Nyamuk aja doyan
Reva tidak menahan Flora lagi. Ia mengangkat kedua tangannya seolah Flora sedang menodongkan pistol padanya. Gadis itu tersenyum tipis sebelum berbalik membuka pintu kamar Reva lalu keluar dari sana. Reva
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sangat tertarik pada Flora sekarang.
*”Cewek langka nich. Pasti seru kalau kujadikan pacar baruku.”* Seringai nakal muncul di wajah Reva.
Malam itu, Flora sedang mengerjakan PR matematika di gasebo yang terletak di samping kolam renang. Beberapa kali ia menggaruk kepalanya, bingung sendiri menjawab pertanyaan di buku. Ia sudah berusaha
mengerjakan dengan contoh yang ada, tapi hasilnya tidak ada di pilihan.
Putus asa, Flora menundukkan kepalanya di meja. Ia hampir tertidur, ketika seseorang menertawakannya. Flora mendongakkan kepalanya, mengucek matanya perlahan sebelum menatap sosok Reva sudah duduk di
depannya.
“Kamu tuch bodoh ya. Ini soal gampang banget. Gini jawabanmu?”tanya Reva melambaikan kertas buram yang penuh coretan gak guna Flora yang putus asa.
“Kalau kamu kesini cuma buat ngejek, pergi sana.”usir Flora kesal. Ia membereskan kertas-kertas yang berantakan di meja. Reva menahan satu kertas, ia menulis soal yang harus dijawab Flora.
“Lihat baik-baik. Aku akan kerjakan sekali.”kata Reva mulai menulis jawabannya dengan memakai rumus yang tepat.
Flora memperhatikan saat Reva menunjuk langkah-langkah yang harus ia kerjakan lebih dulu. Gadis itu mulai mengikuti cara yang diajarkan Reva untuk mengerjakan soal berikutnya. Segaris senyuman muncul dari bibir Flora saat ia berhasil mengerjakan soal-soal matematika itu.
“Kalo senyum kan manis.”kata Reva mulai melemparkan rayuan gombalnya yang selalu berhasil menarik perhatian lawan jenisnya.
Flora merapikan kertas-kertasnya, memasukkan semua bukunya ke dalam tas lalu bangkit berdiri. “Aku anggap bantuanmu tadi sebagai permohonan maaf. Jadi kita impas.”kata Flora langsung berlalu dari sana.
Reva melongo ketika rayuannya tidak ditanggapi Flora. Ia menggaruk kepalanya, menyandarkan tubuhnya di gazebo tapi tidak bertahan lama karena tiba-tiba banyak nyamuk menggigiti tubuhnya.
“Nyamuk aja doyan, tapi kenapa cewek itu nggak, ya?”kata Reva sambil menepuk nyamuk yang menggigiti lengannya.
Reva berjalan kembali ke dalam rumah, ia berpapasan dengan Rava ketika menuju meja makan. “Lo darimana?”tanya Rava.
“Habis ngasi makan nyamuk. Lo liat Flora gak?”tanya Reva.
“Di kamar gue.”saut Rava asal.
“Maksud lo?”tanya Reva menarik kerah baju Rava.
“Ya, mana gue tau dia dimana. Napa? Lo masih penasaran?”tanya Rava kepo.
Reva mengeluh pada Rava kalau rayuannya gak mempan pada Flora. Untuk pertama kalinya ia mengalami kesulitan menaklukkan hati seorang gadis. Rava menoyor kepala Reva, mereka hampir menabrak Kaori yang
lewat di depan mereka.
“Inces mau kemana?”tanya Rava.
“Kaori mau ke meja makan, uncle Rava.”jawab Kaori menggenggam tongkat di tangannya.
“Lurus saja, Kaori.”kata Reva menjauh sedikit dari Kaori.
Kaori melanjutkan berjalan ke meja makan lalu berhenti tepat di samping Alex. Si kembar segera bergabung di meja makan untuk makan malam.
“Va, kata mama, kamu mau magang di kantor papa ya.”ujar Rio.
“Iya, kak.”saut Reva.
“Nggak, kak.”saut Rava.
“Nyaut aja lo. Kak Rio nanya gue.”protes Reva. Rava memeletkan lidahnya. Rio geleng-geleng kepala, sejak kecil si kembar memang tidak terlalu akur. Reva yang jahil, suka sekali menganggu Rava yang lebih
kalem. Tapi keduanya tidak sampai bertengkar hebat.
“Bagus kalo gitu ada yang nemenin kakak kerja.”kata Rio sambil senyum manis.
Reva menelan salivanya, Rio pasti ada maunya kalau sudah tersenyum seperti itu. Tiba-tiba Reva ingin pindah tempat magang ke tempat Rava.
“Ogah! Di rumah ketemu lo, di kampus juga ketemu lo, masa di tempat magang ketemu lo lagi.”cerocos Rava mulai kesal.
Mia menghentikan mereka dan menyuruh makan dulu. Si kembar langsung nurut menghabiskan makanan di depan mereka.
Keesokan paginya, Flora sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah. Rava yang keluar rumah lebih dulu, melirik Flora.
“Flora, mau nebeng?”tawar Rava ramah.
“Nggak usah, kak. Aku berangkat sendiri aja. Masih pagi juga, kok.”tolak Flora yang merasa segan naik ke mobil Rava.
Rava tidak memaksa, ia naik ke mobilnya lalu mengemudikan mobil itu meninggalkan rumah Alex. Reva selalu siap di menit terakhir. Ia naik ke motornya, memakai helm sebelum menghidupkan motor itu dan
meninggalkan rumah Alex.
Di jalan, di tempat yang sama saat Reva menyipratkan lumpur ke rok Flora. Mereka berdua kembali saling bertatapan saat Reva menghentikan motornya di samping gadis itu.
“Ayo, naik. Aku anter sampe depan sekolah.”ajak Reva. Flora menggeleng. Reva menahan tangan Flora, memaksanya naik ke boncengan motornya. “Cuma mau nganter doang. Gak ada maksud apa-apa.”
Motor meluncur dengan kecepatan sedang sampai ke depan gerbang sekolah Flora. Gadis itu melompat turun, ia menatap Reva sebelum masuk.
Reva menunggu setidaknya ucapan terima kasih atau senyuman manis. Tapi ia hanya bisa berharap. Flora segera berjalan masuk ke sekolahnya tanpa berkata apa-apa. Sikap Flora semakin membulatkan tekad
mendapatkan hati gadis itu.
Sret! Seseorang memiting leher Flora saat gadis itu melewati lorong sekolah. “Pagi, my baby!”seru
Sandra di telinga Flora.
Gadis itu menatap Flora lekat-lekat seolah mencari jawaban atas pertanyaannya, siapa yang barusan mengantar Flora ke sekolah. Flora malah mengacuhkan teman baiknya itu. Sandra tidak menyerah.
“Dia anak majikan gue. Puas lo.”saut Flora akhirnya.
“Kayaknya ganteng dech. Motornya juga keren gitu. Lumayan kalo di gebet, ada sopir gratis.”sambar Sandra gak bisa ngerem.
Flora memutar bola matanya malas, “Cih, ngegebet orang kayak gitu, makan ati. Udah kasar, jutek lagi.”saut Flora.
“Kenapa lo benci banget kayaknya sama dia. Salah apa atuh, si abang tampan?”tanya Sandra masih kepo.
“Bukannya harusnya ‘aku mah apa atuh’, eh... kok jadi dangdutan gini.”kata Flora sadar sendiri kalau dirinya terbawa kelakuan absurd Sandra.
Flora terpaksa menceritakan pertemuannya dengan Reva yang berakhir dirinya terlambat masuk ke sekolah. Sandra mendengarkan dengan antusias. Sejak Flora pindah ke sekolah itu, Sandra sudah menguntitnya
kemana-mana.
Padahal Flora sudah jelas mengatakan dirinya hanya anak orang miskin yang tidak pantas rasanya berteman dengan Sandra. Tapi gadis itu tidak peduli, ia menyukai karakter Flora yang apa adanya. Tanpa berusaha menutupi siapa dirinya dan juga berani mengakui orang tuanya.
Berbeda sekali dengan kebanyakan anak yang bersekolah di sekolah mereka. Meskipun bukan sekolah elit, tapi tetap saja gaya hidup elit sudah menjamur di sekolah itu.
Mereka berdua berjalan ke kelas sambil mengobrol seru seperti biasanya. Dari arah depan, seseorang mendekat sambil melambaikan tangannya pada Flora dan Sandra.
*****
Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejakmu rate bintang 5, like, komen, dan yang paling penting vote, vote, vote. Ty.
Visual Flora
Visual Sandra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Martini
visualnya kayak orang barat ya Thor wajah kejem
2022-01-01
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-24
0
Blqisalfyh
Sandra mirip cinta laura
2020-10-21
3