"Dek, sebenarnya kamu kenapa sih?" Tanya Juna dengan lembut saat ia sampai di kamar menyusul Ningsih.
"Apa harus aku jawab lagi? bukannya kalian semua tahu alasan aku apa?" Ningsih malah membalikkan pertanyaan pada Juna. Juna menghela nasfas, "Dek, jangan gitu dong! yang terjadi sama kita ini adalah takdir, jadi kamu nggak boleh terlalu berlarut-larut dengan suasana kayak gini" Juna berusaha menasehati.
Ningsih mendengus mengabaikan perkataan Juna, gadis itu lebih memilih membuka ponselnya. Juna mengelus dadanya seakan mengingatkan dirinya sendiri untuk bersabar menghadapi istrinya yang masih labil itu.
"Oh, ya. Kita bakalan pindahan ke rumah baru hari ini juga. Jadi, setelah pulang dari sini kita langsung ke rumah kamu untuk ngambil barang-barang kamu, terus ke rumahku ngambil barang-barang aku, baru deh kita langsung menuju Rumah baru kita" ujarnya dengan senang, mengabaikan tatapan tajam yang diberikan Ningsih kepadanya.
"kenapa? ada yang salah?" tanya Juna saat Ningsih masih bertahan dengan tatapan tajamnya.
"ya, ada yang salah! ralat, semuanya bagi aku salah!" jawab Ningsih. Bukannya marah, Juna malah tersenyum menenangkan. "Apa itu berarti kamu jugs menyalahkan takdir kita?" tanya Juna tenang.
Ningsih diam tak menjawab. Ia tahu, tak sepatutnya ia menyalahkan takdir. tapi.....apa iya dia harus menerima dengan ikhlas takdirnya yang seperti ini? Maksudnya yah....Ningsih itu masih kuliah, masih muda, tapi kenapa ia harus terikat hubungan sesakral ini? Ningsih masih ingin bebas seperti gadis seumurannya, bukan terkekang dengan aturan-aturan pasangan suami-istri yang Ningsih tahu tak bisa dilanggar. kalaupun nanti Juna membebaskannya untuk melakukan apapun, Ningsih juga tahu diri sebagai seorang istri ia tak mungkin sebebas masa gadisnya dulu, karena Ningsih tidaklah sepembangkan itu. Terlebih lagi.....Ningsih punya seseorang yang ia cintai. Dia Nofal, adik sepupunya Juna yang merupakan senior Ningsih di kampusnya.
"Dek, Kamu boleh bersedih dengan keadaan ini. Kakak nggak masalah kalau kamu butuh waktu menerima semua yang terjadi di antara kita. Tapi Kakak mohon, kamu jangan sampai menyalahkan apa yang sudah Allah gariskan pada kehidupan kita" Juna berkata dengan nada lembut.
Ningsih terdiam, walau wajahnya terlihat acuh tak acuh, namun sebenarnya hatinya menyetujui perkataan Juna. bukankah Jodoh, maut dan rizki itu adalah rahasia Tuhan? Jadi, jika jodoh Ningsih adalah Juna, ia tak berhak menyalahkan takdir bukan?
"Dek, percaya pada Kakak!" pinta Juna. Ningsih memalingkan wajahnya dari Juna, "aku sudah bilang Kak, aku butuh waktu. Percaya pada Kakak dan pernikahan kita itu membutuhkan waktu yang banyak untuk berpikir menurutku" akhirnya, setelah sekian lama berdiam Ningsih membuka suaranya.
"Kakak tanya sama kamu, apa alasan kamu sampai kamu butuh waktu lama untuk yakin akan pernikahan ini" tuntut Juna.
Ningsih menghela nafasnya sebelum menjawab. "jika Kakak ada di posisi aku, apa Kakak akan langsung percaya kalau pernikahan ini akan baik-baik saja selamanya? sementara aku sendiri tahu kalau Kakak sama Kak Tania itu pacaran sudah delapan tahun lamanya? Dan lagi, Kakak menikahiku karena terpaksa kan? karena Kak Tania kabur dihari pernikahan kalian?" Juna langsung tertohok mendengar alasan yang diungkapkan Ningsih. Benar apa yang Ningsih katakan, jika Juna berada di posisi itu pasti dia akan bersikap sama seperti Ningsih.
"selain itu, aku ini masih muda Kak, juga masih berstatus Mahasiswi. Aku yakin Kakak tahu hal apa yang aku khawatirkan".
Juna menatap Ningsih, matanya membulat saat melihat kehawatiran yang tergambar jelas di wajah Ningsih.
"kalau masalah kebebasan, Kakak janji nggak akan ngekang kamu. Kakak juga janji nggak akan melarang kamu ini-itu. Kalau kamu mau hang out bareng sama teman-teman kamu, kakak nggak akan melarang. Kamu hanya perlu menjalani hari-hari kamu seperti biasa!" Arjuna mengatakan semuanya dengan tegas, pertanda kalau ia sungguh-sunguh dengan jawabannya.
"ckkkk. Kakak memang bisa segampang itu mengatakan semuanya. Tapi apa Kakak lupa, aku itu seorang istri bukan lagi seorang gadis lajang. Dan aku tahu kalau kakak mengerti dengan semua kewajiban seorang istri. Kakak mungkin memberiku kebebasan, tapi aku sadar diri Kak, dan kakak juga tahu kalau melanggar batas itu bukanlah sifatku" Ningsih berkata dengan nada frustasi. Frustasi dengan pemikirannya sendiri. ia masih ingin bebas, namun walau Juna memberinya kebebasan itu, ia tidak akan sanggup melanggar dan menelantarkan kewajiban seorang istri. jadi kalau kalian bertanya apa yang Ningsih inginkan sekarang, maka ia akan mengatakan ia belum ingin ada ikatan pernikahan, tapi semuanya sudah terjadi sehingga membuatnya dilema.
Juna yang melihat Ningsih yang melamum setelah mengatakan apa.yang ia kuatirkan, ia segera menggenggam tangan istrinya itu. "Dek, Kakak mohon kasih kakak kesempatan untuk membuktikan kalau pernikahan kita baik-baik saja. Kamu hanya perlu diam, dan biarkan Kakak berjuang. kamu.....maukan?" entah sudah terhitung berapa kali Juna memohon pada gadis ini tapi ia tidak peduli. yang ia inginkan, hanya Ningsih akan bahagia bersamanya mengarungi bahtera rumah tangga mereka.
Dan.......
anggukan dari Ningsih membuatnya meloncat-loncat kegirangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
N13
pertanyaan yg aneh
2022-11-30
0
re
Juna masih mencoba menyakinkan
2021-07-11
1
Nevertary Anggraini
klq nangkep crta nya smpe sni... mgkn sbnr nya juna Dr awal uda cinta sm ningsih, hnya sja dy gk brni ngmg jjur.. kemgkinan jg tania salah mengartikan perasaan juna, mgkn awal nya juna dktin tania itu krna mw dktin ningsih tp tania baper, jd krna gk mw nykitin tania brjln lah smpe 8thun, pd akhir nya juna jjur tania skit hati kabur...
2021-04-09
1