Julian membawa Diana kesebuah rumah kosong dekat rumahnya, kini Diana benar-benar ketakutan bahkan tubuh sangat bergetar, nafas nya tidak beraturan, dan juga detak jantung yang berdenyut tidak wajar, wajahnya sudah memucat.
"K-kamu m-mau b-bunuh a-aku, " polos Diana sambil ketakutan, ia tak henti-hentinya memperhatikan setiap inci rumah itu. Diana menganggap Julian akan membunuhnya dan melakukan hal yang bejat padanya.
Namun Julian hanya tersenyum menyeringai melihat Diana yang sudah sangat ketakutan, entah kenapa Julian malah suka dengan ketakutannya Diana saat ini, sebenarnya tak ada niatan untuk membunuh Diana atau mengajaknya ke tempat ini, tapi karena tadi Diana menolak ajakannya akhirnya Julian membawa Diana ke tempat ini.
Julian memegang kepala Diana dan dengan rasa takut Diana mengangkat kepalanya menatap dengan raut takut wajah Julian yang kembali seperti biasa.
"Lu tenang aja gue gak bakal bunuh loh kayak yang lainnya, karena lu bakal jadi calon istri gue," bisik Julian tepat di telinga Diana. Sepertinya Julian tertarik pada Diana.
"Aku mau pulang," lirih Diana sambil menghapus air matanya yang tadi tidak sengaja turun tanpa sadar. Diana semakin ketakutan saat Julian berkata membunuh seperti yang lainnya, berarti sebelum ini Julian pernah membunuh orang lain, itulah yang saat ini ada di kepala Diana.
Kini tanpa jawaban Julian langsung saja menarik tangan Diana menuju mobilnya.
Di perjalan Diana sama sekali tidak berbicara apapun pada Julian. Rasa takutnya membuat Diana tak tau harus melakukan apapun, bahkan berpikir untuk kabur pun ia tak mampu.
"Lu kenapa masih takut? " tanya Julian menatap Diana.
"Lu psikopat yah? " tanya Diana ragu-ragu.
"Emangnya kalau iya kenapa?" tanya balik Julian.
"Takut, " polos Diana, dengan raut wajah yang benar-benar sedang ketakutan.
Saat Julian melihat raut wajah Diana yang lucu baginya, ia tertawa lepas.
"Ih kok malah ketawa sih?" kesal Diana.
"Biarin," balasnya sambil tersenyum penuh misteri.
Kini mereka sudah sampai di rumah Diana dengan cepat ia langsung turun dari mobil Julian, saat Julian akan pergi ia membuka kaca mobilnya terlebih dahulu.
"Besok gue jemput," datar Julian sebelum kembali memajukan mobilnya, membuat Diana tidak bisa menolak permintaan Julian.
Yah sebenarnya kalau tidak langsung di majukan juga Diana akan tetap menyetujui nya, yah karena dia takut jika harus mati muda hanya karena menolak ajakan dari Julian untuk berangkat bareng ke kampus.
kini dengan tatapan kosong Diana berjalan lunglai masuk ke rumah, hari sudah mulai malam.
"Kenapa baru pulang? " tegas Dea ibunya Diana sembari menatap Diana dengan tatapan sinis.
"Ya maaf," datar Diana sambil terus melanjutkan langkah nya.
"Kamu tuh bisa gak kalau orang tua lagi ngomong tuh dengerin?" marah Dea sambil berkacak pinggang dan terus menatap Diana.
Mendengar ucapan ibunya yang membuat telinga Diana memanas, ia menghentikan langkah nya dan berbalik menatap ibunya dengan tatapan tajam.
"Emang anda orang tua saya gitu? Apa pantas anda berbicara seperti itu setelah apa yang anda lakukan pada saya? " balasnya sambil tersenyum miris dan kembali melanjutkan langkah nya.
Kini Dea semakin dibuat marah oleh Diana, bahkan matanya sudah mau keluar karena menatap Diana yang sudah mulai menjauh dari pandangan nya.
Saat ia akan kembali memarahi Diana, Gilang menahannya dan memberi isyarat biarkan saja Diana istirahat dikamar.
Diana sudah berada di kamarnya, ia membanting tasnya ke sembarangan arah, dan menjatuhkan tubuh nya ke kasur.
Kini ia tengah memikirkan nasib hidup nya, bagaiman kehidupan ia kedepannya, ia sudah sangat muak dengan masalah keluarga nya yang tidak pernah akur, kini di tambah dengan jodohnya yang tak lain adalah seorang psikopat, tapi Diana masih belum yakin sih tentang Julian.
"Ahhhhhhh kenapa harus kaya gini sih?" teriak Diana frustasi memikirkan kehidupannya.
Sementara itu Julian kini berhenti di sebuah bangunan kotor yang tidak terurus, ia turun dari mobilnya dan masuk ke bangunan itu, ia berjalan dengan gagahnya dan tatapan kosong.
Namun tak seperti di luar, di luar tempat itu terlihat sepi, tetapi saat masuk ke dalam di sana sangat ramai. Karena tempat ini adalah tempat pertarungan Ilegal di mana tempat ini juga di jadikan tempat judi.
Dan petarung tetap di sana adalah dirinya, saat ia baru saja sampai ia langsung di hampiri oleh seseorang yang tak lain adalah teman dirinya yang bernama Kris, ia juga petarung di sana namun masih di bawah Julian.
"Hay bro, " sapa Kris sambil berjabat tangan ala lelaki.
"Kapan mulainya?" tanya Julian setengah berteriak karena di tempat itu sangat berisik.
"Bentar lagi, ke sana yuk," balas Kris sambil mengajak Julian pergi dari sana menuju ruang khusus petarung.
Kini Julian dan Kris sudah berada di tempat itu, saat sudah sampai Julian langsung memakai sebuah masker di wajahnya untuk menutupi jati dirinya, di tempat ini ia memiliki nama samaran yaitu Black, mencerminkan dirinya.
"Udah siapa?" tanya seorang pria dengan jas yang masuk ke ruang itu untuk melihat petarung nya.
Sementara itu Julian hanya mengangguk dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, setelah itu ia kini berjalan keluar menuju ring. Untuk memulai pertarungannya sesegera mungkin.
"Mari kita sambut petarung bertahan kita, black, " teriak seorang pembawa acara di sana menyambut kedatangan Black atau Julian.
Saat julian naik, begitu banyak orang yang menyoraki dan terkagum-kagum padanya, walau Julian memakai masker, Namun aura tampan nya masih terlihat jelas dan sangat berkharisma.
Julian tengah siap membunuh lelaki di depannya, dengan tatapan Elang ketika mengincar mangsa dan juga kilatan tatapan tajam yang sudah siap membunuh musuhnya tersebut.
Tak perlu waktu lama bagi julian untuk memenangkan pertandingan itu, bahkan kini ia sudah membuat lawannya tidak bisa berbuat apa-apa, padahal ini baru ronde pertama.
Bahkan sekarang ia ingin membunuh lelaki itu, namun wasit kembali mencoba menenangkan nya.
"Dan pemenang nya adalah juara bertahan kita, " teriak pembawa acara dengan lantang, sambil mengangkat tangan Julian.
Tetapi Julian masih menatap tajam lelaki yang tengah kesakitan olehnya itu, namun lelaki itu malah membalas tatapan Julian tak mau kalah.
Julian merasa pria itu telah menantangnya lebih dari hanya pertandingan ini saja.
Memang begitu lah Julian ia tidak pernah suka jika ada orang yang menatapnya penuh kebencian, sudah banyak orang yang ia bunuh ketika pulang dari tempat itu, karena mereka menatap Julian penuh kebencian karena mereka tidak Terima di kalah kan oleh julian dengan begitu cepat.
Saat ini Julian sudah merencanakan pembunuhan untuk pria di hadapannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Endang Purwati
seebenrnya suka dengn alur nya ini...tapi jadi agak takut...dengn profesi Julian...
2020-12-28
1
Rustin
kok "kini" terus thor...🤣🤣
2020-08-25
1
FJ
kok dikit gk nymbung sih Thor
bab 2 ke bab 3
ketmu lgi tpi pas udh hbis dn lnjut k bab 3 mlah Julian mrah" tpi gk ad penjelasan mrahnya knp
dan gk ad perckapan yg bilng Julian akn antar Diana pulng
Krn mereka kn d cafe
kok bab 3 langsung bilng rumah kosong yg gk jauh dari rumahnya
dikit lari ya Thor
2020-06-08
16