"Bagaimana para saksi?"
"Saaahhh... "
Alhamdulillah, Aku bener-bener bahagia. Akhirnya Bang Afri mempersuntingku sebagai Isteri nya. Tiada kata bahagia yang lain yang dapat Aku ungkapkan, pokok nya aku bahagia.
Ya, 2 bulan setelah Bang Afri melamar ku, akhirnya kami menikah, dengan di saksikan seluruh anggota keluarga, Pernikahan yang Khidmat dan Sakral, Aku resmi menjadi Isteri Afri Haikal Tanjung.
Banyak mimpi yang sudah aku rancang dalam benak ku untuk aku jalani bersama dengan suamiku. Awalnya memang Adik Bang Afri gak setuju kalau Bang Afri memperistri ku, tapi Bang Afri meyakinkan dia kalau memang aku lah pilihan terbaik nya.
Fahri Haikal Tanjung, Adik satu-satu nya yang paling di sayang dan di percaya oleh Bang Afri. Tetapi berbeda sekali sifat nya dengan sang Abang. Kalau Bang Afri memiliki sifat yang pendiam, Fahri lebih kepada orang yang suka berceloteh.
Mereka juga punya minat yang berbeda, Kalau bang Afri lebih kepada kerja di kantoran, maka Fahri lebih suka manjat gunung, kata suamiku sih emang udah jadi hobi dia naik turun gunung sejak masa SMA, itu pun di sebab kan karena seorang wanita, katanya untuk Move On dia harus naik gunung untuk melepaskan segala keluh kesah hati nya.
Penampilan Fahri juga gak serapih Abang nya, dia lebih suka penampilan yang kalau aku bilang ya acak-acakan, kan maklum anak gunung, rambut panjang, kulit hitam, dan yah... you know lah..
Selesai acara penyambutan tamu, kaki ku fak sanggup lagi rasanya menopang berat badanku, jadi aku langsung berbaring di tempat tidur, sedang kan suami ku mandi terlebih dahulu.
"Sayang, bangun, kamu mandi dulu, biar seger.. ", Kata Bang Afri sambil menggoyang bahu ku. Aku hanya bisa mengeram menjawab kata-katanya, karena emang aku capek sekali. Dengan malas aku pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah mandi, seger dan malam ini kami berdua hanya melakukan pembicaraan ringan di tempat tidur, ngobrol sampai kami merasa lelah dan akhirnya tertidur.
Hari-hari aku jalani sebagai seorang isteri yang sangat mencintai suamiku. Karena emang suami ku adalah orang yang sangat baik, tampan dan mempesona, perempuan mana yang gak akan terpesona dengan laki-laki yang begitu.
....................
"Sayang, Abang sayang kali sama Mia", tiba-tiba Bang Afri memelukku dari belakang ketika aku menyiram tanaman. "Iya, Mia tau, Mia juga sayang banget sama Abang", Jawab ku tanpa menoleh ke arah nya. "Oh iya, ntar malem Fahri mau dateng kerumah" Katanya.
"Loh, kok tumben? Perasaan selama kita nikah 3 bulan ini Adek Kamu gak peduli deh sama Mia, Jangan kan ngakuin Mia sebagai kakak ipar, kalo di rumah Ibu aja Dia bahkan kadang melengos pada ku".
"Sayang, jangan gitu, nanti Fahri yang bakal jadi pelindung kamu. Dia yang akan jagain kamu selama aku pergi".
"Maksud Abang apa? Abang mau pergi kemana?" Tanyaku langsung memutar tubuh ku. "Kan Abang kerja, kalo Abang lebur dan harus gak pulang, nanti Abang titip Mia sama Fahri".
"Bang, Mia bukan barang ya, yang harus Abang titipin, lagian Mia berani kok kalo harus di rumah ini sendiri, lagian banyak juga tetangga, mana mungkin Mia takut".
Yang enggak-enggak aja sih Bang Afri, memangnya mau kemana dia coba, kok Aku pake di titipin segala. Sama Adek nya Dia lagi yang paling gak suka sama Aku.
"Sayang, kita gak tau hidup sampai kapan, Allah yang nentuin umur, dan itu udah tercatat di Lahuful Mahfuzd, jadi sebelom Abang pergi nanti, Abang akan titipin kamu sama Fahri, Abang yakin sebenernya Fahri gak betol-betol benci sama Mia".
Deg....
Perasaan apa ini? Kenapa tiba-tiba sesek ya, dan Bang Afri apa sih dia.. emang nya dia mau kemana? Aku menatap wajah nya tajam, berharap ada sedikit raut bercanda di wajah nya agak hati ku tak was-was. Tapi setelah aku tilik manik matanya, tak ada kebohongan disana, tak ada nada gurauan dalam setiap ucapannya, seakan-akan Bang Afri gak akan kembali lagi.
Ya Allah, Aku gak ingin terjadi apa-apa sama suamiku, Aku sangat mencintainya. Lindungilah Ia dimanapun Ia berada. Tanpa sadar aku meneteskan air mata ku, lalu tak segan-segan Aku menangis meraung di pelukannya. seakan-akan aku tak akan pernah lagi mendapat pelukan hangat suamiku.
Aku gak tau perasaan apa ini, tapi Aku ingin sekali berada di dekapannya seolah-olah Suamiku tak akan pernah kembali memelukku. Aku risau, Aku galau. Aku menangis sejadi-jadi nya. Sampai kedatangan Fahri.
"Kalian ngapain? Abang apain kakak sampe nangis kayak gitu?"
Fahri yang tiba-tiba datang langsung ke taman belakang melihat ku berpelukan dengan Bang Afri.
"Eh, Udah sampe Ri, sini duduk. Ini Kakak mu manja betol, gak mau di tinggal Dinas keluar kota." jawab Bang Afri santai.
"Biasa aja kali kak, biasa nya juga Bang Afri pergi kakak gak kenapa-kenapa kan? "
Aku yang mendengar pernyataan Fahri hanya bisa diam, perasaan ku gak bisa di bohongi, rasa nya ada sesuatu yang membuat hatiku gundah, tapi entah apa itu, sehingga membuat ku makin menagis kencang dan membuat kedua lelaki itu panik.
"Ya udah ayok masuk dulu, Kamu belom makan kan dek? " tanya Bang Afri pada Fahri.
"Belom Bang, baru turun gunung aku, langsung kemari Abang telpon".
"Yok ke meja makan, langsung makan aja kita. Udahan dong sayang nangis nya, malu di liat Fahri tu". Bang Afri mengusap air mataku.
Bukan Aku tak ingin berhenti menangis, tapi memang air mataku tak bisa berhenti.
"Manja" kata Fahri mencibir. Walaupun kecil suaranya tapi masih bisa aku mendengar nya.
"Dek, Udah. Dia ini kakak mu juga. Sekarang ayo kita makan dulu, ada yang mau Abang omongin sama Kamu".
Kami pun menikmati makan malam, tepat nya makan sore sih, karena jam masih menunjukkan pukul 5 lebih 45 menit. Karena Fahri yang memang sudah lapar belum makan sejak dia turun gunung, makanya makan malam kami percepat.
Tak ada yang berbicara di meja makan, tak ada percakapan. Hanya ada suara dentingan sendok, garpu beserta piring yang mendominasi acara makan kali ini. Pikiran kalutku tak bisa aku tepis, semakin aku memikirkan nya, maka semakin deras air mataku jatih dan itu membuat Bang Afri menatapku dengan pandangan yang sayu, tapi dari apa yang aku lihat, pandangan itu kosong, seakan-akan tak ada jiwa di mata itu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan gaya bicaranya,Kayak orang yg mau meninggal,Apa Afri kecelakaan ya? Duh baru juga bahagia Masih penganten baru juga..
2024-11-21
0
Qaisaa Nazarudin
Cara bicaranya Afri kok kayak sesuatu banget,Kayak ninggalin pesan gitu,Apa Afri sakit keras kah?
2024-11-21
0
Emak e Cah 3
baca untuk ke 3 kalinya
2020-08-03
1