Happy Reading🍁
Disebuah kamar bercat broken white dengan aksesoris yang menghiasi dinding tersebut menempel dengan indah. Ditambah lagi penghuni kamar yang baru saja kelar mandi dengan rambut basah dengan handuk kecil dibahunya sesekali ia mengeringkan.
Dan melihat benda pipih yang berada didekat buku pelajarnya, ia seperti menunggu seseorang untuk menelponnya. Ia juga melihat jam dinding dikamarnya yang sudah menunjuk 8 yang kemungkinan orang itu sedang istirahat.
Orang itu mendudukan diri didepan meja rias dengan menyisir rambut panjangnya dan mengoles sesuatu kewajah mulusnya. Dan memakai deodoran untuk ketiak mulusnya. Tak lama dering telepon terdengar dengan cepat orang itu mengambil benda pipih dan melihat ada nomer tak dikenal.
Dengan langsung ia mengangkatnya dengan debaran didadanya. "Halo?" Sautnya dan mendengar suara nafas diseberang sana. Sesekali ia mendengar deheman seseorang yang mungkin saja orang itu adalah orang yang ia tunggu.
'Hai? Maaf ganggu, ini audy kan?'
"Alfa?" Tanya ragunya.
'Iya, ini aku alfa. Maaf ya telat soalnya baru pulang. Gak ganggukan?' ujarnya alfa yang mungkin saja mukanya sudah memerah karena mendengar suara lembut audy. "Eh ngga kok. Kamu kerja sampai malam gini?"
'Iya.'
"Besok kerja?"
'Ngga, libur dua hari. Besok aku juga bakal sibuk sih soalnya mau beresin barang dikos.' Jelasnya membuat audy mengernyit pelan. "Beres? Kamu mau pindah? Kemana?"
'Iya aku bakal pindah mungkin lusa aku bakal tinggal dirumah baruku.'
"Wahh, aku boleh bantu gak?" Tanyanya tanpa memikir terlebih dahulu.
Audy tidak mendengar suara diseberang sana hanya hembusan nafas yang terdengar. Itu membuatnya panik sendiri saat berpikir apa yang ia ucapkan tadi. "Eh maksudku... Em.." Gugupnya saat itu juga ia mendengar suara tawa alfa diseberang sana.
"Kok kamu ketawa? Ada yang lucu emangnya?" Dengusnya Udah panik, malah diketawain. Ish. Lanjutnya dibenaknya.
'Maaf maaf, habisnya kamu lucu. Boleh kok, kamu mau bantu aku beresin barang di rumah baru aja atau sekalian dikos?' Pertanyaan itu yang membuatnya secara gak langsung kaku. "Kalo dua duanya boleh?"
'Kamu gak cape? Boleh aja sih.. Nanti aku jemput kamu biar gak nguras ongkos.'
"Gak usah kamu tunggu dikosan aja-" ucapan audy terpotong.
'Gapapa, aku juga sekalian mau tau rumah kamu. Bisa aja aku ketemu camerku. Hehe.'
"Apa sih gak lucu." Ketusnya namun pipinya tidak bisa bohong untung saja ini ditelepon jadi alfa tidak bisa melihat pipi merahnya. Jika alfa melihatnya mungkin ia meminta untuk dihilangkan saja sekejap.
'Ih ketusnya.. Aku tau kok pipi kamu pasti udah merah sama kayak telinga aku merah karena nahan sesuatu.' Ucap alfa dengan kata ambigu. "Nahan apa?"
'Untuk gak dateng kerumahmu sekarang, rasanya aku pengen meluk kamu. Ya walaupun kita baru ketemu tapi ntah kenapa aku pengen kamu jadi milikku.'
Mendengar jelasan itu audy rasanya ingin meledak, diseberang sana yang tidak mendengar jawaban audy langsung melanjutkan omongannya. 'Maaf bukannya aku terlalu gegabah karena kita baru bertemu hari ini, cuman aku ingin kisah dulu kita berlanjut untuk kedepannya.
Mungkin saja dulu aku sudah jatuh dalam pesonamu dan sekarang aku ingin membuktikannya, bolehkah aku menjadi masa depanmu Audy?' Pertanyaan yang membuat audy gugup dan kaget akan hal itu.
'Hehe gak perlu dijawab sekarang, karena aku masih belum berjuang.. Jadi jangan terlalu dipikirkan ya.. Udah jam 9 nih, lebih baik kamu tidur besok pagi jam 8 aku jemput ya. Selamat malam Audy, mimpi indah.'
"I-iya, mimpi indah juga dan selamat malam untukmu. Aku tutup ya.."
'Iya.' Tut.
Dan pembicaraanpun telah selesai selama satu jam mereka berbincang dan selama itulah kedua jantung mereka berdebar cepat. Audy yang langsung menutup telepon langsung melempar hapenya dan membanting tubuhnya dikasur. Ia sangat senang, terkejut, histeris karena perasaannya ini sebentar lagi akan meledak.
"Huaaaa!! Alfaa!!" Pekiknya dan itu membuat semua orang yang dirumah kaget mendengar pekikkannya. Tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu kamar, dan itu membuat ia bangun dengan senyuman lebar.
Ceklek.
"Ada apa bang?" Tanya audy menyengir bodoh menurut abangnya. "Kamu kenapa? Ngagetin orang lagi masak.. Cerita keabang, kamu kenapa?" Panik abangnya yang bernama Naufal Larestu, dipanggil Aufa. Umur 25 tahun, sedangkan ibu mereka sudah meninggal dengan saudara keduanya yang tak lain Naura Lerista, kembarannya.
Mereka tinggal bertiga namun hari ini hanya ada abangnya dirumah sedangkan ayahnya sedang ada kerjaan diluar kota. Audy langsung melompat memeluk abangnya dengan erat, aufa yang mendapat pelukan tiba tiba langsung reflek menahan beban.
"Aku seneng bang! Seneng banget!" Ujarnya dibalik aufa, lalu tangan aufa terangkat mengelus punggung adiknya ini. "Seneng kenapa kamu?"
"Dia, aku udah ketemu dia.. Teman pertama aku." Balasnya dan aufa langsung menarik badannya menatap sang adik. "Dia? Siapa?"
"Dia yang pertama kali jadi temen aku ditaman bang, dia yang bikin aku tertawa dan menghilangkan perasaan sedih meninggalnya mama dan kaka."
"Ohh dia si alpa alpa itu?"
"Ish namanya alfa bukan alpa, oh iya bang kok bau angus ya?" Tanya polos audy seketika aufa langsung melotot dan lari diikuti audy.
"YAAMPUN!! MASAKANKU! ASTAGA! HUAAAAA!" Histerisnya saat melihat masakannya sudah hitam semua dan tak terbentuk seperti awalnya. "Udahlah bang, kita bikin baru lagi."
"Enak aja! Ini abang bikinnya gak sebentar ya." Omelnya, audy dengar itu langsung meringis pelan mana lagi uang bulanan untuk dapur sudah menitipis.
"Yaudah kita gofood ajalah.."
"Uang siapa? Uang bulanan udah menipis karena abang beli ini, Hah iya!" Ucapnya diakhiri pekikkan
"Apasih bang! Ngagetin aja, ada apa emangnya?" Tanya audy dan berjalan kearah abangnya yang tiba tiba seperti mendapatkan ide. "Kamu bisa bikin balado kan?" Pertanyaannya aufa dijawab anggukkan oleh Audy.
"Yaudah bikin gihh. Nih ada ayam, abang baru inget kemarin abang beli ayam dengan uang bulanan yang tersisa, dan ini juga masih ada bawang dan cabenya." Ujarnya sembari mengeluarkan semua bahan. Audy pun langsung mengambil alih dapur itu, dengan aufa yang membuang masakan hitamnya itu, dan mencuci wajan dengan bersih.
Audy langsung membuat ayam balado dengan resep dikepalanya, sembari menunggu ayamnya diungkep audy mencuci beras dan memasaknya. Aufa yang kelar membersihkan pun langsung duduk dimini bar memperhatikan adiknya fokus dengan masakan.
Setelah nasi jadi aufa langsung berdiri kemudian menaruhnya didalam dua mangkuk. Untuknya dan audy. Ayam balado pun sudah jadi dengan resep ala audy, ia pun langsung menaruh diwadah dan dibawanya kemeja makan yang berisi 5 kursi.
Mereka pun makan dalam diam, kadang abangnya mengeluarkan suara begitupun dengan audy.
Diseberang sana seorang pria berdiri didepan jendela kosannya. Setelah menelpon audy, alfa langsung lega ntah apa yang ia bicarakan tadi membuat sedikit bebannya terangkat. Dan ternyata dia berbicara kepada gadis yang tepat yaitu, audy.
Alfa merebahkan tubuhnya sebelum itu ia mencharger hpnya agar besok pagi penuh. Ia memandangi langit kosannya yang sebentar lagi akan pindah dari tempat ini. Ia juga belum sempat memberi tahu kepada orang tuanya mungkin ia bisa menelpon mereka dipagi hari esok.
"Tidak sabar menunggu besok.. Sampai ketemu dimimpi Audy." Lirihnya.
❣❣
Pagi hari jam 8, seperti omongannya kemarin ia akan menjemput audy dirumah gadis itu. Dengan segera ia memanasi motornya dan segera pula ia mengendarainya dengan hati hati.
Agar tidak ada kejadian seperti kemarin, alfa sedikit melihat bahwa bensinnya sudah tiris jadi ia mampir ke pom bensin agar menjemput audy tidak perlu mogok dijalanan. Ia mengisi bensin secukupnya, setelah terisi baru saja ia ingin menyalakan motornya tapi suara seseorang menahannya. "Ka Firza!" Panggil seseorang yang tak lain flo.
"Eh? Mau ngapain?" Refleknya membuat flo yang tadinya tersenyum langsung muram dan mengernyitkan dahi bingung. "Kenapa nanya gitu?"
"Em, maksudnya ngapain nyaamper?"
"Emang gak boleh?" Tanya nya dengan raut wajah melas, membuat siapapun terasa iba namun alfa tidak. "Bukan gak boleh cuman waktunya gak tepat, saya harus jemput calon istri dulu."
"Heh?"
"Kalau begitu saya permisi." Alfa buru buru setelah melihat jam ditangannya. Sedangkan flo, terdiam mematung dan memikirkan ucapan alfa tadi. Jemput calon istri.
Calon istri.
Istri.
"What?! Ka Firza!" Pekiknya saat sadar apa yang diucapkan oleh alfa. "Woi flo! Ngapain berdiri disitu? Buruan panas nih gua." Teriak temannya dengan wajah kesal.
"Iya sabar elah." Ujarnya dengan menghentakkan kaki sebal.
---Bersambung---
Jangan lupa like ceritaku dan mampir baca kecerita lainnya
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments