Ekspetasi memang tak sesuai dengan realita
Disaat aku mengharapkan mu untuk mengulurkan tangan
Untuk membantuku.
Kamu malah memasukkan tangan ke saku dan mengabaikan ku.
--Rize--
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 Rize langsung membawa semua barang-barangnya dari dalam asrama dan menunggu kehadiran ‘seseorang’ yang katanya adalah anak teman Bundanya. Untuk beberapa saat ia menatap langit yang kini dipenuhi awan hitam.
“Kata Bunda anak temennya bakal jemput, tapi mana?” Rize yang tengah memegang dua buah koper besar tengah celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. Tatapannya kemudian jatuh pada seorang laki-laki yang bersandar di mobil jaguar yang terlihat mewah. Dengan sebatang rokok yang tengah ia isap.
“Kak Romeo? Samperin ah” Ia menarik koper-kopernya menuju tempat Romeo berada.
“Hai Kak” Sapanya sambil tersenyum manis pada kakak kelasnya itu.
“Aduh nggak cukup apa gue ngeliat lo di sekolah, di sini gue juga harus ketemu sama lo” Ucap Romeo dengan kesal pada Rize yang sudah berdiri di hadapannya.
“Kakak ngapain disini?” Berusaha bersikap seperti biasa tanpa harus terlihat tersinggung dengan ucapan laki-laki itu.
“Bukan urusan lo” Ketusnya dengan wajah yang ia buat seasam mungkin saat bertatapan dengan Rize. Ia membuang puntung rokoknya itu lalu menginjaknya.
“Ketus amat”
Romeo dengan wajah jenuhnya menatap pada layar ponselnya lalu meletakkannya di telinga kiri, “Halo Ma.....Aku udah nunggu lama nih....kok orangnya nggak ada sih?....Iya ma, pegel tahu gak sih....iya kirim nomor kontaknya....hm” Romeo menutup sambungan secara sepihak dan kembali menatap pada Rize.
“Apa lo liat-liat?” Ucapnya dengan ketus pada Rize yang sedari tadi terus menatapnya.
“Iya Kak nggak”
Ia menatap pada koper-koper Rize, ia diam mematung. Jangan bilang kalau orang itu cewek bawel ini, ah rasanya nggak mungkin masa iya mama nyuruh gue tinggal berdua sama cewek, asumsi Romeo dalam hati. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain tak lama kemudian teleponnya bergetar.
Mama
08xx-xxxx-xxxx
Ia segera menghubungi nomor yang dikirimkan oleh Mamanya. Matanya terbelalak ketika yang berdering adalah ponsel milik gadis di hadapannya.
Tidak mungkin.
Apartement.....
Romeo dan Rize tengah sibuk menelepon orang tua mereka. Meminta penjelasan satu sama lain akan situasi yang terjadi.
“Mama kok nggak bilang kalau anaknya teman mama itu cewek?...Tapi Ma---”
Tut tut tut
“Bunda kenapa nggak ngasih tahu aku kalau anak yang bunda maksud itu cowok?....Lho Bun, nggak bisa gitu dong---”
Tut tut tut
Dua remaja yang saling berlainan jenis itu menundukkan kepalanya, kecewa? Tentu saja. Karena harus dipertemukan oleh orang yang menyebalkan. Karena harus dipertemukan oleh orang yang disukai namun selalu menganggapnya sebagai seorang parasit.
“Hhhh” Romeo yang saat ini berdiri tampak membuang nafasnya gusar lalu menatap pada Rize yang duduk di sofanya. “Beresin barang-barang lo, terus keluar dari ruangan ini” Terdengar mengusir kan? Romeo kasar? Mungkin.
“Tapi Kak, aku nggak tahu harus kemana” Ucap Rize memelas.
“Dan lo pikir gue peduli? Nggak Ze, gue sama sekali nggak peduli. Sekarang lo pergi dari apartement gue sekarang juga” Romeo menunjuk pintu yang digunakan untuk masuk dan keluar.
“Kak...”
“Lo pergi sendiri atau harus gue yang ngusir” Ucapnya lagi.
“Kak aku mohon kak, biarin aku tinggal disini. Aku nggak tahu lagi harus cari tempat tinggal dimana, soalnya aku nggak punya uang untuk nyewa kost” Pinta Rize dengan sangat.
“Lo butuh uang? Tunggu bentar” Romeo berbalik dan memasuki suatu ruangan meninggalkan Rize yang masih menatap kepadanya.
“Kak...”
Tak lama kemudian Romeo datang dengan lembaran uang di tangannya, “Punya masalah sama ekonomi kan? Nih ambil aja semuanya terus pergi dari hadapan gue kalau bisa sekalian aja lo pergi dari dunia ini” Dengan nada yang sudah membuat hati Rize, tangannya melempar uang yang ia pegang pada wajah Rize.
Air mata Rize mulai memenuhi pelupuk matanya, ia menatap nanar pada uang kertas yang berhamburan karena dilempar oleh Romeo. Kenapa ia bisa mencintai laki-laki sekasar Romeo? Ternyata benar jika cinta itu buta.
“Makasih Kak, untuk waktu yang sudah kakak luangkan untuk aku. Aku nggak perlu uang kakak karena aku bukan pengemis, kalau gitu aku permisi” Rize menarik dua kopernya dan berjalan meninggalkan Romeo yang menatapnya intens dan uang-uang yang berhamburan begitu saja.
Pintu itu tertutup tepat saat Rize keluar dari apartement Romeo. Air matanya mengalir secara perlahan. Apakah harus sekasar itu? Apakah sebegitu menyusahkan dirinya sehingga Romeo enggan membukakan pintu untuk dirinya tinggal.
Di luar hujan, rintik hujan menyamarkan air mata gadis yang berjalan dengan menarik koper di tengah keadaan sepi itu. Keluarga hancur, cintanya pergi, harapannya pupus, ia hancur.
Apakah salah jika ia ingin pergi sejauh-jauhnya dari tempat yang membuat pengalaman pahit? Apakah salah jika ia minta untuk di cintai? Tidak kan?
. . .
Dada Romeo naik turun tak kala meredakan emosinya terhadap Rize, telinganya yang sedari tadi menuli kini mulai terbuka dan membuat otak merespon akan bunyi derasnya hujan. Mata Romeo menatap derasnya hujan di malam itu—lewat jendela yang ada di hadapannya.
“Cih, dasar”
Ia segera mengambil kunci mobil dan keluar dari apartment itu.
. . .
“Pusing...” Rize yang kini memilih untuk meneduh di halte, mulai memegang kepalanya yang dilanda pusing bertubi-tubi.
“Tuhan, tolong jangan sekarang” Lirihnya. Air matanya yang tadi sempat berhenti mengalir kini sudah berdesak-desakan untuk membasahi pipi mulus Rize.
Entah berapa kali ia harus mengalami semua ini, apakah Tuhan tidak bisa membuat jalan pintas baginya untuk mendapat kebahagiaan? Setelah ia menemukan kebahagiaan itu, Rize rela jika ia harus menutup mata untuk selamanya.
“Bisa nggak sih lo nggak usah nyusahin gue?”
Suara laki-laki itu membuat Rize mengangkat kepalanya ia tertegun melihat wajah itu, “K-kak Romeo?” Rize berusaha bangkit berdiri. “Maaf Kak, aku bakal pergi” Ia kembali memegang dua buah kopernya dan bersiap melangkah pergi.
“Nggak usah sok kuat, mata udah sembab gitu masih aja sok” Cibir Romeo melihat sikap dari Rize.
“Aku bukan Kasukabe You dalam anime Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru sou desu yo yang dalam keadaan sakit tetap saja mau ikut membantu” Ucapnya sambil tersenyum manis menghiasi wajahnya yang kini memucat.
“Ish ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti wibu” Cibir Romeo dengan ucapan Rize yang terus mengarah pada anime.
“Kakak ngapain disini?”
“Gue nyari lo, jangan berasumsi kalau gue khawatir. Cewek kayak lo itu cuma dapat belas kasihan dari gue nggak lebih”
“Kasihan ya Kak? Aku masih sanggup kok berdiri tanpa perlu bantuan orang lain, aku nggak perlu belas kasihan Kakak” Dengan mati-matian, Rize mencoba untuk tidak menumpahkan air matanya. Rize tersenyum kecil mendengar cibiran itu, sebelum penglihatannya kabur dan akhirnya tak sadarkan diri di pelukan Romeo.
. . .
“Udah sadar? Ganti baju lo terus makan bubur” Baru saja Rize beradaptasi dengan silaunya cahaya siang. Telinganya langsung mendapat perkataan yang lebih terdengar debagai perintah, ia menoleh pada asal suara.
“Kak Romeo?” Ia menatap heran dengan keberadaan Romeo di sebuah kursi. Laki-laki itu tengah fokus pada layar ponselnya. Apa lagi kalau bukan game.
“Setelah ini gue minta lo pergi” Ucap laki-laki itu lagi, membuat harapan Rize untuk tinggal disini pupus seketika.
“Kakak masih berharap kepergian aku ya?” Tanya Rize dengan berusahanya menampilkan senyumnya meski ia tahu kalau ia akan tetap diabaikan. Semanis apapun senyumnya, bagi Romeo ia hanyalah sebuah beban.
“Makasih Kak karena udah ngebiarin aku nginep disini” Rize berusaha bangun dari kasur king size-nya walau pusing kembali melanda. “Koper aku mana?” Tanya Rize.
“Tuh” Dengan telunjuknya Romeo menunjuk dua buah koper yang ada di sisi tempat tidur.
Rize menghela nafasnya ia beralih mengambil baju ganti dan sebuah handuk merah jambu. “Kamar mandinya di mana Kak?”
“Di luar kamar sebelah kanan” Jawab Romeo tanpa mengalihkan pandangannya dari game yang ia mainkan.
Rize mengangguk lalu keluar dari ruangan itu dan membersihkan diri di kamar mandi. Romeo mendengarkan suara air gemercik dari dalam kamar mandinya, ia keluar dari permainan dan beralih pada bubur yang sempat ia buat untuk gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
@ Teh iim🍒🍒😘
Bagus ceritanya 👍👍👍
2023-01-14
0