Rencana Perjodohan

Tuan Satya sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Mereka masih menunggu Dara yang tak kunjung pulang. Dengan perasaan was - was, Nyonya Sara tetap setia menghubungi putrinya. Kebiasaan buruk yang tumbuh pada Dara adalah, SUKA MENGAKTIFKAN MODE SILENT.

"Assalamualaikum " Arjuna memasuki rumah sambil menenteng tas kerjanya. Ia pulang dari perusahaannya karena di telfon Nyonya Sara setengah jam yang lalu.

"Nah itu anaknya pa " ucap nyonya Sara lalu berdiri menghampiri Arjuna.

"Loh.. kok malah kamu Arjun? adik kamu mana? " Tanya Tuan Satya sembari mengedarkan pandangan nya ke belakang Arjun, barangkali Dara tertutup punggung lebarnya.

"Emangnya Dara belum pulang ma, pa? " Kata Arjuna

"Belum Arjun, coba papa telfon dulu" Tuan Satya meraih benda pipih dari saku jasnya dan mulai menekan nomor putrinya.

Tutt,,,,Tuttt,,,, Tuttt,,,,

"Hallo, paa" Ucap Dara diseberang.

"Hallo, Dara kamu dimana? papa udah nunggu sejak satu jam yang lalu, tapi kamu gak pulang pulang " ucap tuan Satya khawatir dengan putri kesayangannya.

"Oh,, iya pa maaf Dara lupa kasih tau. Tadi Dara nolongin orang yang kecelakaan dijalan. Papa nggak usah khawatir ini Dara udah mau pulang kok. Emang nya papa mau ngomong apa sih sama Dara? kayaknya serius banget."

"Udah sekarang kamu cepet pulang ya,,papa tunggu dirumah"

" Iya pa, Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam" Sambungan terputus.

Rumah Sakit Medica Citra

Dara masuk kedalam ruang UGD. Laki laki yang dia tolong baru saja sadar. Tetapi anehnya ada seorang laki laki lain yang menemaninya. Dara tidak melihatnya masuk karena tadi pergi ke toilet sebentar.

"Tuan,ini adalah orang yang menyelamatkan anda" ucap pria asing itu tersenyum kearahnya.

"Terimakasih sudah menolong saya "

"Iya, sama sama kalau begitu saya permisi " Gadis itu berbalik hendak keluar ruangan, namun ia menghentikan langkahnya kala suara bariton menghentikan nya.

"Tunggu! "

"Iya, ada apa? " Ia berbalik dan menatap heran.

"Apa yang kau inginkan? Saya akan memberikan apa yang kau inginkan sebagai imbalan karena sudah menolong saya "

"Tidak, saya tidak ingin apapun. Saya ikhlas menolong anda. Saya hanya ingin pergi sekarang " Setelahnya, ia benar benar berbalik dan melenggang pergi dari hadapan pria tampan itu.

Pria yang tak lain adalah CEO Fernandez Groub, Arya Fernandez itu menatap tak percaya. Rupanya di dunia yang menurutnya penuh pengkhianatan ini masih ada juga perempuan baik. Selama ini, wanita yang ditemui Arya adalah perempuan materialistis yang hanya gila ada harta nya saja.

"Assalamualaikum " Salam Dara saat memasuki rumah kediaman Mahendra.

"Waalaikum salam " Jawab ketiganya serempak.

"Yaampun sayang, kenapa baru pulang nak?" Kata Nyonya Sara penuh dengan naluri keibuan nya.

" Maaf ma, tadi Dara nolongin orang yang kecelakaan di jalan. Pas dia sadar aku baru bisa pulang" Sesal Dara.

"Yaudah nggak papa, lain kali jangan lupa kasih kabar ya.Sekarang kita makan siang dulu" Kata Tuan Satya.

Mereka pun makan siang bersama. Begitu lahap, karena semakin hari masakan Nyonya Sara semakin meningkat level kelezatan nya. Hanya ada suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Semua orang larut dalam pikirannya masing masing.

Setelah usai, Tuan Satya,Nyonya Sara Dan Arjuna tampak gugup dan bingung. Sebelumnya Tuan Satya sudah menceritakan semuanya pada istrinya dan putranya. Karena semua orang membisu, membuat putri terkecil keluarga ini bingung, heran pada keadaan saat ini. Mengapa hari ini keluarganya sangat aneh?.

"Dara, papa mau ngomong serius sama kamu" Tuan Satya mengawali pembicaraan dengan rasa gugup yang luar biasa. Ia juga bimbang akan keputusannya sendiri. Apakah ia terlalu egois?.

"Yaampun! Aku sampai lupa. Memangnya ada apa pa? " Menatap ayahnya.

"Dara, kamu sayang nggak sama kami? " Tanya Tuan Satya tak berani menatap manik putri kesayangannya.

"Kenapa papa ngomong gitu? Ya jelaslah Dara sayang sama kalian. " Dahi gadis itu mengerut heran karena pertanyaan frontal dari sang ayah.

"Papa punya sahabat lama sejak kecil, dia adalah pengusaha legenda dalam dunia bisnis. Dia punya seorang anak laki laki nak. Namanya Arya Fernandez " Sungguh, rasa takut terpampang jelas dari raut wajah Tuan Satya.

"Lalu? " Ia semakin bingung.

"Dia belum berkenan untuk menikah nak. Teman papa sangat khawatir, jadi_" menjeda kalimatnya.

"Minggu depan kamu akan menikah dengannya " Akhirnya uneg - uneg yang mengganggu hatinya selama seminggu ini tertuntaskan juga.

Uhuk.. uhuk. Ia tersedak jus yang diteguknya.

"Maksud papa apa? Aku kan masih kuliah. Lagipula aku nggak kenal sama orang itu " Tanpa disadari, buliran kristal bening mengalir dari pelupuk matanya. Membanjiri wajah gadis itu yang tampak shock berat akibat apa yang tertangkap telinganya.

"Kamu yang sabar ya. Apapun keputusan yang kamu buat, kakak akan selalu menjadi yang pertama mendukung " Hibur Arjuna seraya membawa adik kesayangannya dalam dekapan hangatnya. Dalam hati, ia marah melihat semua ini. Ia juga tidak tega jika Dara harus menikah ketika ia belum menggapai mimpinya.

"Maafkan kami ya nak.. Kami nggak tega sama mereka. Mereka adalah sahabat karib mama dan papa. Dan waktu itu, Tuan Ferdi lagi sakit keras " Nyonya Sara menunduk berusaha menahan kesedihan di hatinya. Sedangkan Tuan Satya hanya membisu, bingung harus bersikap bagaimana sebagai kepala keluarga.

Gadis itu melepas rangkulan kakaknya. Berlari menaiki tangga menuju kamarnya sendiri. Ia menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Dengan begitu ia bisa menangis sepuasnya tanpa khawatir ada yang mengetahui. Bukannya menolak, tapi gadis itu hanya terlalu terkejut tentang keputusan mendadak ini.

Satu jam berlalu, Nyonya Sara berdiri didepan pintu kamar putrinya. Dengan rasa gugup, ia menghela napasnya. Ia tahu Dara butuh waktu sendiri, tapi apalah dayanya. Naluri keibuan membuatnya tidak tega membiarkan putrinya terlelap tanpa asupan makanan sedikitpun. Apalagi ia punya penyakit maag yang bisa kambuh kapan saja. Wanita paruh baya itu memberanikan diri mengetuk pintu di depannya.

Tok.. tok.. tok..

Tidak ada sahutan. Ia belum menyerah, terus mencoba berkali kali bahkan memutar handle pintu. Namun, tidak ada pertanda Dara akan membukanya.

"Udah ma, biarkan dia tenang dulu. Besok aja kita tanya keputusannya " Usul Arjuna yang prihatin akan kondisi mental adiknya saat ini.

Nyonya Sara mengikuti saran putra sulungnya dan menjauhi kamar itu. Sebelum itu, ia meletakan nampan berisi makanan tadi diatas meja disamping pintu. Dengan harapan, Dara akan terbangun dan melahapnya nanti.

Di dalam kamar luas dan bersih, seorang gadis cantik dengan kulit putihnya tengah merenungi keadaan. Setelah berkecamuk dengan otaknya, akhirnya ia telah menetapkan keputusannya sendiri. Lagipula, ini bukan sepenuhnya salah orang tuanya.

Berusaha tetap tangguh, Dara menghapus air mata yang menggenang di pipi mulusnya. Menatap ke langit langit kamar dan menguatkan batinnya sendiri.

Ini semua demi mama dan papa. Aku akan melakukannya!.

Bersambung...

Nantikan episode berikutnya! Jangan lupa like, komen dan vote ya!!

Terpopuler

Comments

Rini

Rini

no

2021-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!