuh.
“Oh ya, ngomong-ngomong lo nanti tidur dimana ya? Kan ini cuma ada satu kasur aja”
“Di sofa nggak apa-apa kok Kak. aku udah makasih banget kalau Kakak mau kasih aku tempat tinggal” Ia kembali menerbitkan senyumannya.
Gue nggak sekejam itu juga kali, Batin Romeo sambil menatap senyum manis dari Rize. Gadis itu benar-benar, terlalu baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
@ Teh iim🍒🍒😘
Rize emang baik kamu nya aja yg nggak tau Romeo
2023-01-14
0