Sudah lebih dari tiga menit Raiden tersenyum dan sesekali tertawa kecil. Kesenangannya wajar karena dia baru saja menang banyak.
Drift keluaran terbaru dengan warna hitam bercampur kuning emas kini menjadi miliknya. Dia mengusap-usap Drift tersebut dan sesekali menciumnya.
"Aah~ sempurna..! Langit pasti sedang membantuku saat ini. Akhirnya aku bertemu dengan cinta sejatiku~"
Yun dan Lulu berdecak sambil menggelengkan kepala pelan. Mereka tahu Raiden sangat suka Drift, tetapi apa perlu temannya ini memeluk dan mencium Drift semesra itu?!
"Kurasa penyakit bujangan Rai sudah tidak bisa diobati,"
Yun tahu dirinya juga bujangan, tetapi dia masih waras karena tidak pernah menganggap benda mati sebagai kekasih, tidak seperti Raiden.
Dia jadi kasihan pada pemuda berambut cokelat terang bercampur hitam ini. Yun berharap temannya menemukan gadis pujaan yang dapat melepaskan status bujangannya.
Setelah bertarung dengan Hide dan memenangkan pertarungan, Raiden beristirahat sejenak lalu meminum 'Potion' untuk memulihkan kondisinya.
Dia biasanya menolak meminum Potion dan lebih memilih sembuh secara alami dengan memakai racikan herbal. Tetapi karena Raiden sudah tidak sabar mengendarai Drift baru, maka Potion pun menjadi pilihan.
Hanya butuh waktu sekitar 30 tarikan napas dan semua luka-luka Raiden menghilang. Drift tua yang selama ini selalu menemaninya langsung Raiden jual tanpa mengedipkan mata.
Padahal Drift berwarna merah bercampur hitam tersebut adalah kesayangannya. Tetapi sepertinya Raiden sudah memberikan rasa sayangnya itu pada Drift-nya yang baru.
"Raiden, kapan kau berhenti memeluk dan menciumi benda itu? Ayo berangkat,"
Yun memakai kembali helm miliknya, dia lalu masuk ke dalam keranjang berbentuk telur berwarna hitam dan merah yang sebelumnya telah dipindahkan dari Drift lama Raiden ke Drift barunya.
Lulu juga melakukan hal yang sama, dia memakai semua sabuk pengamannya. Jelas, bahwa dengan Drift baru.. Temannya pasti akan lebih melaju kencang daripada sebelumnya.
Setelah Raiden mengalahkan Hide, pemuda berambut kuning keemasan tersebut pergi dengan kecepatan kilat sambil menyerukan dirinya akan kembali lagi.
Ketika kedua temannya siap, Raiden mulai menyalakan mesin Drift dan kembali melaju kencang. Kota Api jauh lebih luas, tetapi dengan kecepatan Raiden, dia dapat pergi ke tempat tujuan dalam waktu kurang dari satu jam.
Ada sebuah gedung di pusat Kota Api yang jika dilihat dari atas nampak berbentuk sedikit menyerupai arena sepak bola. Hanya saja, tempat ini merupakan stadium pelatihan milik Akademi Api Selatan.
Bukan hal yang aneh bila Raiden dan kedua temannya menuju ke tempat ini, sebab Akademi Api Selatan adalah salah satu cabang dari sepuluh Guild resmi di Elvort Garden.
Raiden dan kedua temannya sebelum benar-benar mendaftar, mereka terlebih dahulu melihat peta dunia Elvort Garden yang selalu ada di pusat kota.
Dalam peta tersebut dapat diketahui jumlah seluruh kebun, guild resmi, dan guild yang dibuat sendiri oleh para pemain.
Jumlah keseluruhan kebun rupanya adalah 192, dan dibagi ke dalam empat wilayah, yakni 48 di wilayah Timur, 48 di wilayah Barat, begitu juga dengan wilayah Utara dan Selatan.
Cabang dari tempat Guild resmi berjumlah dua lokasi di setiap wilayah, Kota Api jelas merupakan salah satu lokasi cabang Guild di wilayah bagian Selatan.
Raiden dan kedua temannya mulai berjalan ke tempat pendaftaran. Mereka harus mengeluarkan 3000 poin untuk bisa mengikuti ujian pemilihan Guild.
Raiden dapat melihat banyak orang-orang seperti dirinya yang juga ikut mendaftar. Ini bisa dia ketahui dari nomor urutnya yang berangka 505.
".. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Di antara kalian, apa kau ketuanya?" tanya salah satu pegawai yang baru saja memberi nomor pada Raiden.
Alasan dari dugaannya adalah karena pemuda tampan dengan mata berwarna merah tersebut nampak kuat serta memiliki aura seorang pemimpin.
Sayang dugaannya salah, sebab yang bertugas sebagai pemimpin dari kelompok Raiden adalah Yun. Pemuda berambut gimbal, berpenampilan agak mirip dengan Kaito Joker namun pakaian termasuk topinya berwarna hitam.
"Kau yakin dia ketua kelompokmu?"
Pegawai di depan Raiden kembali bertanya, dia memperlihatkan wajah dan tatapan mata yang seakan mengatakan, 'kau tidak bercanda, kan? Dia sama sekali tidak cocok menjadi ketua,'
"Wah, kau berani meremehkan kawanku. Ck ck, Yun meski terlihat kurus kerempeng dan akan seperti ranting bila pakaiannya dibuka, tapi dia sebenarnya akan mengembang bila habis mandi. Karakteristik tubuhnya mirip dengan Mie Instan-"
"Rai, kau bilang apa barusan?"
Raiden seketika mengatupkan mulutnya saat mendengar suara Yun yang tiba-tiba terdengar ketus. Dirinya lalu tersenyum dan menepuk pelan pundak Yun seakan membersihkan debu di pakaian temannya.
"Aku hanya membicarakan fakta, kau jangan marah.. Ya?"
"Rai, kau jangan menggibah di sini. Banyak yang antri, ayo selesaikan ini secepatnya,"
Yun mengambil alih pembicaraan antara Raiden dengan pegawai yang nampak seperti pemuda berusia 23 Tahun. Dia mengatakan bahwa dirinya memanglah yang menjadi ketua dan sebaiknya pegawai ini tidak melihat dari penampilan luarnya saja.
"Itu benar. Yun itu sangat cerdas, dia otak dari kelompok kami. Yun akan terlihat sempurna saat habis mandi, kau pasti tidak akan bisa mengenalinya. Benar kan, Lulu?"
Lulu yang sejak tadi diam hanya memberi anggukan sebagai bentuk persetujuan dirinya atas ucapan Raiden.
"Haah, terserahlah. Karena kalian sudah memutuskan, maka dengarkan aku. Pergi ke ruangan yang sama pada nomor di kartu ini, di sana kalian akan mengikuti ujian pertama."
Pegawai tersebut menyerahkan sebuah kartu berwarna biru tua pada Yun, angka yang nampak adalah 44. Raiden tanpa sadar mengucapkan kata, 'woah' dan lalu berdecak pelan.
Dia dan kedua temannya mulai berjalan masuk ke stadium. Di tengah-tengah stadium ini ada sebuah lapangan yang sangat luas, tempat yang kemungkinan merupakan arena pertarungan.
"Lulu, bagaimana menurutmu dengan nomor yang kita dapat?"
"Empat adalah Sì [四], pengucapan yang dapat mirip dengan Sǐ [死] yang berarti 'Mati'. Dalam bahasa jepang, 'Shinu' juga memiliki arti yang sama. Mungkin kita akan dikirim pada kematian,"
Raiden malah menganggapnya sebagai nomor keberuntungan. Dia jadi tidak sabar ingin merasakan sehebat apa kematian yang telah disiapkan tempat ini untuknya.
".. Kuharap itu akan sempurna,"
"Berhenti tersenyum, Rai. Kau seperti orang yang maso-"
Yun belum menyelesaikan ucapannya dan Raiden sudah menggepit bibirnya dengan dua jari.
"Berhenti memberiku istilah para kaum otaku yang sama sekali tidak kumengerti itu. Aku ini lebih suka A-pink, kaum penyuka dua dimensi menjauhlah dariku,"
!!
Lulu tersentak saat mendengar ucapan Raiden. Detik berikutnya dia menendang lipatan lutut temannya hingga Raiden kehilangan keseimbangan dan jatuh. Yun dan Lulu segera mengunci pergerakan temannya sambil duduk di punggung Raiden.
"Aduh, kalian berdua ini kenapa?! Lepaskan aku sekarang..!"
"Kau anak menyebalkan. Itu bukan istilah para otaku, beraninya kau."
Plak!
Yun menampar keras bokong Raiden, dia juga dibantu oleh Lulu. Keduanya jelas tidak terima dengan ucapan temannya, cara mereka menampar bokong Raiden seperti sudah menyimpan dendam kesumat.
"Di dalam game ini kau akan banyak menemui orang-orang seperti kami. Jadi sebaiknya berhenti menjelek-jelekkan saudara seperjuanganku. Kau bilang suka A-pink, tapi yang kulihat kau malah lebih menyukai Drift barumu itu, dasar maso..!"
"Yun, aku lebih suka bakso. Ayo turun, kalian berdua kecil tapi berat, isi perutku hampir keluar. Cepat menyingkir.."
Tingkah Raiden dan kedua temannya cukup menarik perhatian para pemain yang berjalan di sekitar mereka. Para pemain ini juga nampak mencari ruangan sesuai dengan angka yang tertulis pada kartu kelompok mereka.
Yun dan Lulu akhirnya melepaskan Raiden. Keduanya lalu berjalan lebih dulu, disusul oleh temannya yang masih merintih sambil mengusap-usap bokongnya.
"Gila, mereka suka sekali menampar bokongku. Aiih.. bokongku yang masih perawan.."
**
Yun dan Lulu disambut oleh kursi dan meja yang panjang saat memasuki sebuah ruangan yang nomor pintunya terdapat angka '44'. Keduanya dapat melihat para pemain dengan pakaian berbeda-beda, mulai dari anak kecil berusia 10 Tahun yang memakai gaun putri merah muda sampai kostum spiderman dan batman juga ada.
"Apa aku tidak salah lihat? Salah satu dari mereka bahkan berpakaian sailor, kita seperti berada di festival cosplay.."
Yun menggeleng pelan, dia lalu berjalan ke salah satu bangku diikuti oleh Lulu. Rekan mereka yang baru sampai nampak mematung di bibir pintu.
"Hei, Nak. Kenapa diam di sana, ayo cari tempat dudukmu."
Seorang pria yang berdiri di atas panggung meminta Raiden untuk duduk. Di samping pria ini ada enam orang rekannya, dua diantara mereka adalah wanita.
Beberapa pemain memberi tatapan pada Raiden. Mereka kemungkinan merupakan pemain yang sebelumnya melihat Raiden diduduki oleh kedua rekannya sendiri.
Sekitar enam menit Raiden duduk, pria berwajah tegas di atas panggung mulai berbicara kembali. Dalam satu ruangan, ada sekitar 15 kelompok pemain yang terdiri dari masing-masing tiga orang.
Pria yang nampak berusia 43 Tahun tersebut menjelaskan aturan dari ujian yang harus mereka jalani bila ingin masuk dalam sebuah Guild.
".. Diantara kalian yang menjadi ketua kelompok, silahkan berdiri..!"
Ada lima belas orang termasuk Yun yang berdiri setelah mendengar seruan pria di atas panggung. Raiden dan Lulu memperhatikan setiap wajah pemain yang menjadi ketua dari kelompoknya masing-masing.
Raiden dapat melihat ada beberapa orang yang memiliki mata seorang pembunuh, penuh siasat licik, dan jelas suka mencari masalah.
Ujian pertama mereka adalah melatih kepercayaan anggota terhadap ketua kelompoknya sekaligus menilai kepemimpinan seorang ketua.
".. Anggota kelompok kalian secara bergiliran matanya akan ditutup. Mereka kemudian harus menghadapi rintangan hanya dengan mengandalkan indra pendengaran. Kalian sebagai ketua akan bertindak sebagai mata mereka. Sekali saja salah memberi arahan, maka teman kelompok kalian bisa mati. Ingat, Kelompok yang anggotanya tidak lengkap akan tereliminasi,"
Ujian ini jelas membebani seorang ketua. Satu kesalahan kecil bisa sangat berakibat fatal. Anggota kelompok harus percaya dengan ketuanya, dan yang menjadi ketua harus mempercayai dirinya sendiri.
".. Keenam rekanku yang berdiri di depan kalian akan bertugas sebagai pengawas. Kalian boleh menyerah bila tidak yakin dapat menang, namun keputusan ketua kalianlah yang disetujui. Dan saat kalian mengaku kalah, kelompok kalian harus membayar denda sebesar 100 ribu poin."
!!
Jelas banyak pemain yang terkejut saat pelatih di depan mereka menyebutkan jumlah denda yang harus dibayar bila menyerah. 100 ribu Poin tidaklah sedikit, satu misi yang mereka ambil paling banyak dihargai seratus poin.
".. Bila ingin mengumpulkan lebih banyak, kita harus bertarung dengan pemain lain yang hadiah kemenangannya adalah poin. Tapi itupun juga tidak banyak, aturan ini jelas tidak wajar."
Raiden mendengar ucapan salah satu pemain yang duduk di depan bangkunya. Aturan tidak wajar tersebut tentu memiliki maksud tersembunyi, dan sepertinya Yun serta beberapa pemain yang lain tahu apa maksudnya.
"Lulu, bagaimana pendapatmu?"
"Kalau aku yang jadi ketua, tidak akan pernah kukorbankan poin sebesar itu. Lebih baik rekanku bertarung sampai mati, daripada menyerah dan membayar denda."
Raiden mengusap pelan dadanya, dia beruntung karena bukan gadis imut ini yang menjadi ketua dari kelompoknya. Bisa-bisa, dia dan Yun akan menghadapi kematian yang mengenaskan.
Ada beberapa pemain yang mulai gugup dan sepertinya ketakutan. Mereka jelas tidak ingin mati, namun ucapan dari pria yang berdiri di panggung selanjutnya tidak membiarkan mereka menyerah sebelum bertanding.
".. Jika kalian sudah memahami aturannya. Sekarang ikuti kami,"
Pria berusia 43 Tahun yang berpakaian cokelat gelap tersebut berjalan keluar diikuti oleh rekan-rekannya. Raiden, Lulu, dan para pemain yang lain juga mulai meninggalkan tempat duduk mereka masing-masing.
Para pemain yang berjumlah 15 kelompok ini dibawa ke sebuah pintu berwarna merah kehitaman. Saat memasukinya, Raiden dan teman-temannya seperti berada di lantai ketiga.
Hal ini terjadi karena tidak jauh di depan mereka ada pagar yang terbuat dari batu. Bila dilihat dari atas, pagar ini membentuk lingkaran dengan dua tangga yang mengarah ke bawah.
Raiden berjalan mendekat, dia bisa melihat di bawahnya adalah labirin yang terbuat dari tanaman. Namun isi di dalam jalur labirin tersebut ditutupi oleh kabut putih tebal.
Pria berusia 43 Tahun yang membawa Raiden dan pemain lainnya mulai memberi tanda agar keenam rekannya bersiap. Dirinya lalu menjelaskan apa yang para pemain harus lakukan di tempat ini.
".. Kalian sudah ingat peraturannya bukan? Salah satu anggota kelompok akan menutup matanya dengan sebuah kain. Dia akan memasuki labirin, menghadapi rintangan di dalamnya sampai berhasil keluar. Ketua dari kelompok tersebut akan memberi arahan pada rekannya dari atas sini. Jadi kelompok mana yang mau mencoba duluan?"
Banyak pemain yang agak ragu, mereka tidak tahu akan seberbahaya apa di dalam labirin tersebut karena tertutup oleh kabut. Pria berusia 43 Tahun tersebut akhirnya berkata bahwa bila tidak ada kelompok yang mau duluan, maka dia akan menunjuknya sendiri.
"Tidak perlu. Kami yang akan mulai duluan,"
!!
Semua tatapan mata mengarah pada seorang pemuda yang sedang mengangkat tangannya. Mereka yang berada di barisan paling belakang tidak bisa melihat jelas wajah dari orang yang baru saja mengajukan diri untuk mengambil ujian lebih dulu.
"Baiklah, nama kelompokmu?"
Pemuda yang mengangkat tangan tersebut tidak lain adalah Raiden. Dia dan kedua temannya lalu memperkenalkan nama kelompok mereka dengan penuh gaya.
"Berjalan di dunia yang penuh keajaiban dan misteri. Kami menumpas kejahatan dengan berlandaskan asas persaudaraan..!"
Yun menundukkan kepalanya sambil memegang topi pesulapnya, dia begitu semangat mengeluarkan jargon yang sudah lama dia dan kedua rekannya latih.
"Ketepatan dalam mengatur uang adalah kunci hidup makmur. Keimutan seorang gadis dapat menaklukkan dunia. Bersama denganku, Lulu yang cantik dan menggemaskan,"
Lulu tidak mau kalah, suaranya begitu manis ditambah dengan tatapan matanya yang benar-benar bisa membuat sesak bagian bawah para pemuda yang melihatnya.
"Yun, pesulap kartu dan pemikir yang cerdas!"
"Dan si tampan, Raiden!"
"Kami bertiga adalah Pahlawan Kegelapan dari Elvort Garden!"
!!
Banyak pemain yang secara tidak sadar menganga, beberapa dari mereka yang tumbuh dan berkembang dari menonton kartun serta anime akan mengingat serial pokemon yang penjahatnya akan memperkenalkan diri dengan cara panjang kali lebar.
"Dianggap trio pelawak pun, mereka sama sekali tidak lucu,"
"Ya ampun, kacau.."
Banyak pemain yang menggeleng pelan. Beberapa perempuan mengatakan kasihan melihat pemuda yang tampan harus terperangkap dalam tim dengan anggota yang aneh.
".. Apa sebaiknya kita rekrut saja dia. Siapa namanya tadi.. Ah Raiden,"
"Nanti saja, setelah menjadi anggota Guild, baru ajak dia,"
Raiden sepertinya tidak mendengar pembicaraan para gadis muda. Dia hanya memperhatikan arahan pria berwajah tegas di sampingnya yang baru saja memberinya sebuah kain penutup mata berwarna hitam dan sebuah pil putih susu.
"Pil itu akan membuatmu dapat mendengar ucapan ketua kelompokmu dengan jelas. Dia tidak perlu harus berteriak kencang untuk membantumu menghadapi rintangan di labirin. Kau juga tidak akan terganggu dengan suara para pemain lain. Tapi ingat, efek pil itu hanya berlangsung selama satu jam. Kau tidak memiliki batasan waktu untuk keluar dari labirin, tetapi ada baiknya sebelum efek pil tersebut habis, kau sudah keluar dari sana. Mengerti?"
"Aku mengerti. Yun, kupercayakan nyawaku padamu."
Raiden menepuk pundak kanan temannya, dia lalu berjalan menuju salah satu tangga. Yun dan Lulu sendiri dibawa oleh pria yang memberi arahan tadi pada sebuah tempat khusus yang disebut 'Area Komando'.
Tempat itu masih berada di jalur yang sama dengan para pemain, namun lebih condong ke depan. Di Area ini, Yun dapat memberi arahan bagi temannya tanpa terganggu dengan komentar para pemain yang bisa saja mengganggu konsentrasinya.
Pemain yang lain bertindak sebagai penonton. Alasan mengapa mereka tidak mau menjadi yang pertama mencoba ujian labirin adalah karena hambatan dari dalam labirin tidak mereka ketahui.
Kelompok yang pertama akan selalu menjadi korban sekaligus pembelajaran bagi kelompok selanjutnya. Hanya orang tidak waras yang mau menjadi yang pertama dalam melakukan ujian kematian ini.
"Pak, aku belum tahu namamu,"
Yun berucap saat pria berusia 43 Tahun di sampingnya memberikan dirinya pil yang sama dengan Raiden.
"Panggil saja Roku,"
Yun mengangguk pelan, dia lalu melihat ke bawah. Temannya Raiden sekarang sudah berada di depan pintu masuk labirin yang tertutup kabut putih tebal.
Lulu memperhatikan pemain yang lain, mereka begitu serius menatap ke arah labirin. Rekan-rekan pria bernama Roku ini terlihat sedang berdiri di enam titik, tepat di belakang para pemain.
Tugas mereka adalah mengawasi dan memastikan tidak ada dari pemain yang melakukan serangan pada Raiden atau mengganggu pemberian komando dari Yun.
"Apa kau sudah siap, Nak?!"
Raiden mulai menutup matanya dengan kain yang diikat di belakang kepalanya. Dia dapat mendengar seruan dari Roku yang mengatakan bahwa bila dirinya berbuat curang seperti tidak manutup mata dengan baik, maka dia akan mendapat hukuman tak terbayangkan.
Raiden mengangkat jempolnya sebagai tanda bahwa dia telah siap dan tidak akan melakukan kecurangan.
"Baiklah, kita mulai ujian pertama..!"
Setelah Roku berseru demikian, semua kabut putih tebal menghilang dari dalam labirin termasuk di bagian pintu tempat Raiden berdiri.
!!
Para pemain terkejut melihat apa yang ada di dalam labirin tersebut. Beberapa pemain wanita bahkan menutup mulutnya dengan tangan yang seketika menjadi dingin.
Yun menghembuskan napas berat. Benar kata Roku, bila dia salah memberi arahan maka temannya besar kemungkinan akan tewas.
"Yun, nyawa Rai bergantung padamu."
Lulu masih berwajah tenang, tetapi tidak dengan tatapan matanya. Bukan dia yang berada di posisi Raiden, tetapi dirinya yang hampir terjatuh lemas.
Roku mulai menghitung dari satu sampai tiga. Tepat di hitungan terakhir, Raiden dan Yun secara bersamaan memakan pil berwarna putih susu tersebut. Dengan ini, Raiden hanya bisa mendengar jelas suara Yun dan orang yang berada di samping temannya.
"Rai, kau mendengarku?"
["Mn,"]
"Bagus, sekarang tarik pedangmu dan pegang dengan kuat. Kau jangan pernah melepaskannya,"
["Aku hanya akan menggunakan belati."]
!!
Yun membentak Raiden, bukan saat yang tepat bagi temannya untuk bersikap keras kepala. Di dalam labirin ada banyak monster dan juga jebakan, jadi jauh lebih baik memakai pedang daripada belati.
".. Jangan bertindak gila, gunakan saja pedangmu."
"Aku sudah menyerahkan tanggung jawab nyawaku kepadamu, Yun. Kau harus percaya pada dirimu, sama seperti aku mempercayaimu,"
Raiden tersenyum sambil menarik belati miliknya. Dia sudah tidak sabar menghadapi rintangan yang dapat merenggut nyawanya.
Yun menghembuskan napas, dia tidak bisa memaksa temannya lebih dari ini. Dia mulai memakai otaknya mencari jalur yang tepat untuk dilalui Raiden agar bisa sampai di pintu keluar labirin.
Yun dapat menemukannya dalam waktu lima belas detik, dia lalu memberi arahan pada Raiden untuk mulai melangkah ke depan dengan hati-hati. Para pemain yang lain nampak merasa tegang sendiri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
y@y@
👍👍🏼👍🏻👍🏼👍
2022-11-26
1
Phoenix
apakah mereka terinspirasi dr tim Roket ?..
2022-10-02
1
panglima
sip
2021-10-24
1