Risih
Rava langsung bertanya istilah yang disebutkan
papanya itu. Keduanya terlibat pembicaraan seru yang tidak dimengerti Mia dan
Reva.
Keduanya saling pandang dan nyengir sendiri. “Reva,
cepat isi formulir magangnya.”pinta Mia pada Reva.
Reva mengambil pulpen dan mengisi formulir itu
dengan cepat. Ia menggunakan tangan kirinya untuk menulis. Mia menempel pada
Reva yang bertanya padanya sebaiknya hobi apa yang ia tulis disitu. Masa iya
main game. Mia merangkul lengan Reva, bersandar pada tubuh putranya itu. Kepala
keduanya bahkan sudah menempel satu sama lain.
Alex melirik Mia yang nemplok di bahu Reva.
Keduanya sesekali terkikik menertawakan jawaban konyol yang dilontarkan Reva.
“Ehem...!”dehem Alex.
Mia menoleh menatap suaminya yang sudah terbakar
api cemburu. Ia memutar bola matanya menatap Reva dan bergerak mencium pipi
putranya itu.
“Mom!”pekik Reva risih.
“Duh, yang udah dewasa gak mau dicium mama lagi
nich.”kata Mia pura-pura sedih.
Reva nyengir, ia melirik papanya yang sudah menatapnya
tajam. “Reva mau liat Kaori dulu.”kata Reva cepat sambil membawa formulir magang
itu bersamanya. Lebih baik ia segera pergi dari sana sebelum papanya memotong
uang jajannya karena cemburu.
Rava ikutan menyusul saudaranya, daripada tetap
disana dengan situasi yang mulai canggung. Rava sudah hafal apa yang akan
terjadi dan ia memilih kabur yang jauh sebelum mendengar sesuatu yang aneh.
Reva berjalan terburu-buru ingin naik ke lantai
dua. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat Flora turun dari lantai atas.
Ditangannya ada dua keranjang pakaian kotor milik Reva dan Rava. Gadis itu
tidak menghiraukan Reva setelah melihatnya.
“Tunggu. Bukannya gak sopan kamu lewat gitu aja di
depan tuan-mu?”tanya Reva.
“Permisi, tuan Reva.”saut Flora judes.
”Tunggu, bagaimana dia bisa tau aku Reva dan bukan
Rava. Tidak ada orang baru yang bisa membedakan kami, bahkan sepupu kami saja
masih kebingungan kalau kami memakai pakaian yang sama.”
Flora sudah keburu sampai di dekat lorong menuju
ruang mencuci ketika Reva tersadar dari pikirannya sendiri. Reva ingin
mengejarnya, tapi Rava keburu datang langsung menyeretnya ke lantai atas.
“Lo mau kemana? Jangan ganggu Flora.”kata Rava
menjitak kepala Reva.
“Berisik lo. Cewek itu bikin gue penasaran. Sampe
sekarang gue masih bingung kenapa dia benci banget sama gue. Sama lo aja bisa
senyum manis.”
“Dia bilang lo nyipratin lumpur ke rok-nya.”saut
Rava.
“Darimana lo tau?”tanya Reva cepat menarik kerah
baju kembarannya itu. Rava bertanya padanya secara langsung dan Flora
menceritakannya dengan penuh emosi. Reva menjatuhkan kembarannya di atas
ranjang Rava. “Gimana dia bisa tau itu gue dan bukan lo! Kita kembar, bro.”
“Kak, boleh pinjem...”kata Renata yang tiba-tiba
masuk ke kamar Rava. Ia melongo melihat posisi kedua kakak kembarnya itu sangat
intim diatas ranjang.
“Minggir, lo. Rena mau pinjem apa?”tanya Rava
dengan manis.
“Pinjem spidol warna, kak.”saut Renata mundur
selangkah ke belakang. Ia merasa kikuk setelah melihat kejadian barusan.
“Kamu lagi buat apa sich?”tanya Reva mendekati
Renata.
Renata menggeleng, ia memang lebih takut pada Reva
ketimbang Rava. Reva mengacak-acak rambut adiknya itu. Ia berlalu ke kamarnya
sendiri. Kepalanya masih pusing memikirkan bagaimana Flora bisa tahu dirinya
yang menyipratkan lumpur dan bukannya Rava.
Sebuah ide licik muncul dari kepala Reva, ia
membuka lemarinya mencari pakaian yang biasa di pakai Rava. Reva mengganti
bajunya dengan cepat, kini tidak ada satupun yang akan mengenali dirinya
sebagai Reva.
Perlahan Reva membuka pintu kamarnya, ia mengintip
pintu kamar Rava yang tertutup rapat. Dengan langkah cepat dan panjang, Reva
berjalan menuruni tangga menuju ke arah dapur. Ia yakin Flora sedang ada di
ruang cuci sekarang. Ia akan berpura-pura membutuhkan bantuan Flora.
Benar saja saat Reva sampai di depan dapur, Flora
baru keluar dari ruang cuci. Ia membawa keranjang pakaian yang tadi dibawanya.
Di depan dapur, Flora menghentikan langkahnya.
“Flora, tolong ambilkan aku segelas susu.”pinta
Reva berpura-pura menjadi Rava.
Flora menatap Reva dan mengabaikannya. “Ambil
sendiri, tuan Reva. Aku sibuk.”kata Flora terus berjalan sampai ke tangga. Ia
menaiki tangga dengan cepat untuk menaruh keranjang pakaian kotor kembali ke
kamar si kembar Rava dan Reva.
Reva menjambak rambutnya, ia seratus persen bingung
bagaimana Flora bisa mengenali dirinya. Pria itu mengikuti Flora, ia harus
bertanya padanya dengan jelas atau Reva akan mati penasaran. Dilihatnya Flora
sedang meletakkan keranjang pakaian kotor di sudut kamar Reva.
Gadis itu hampir keluar dari kamar Reva saat pintu
kamar tiba-tiba tertutup. Klik! Reva mengunci pintu kamarnya lalu menatap tajam
pada Flora. Gadis itu menelan salivanya melihat Reva berdiri menjulang di
hadapannya.
“Tuan Reva mau apa?”tanya Flora sambil melangkah
mundur perlahan. Reva melihat Flora melirik sekeliling kamarnya seperti mencari
sesuatu.
Reva mengangkat dua jarinya, “Jawab dua
pertanyaanku dulu, baru kau boleh keluar.”
“Hanya itu?”balas Flora memicingkan matanya. Tangan
Flora sudah bergerak mengambil majalah di atas meja, lalu menggulungnya dengan
kedua tangannya.
“Ya. Hei, itu majalahku. Taruh, nggak?!”ketus Reva.
“Majalahnya aku sita pake jaminan, tuan Reva.”kata
Flora.
Reva kebingungan jaminan apa maksudnya. Flora
mengatakan kalau ia akan memakai majalah itu untuk memukul Reva kalau pria itu
berani mendekat lagi. Reva ketawa ngakak mendengar ancaman Flora.
“Cih. Siapa juga yang mau dekat kamu. Satu, gimana
kamu bisa tau aku Reva dan bukan Rava?”tanya Reva. Dua, apa kamu punya pacar?”
Flora memutar bola matanya, “Orang buta juga tau
kamu itu Reva.”saut Flora menyebalkan. “Hadeh, biar cepet dech. Pertama, parfum
kalian berdua berbeda. Dua,...” Flora memberi tanda pada Reva untuk menunduk
merendahkan tinggi tubuhnya. Tangan Flora terulur lalu menarik belakang rambut
Reva yang menjulang tinggi ke atas.
“Addoww!! Sakit!! Cewek gila!!”maki Reva.
“Dua, kamu punya rambut berdiri di belakang
kepalamu. Tiga, kak Rava punya kebiasaan membaca buku. Di hidungnya selalu
tertinggal bekas kacamata. Empat, wajahmu menyebalkan.”kata Flora sambil berjalan
ke arah pintu.
“Apa katamu?!”bentak Reva.
“Nah, itu. Coba liat di cermin sana. Gitu dah wajah
menyebalkanmu.”kata Flora hampir membuka pintu kamar Reva.
“Tunggu!” Reva mengejar Flora, menahan pintu agar
tidak terbuka. “Pertanyaanku yang kedua belum kamu jawab.”
“Nggak ada. Sekarang aku bisa keluar kan, tuan Reva
yang terhormat.”ejek Flora kesal.
“Belum...” Flora sudah mengacungkan majalah yang
digulungnya ke hadapan wajah Reva.
“Aku sudah jawab pertanyaanmu. Sekarang aku boleh
keluar kan?”
Reva tidak menahan Flora lagi. Ia mengangkat kedua
tangannya seolah Flora sedang menodongkan pistol padanya. Gadis itu tersenyum
tipis sebelum berbalik membuka pintu kamar Reva lalu keluar dari sana. Reva
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sangat tertarik pada Flora sekarang.
*****
Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejakmu
rate bintang 5, like, komen, dan yang paling penting vote, vote, vote. Ty.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Martini
karya nya keren thor
2022-01-01
0
Reny Zahabi
ceritamu seru thor,,,tp kenaapa tiap keluar episode selalu kembali episode pertama,q kn jadi capek roll terus thor
2021-02-02
0
🎃
wkwkwk flora teliti ....
reva ngga dapat kerjain flora 🤣🤣🤣
2020-12-12
0