"gimana semalam Jun? bisa nanganin Ningsih nggak?" goda Mbak Lila saat mereka semua duduk di ruang makan rumah Tania, lebih tepatnya tempat pernikahan sekaligus resepsi mereka kemarin.
Semua keluarga memandang pasangan pengantin baru itu dengan jahil, tak terkecuali Adelia dan Brama, orang tua Tania. Ningsih memandang prihatin keluarganya ini, bagaimana bisa mereka tertawa bahagia sementara salah satu anggota keluarganya kabur entah kemana, dan satu lagi harus berkorban menggantikan si pelaku yang kabur.
Semenjak tadi, senyum Ningsih tak tampak sama sekali. Berbanding terbalik dengan Juna yang bibirnya seolah tak pegal karena senyumannya yang lebar sejak semalam. Bahkan, sebelum tidurpun Ningsih bisa melihat Juna mengukir senyumnya terlebih dahulu. aneh! pikirnya. Seharusnya Juna saat ini sedang bergalau ria karena ditinggal lari calon istrinya, dan terpaksa digantikan oleh orang yang tak dicintainya.
Masalah semalam, jangan berpikir kalau diantara mereka terjadi apa-apa. karena pada kenyataannya, Ningsih dengan kejamnya menyuruh Juna tidur di lantai. Awalnya Juna menolak, sehingga terjadi perdebatan yang cukup lama di antara mereka. akhirnya karena lelah, Juna mengalah dengan syarat hanya malam ini mereka nggak tidur seranjang! garis bawahi, hanya malam ini! mungkin karena lelah juga, Ningsih mengiyakan begitu saja.
Semua anggota keluarga terlihat saling melempar canda di meja makan yang besar tersebut. sinar bahagia terlihat di wajah mereka, kecuali Ningsih tentu saja. Pikirannya saat ini melayang pada Tania. Kemana sebenarnya gadis itu? Ningsih memang sangat dekat dengan Tania, karena keduanya sama-sama anak tunggal. Ana dan Adelia itu bersaudara, hanya berdua. Dan seolah kebetulan, mereka hanya mempunyai masing-masing satu anak.
Meja makan tersebut hanya diisi oleh Kakek dan Neneknya Tania dan Ningsih, terus keluarga Ningsih, Mama Papanya Tania, Mbak Lila dan Suaminya serta ke dua orang Tua Juna. sementara keluarga dari pihak Papanya Tania sudah pulang sejak semalam.
"Si, Kok makanannya cuma diaduk-aduk gitu?" Tanya Adelia saat melihat keponakannya itu asik melamun sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya.
Ningsih terkejut, ia tersadar kalau semua orang kini sedang menatap kepadanya. Ningsih bingung ingin menjawab apa. biar bagaimanapun, Ningsih tidak ingin membuat senyum lebar di wajah mereka pudar. Walau keluarganya bertingkah egois karena bahagia di atas penderitaannya dan Mbak Tania juga Juna, tapi Ningsih nggak mau bertingkah egois seperti mereka. ia tidak ingin senyum bahagia semua orang hilang karenanya. walau sekarang Juna terlihat mempertontonkan kebahagiaannya, namun Ningsih yakin kalau pria itu sedang bersedi di dalam hatinya.
"kan, melamun lagi" Ningsih kembali tersadar karena ucapan Adelia.
Ningsih memilih menggeleng menjawab pertanyaan Adelia. Ia lalu bangkit menuju kamar yang ia tempati semalam tanpa mengatakan apapun. bahkan, berpamitan saja tak ia lakukan, membuat semua orang menatapnya hawatir. Terlebih lagi makanannya sama sekali belum ia sentuh, karena sedari tadi ia hanya asik melamun dan mengaduk-aduk makanannya.
"semuanya Maafin kelakuan Ningsih ya! Juna janji akan mengatasi semuanya, percayakan pada Juna. Ningsih mungkin hanya butuh sedikit waktu.
Juna segera berpamitan menyusul Ningsih ke kamarnya dengan membawa sepiring nasi serta lauknya, lengkap dengan air putih. Nasi yang di piring Ningsih tadi sudah digantinya dengan yang baru karena bentuk nasi tersebut sudah tak karuan.
"Maafin kelakuan Ningsih! Aku nggak nyangka Ningsih bakal semarah ini" sang Papa pun melakukan hal yang sama dengan Juna, anak mantunya.
"nggak perlu minta maaf. wajar Ningsih mara sama kita, kalau saja...kalau saja..Tania nggak berbuat kekacauan!" Tangis Adelia pecah karena mengingat perbuatan Tania yang berimbas pada Ningsih.
"Ini bukan salah Tania. Hanya saja...saya menyayangkan hal yang terjadi pada mereka bertiga. Kalau saja Juna dari awal jujur dan nggak bersikap pengecut" Wibowo-- Ayah Juna--ikut merasa bersalah.
"sudah! sudah! nggak ada yang perlu dimaafkan. lagipula ini sudah takdir. dan lagi, Ningsih berjodoh dengan Juna karena mereka sudah menikah yang berarti tulang rusuk Juna itu bukan Tania, tapi Ningsih" ujar Kakek Ningsih dengan bijak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah Sari Sanrus
sukalanjt
2022-04-07
1
Isrotin Setia
lanjut dulu👍👍👍👍
2022-02-20
0
Facia Putri
Jadi Ingat Lagu Minang Yang sering di putar Tetangga.
Jodoh Urang Tasayangi 😀😀😀
2021-03-30
2