Pagi harinya, Lee bersiap untuk berangkat sekolah. Dia mencoba semangat dan berpikir positif agar hari-harinya menyenangkan. "Kurang sebulan lagi masa sekolah berakhir." batinnya mencoba menenangkan diri selama perjalanan ke sekolah.
Lee berjalan menyusuri jalan yang mulai ramai. Dia sengaja tidak naik bus untuk menghemat uang. Naik MRT pun jarang, Lee lebih sering berjalan kaki sendirian. Sesampainya di gerbang sekolah, Lee mencoba mengatur napasnya yang memburu. Efek berjalan jauh yang melelahkan.
"Hei, cupu! Sudah berani ubah penampilan, ya? Mau buat Cindy suka ama lu?" seru Randy yang mulai mengganggu Lee.
Lee mencoba mengabaikannya. Namun, pembullyan tetap terjadi. Lee ingin sekali melawan mereka. Apakah bisa?
"Heh, tuli, ya! Itu Bos Randy tanya malah mau ngeluyur pergi. Awas kamu, ya!" gertak kawan Randy yang langsung menarik tas di punggung Lee. Jelas saja Lee tersungkur ke belakang. Dia jatuh saat tasnya ditarik dengan keras.
"Aw, kalian kenapa, sih, ganggu aku terus? Aku nggak ada urusan apa-apa dengan kalian." jawab Lee yang mencoba berdiri. Mereka mulai menjadi tontonan para murid lainnya. Herannya, tak ada yang melerai atau membela sama sekali.
Lee ditendang oleh kawan Randy sampai terjatuh. Padahal dia belum sempat bangkit berdiri. "Sakit ...." gumam Lee yang tak berdaya melawan tiga orang itu.
"Masih mau jawab, ha? Mulai berani ini si cupu. Pakai ubah gaya rambut dan lepas kaca mata juga. Mau bersaing ama gue, ya!" teriak Randy sambil mengayunkan tangannya ke arah Lee.
Tiba-tiba, tangan Randy dipegang seseorang sehingga tak bisa mengayunkan kepalannya ke Lee. "Ah, siapa, sih, ikut campur!" kata Randy sambil melihat ke belakang.
Ternyata Pak Satpam yang memegang tangan Randy sedangkan Bu Hera dan Cindy berada di belakang Pak Satpam. "Tangkap tiga berandal ini, Pak. Saya akan menyampaikan ke kepala sekolah agar segera diproses." tegas Bu Hera yang membuat Randy bingung.
Pak Satpam pun segera mengamankan Randy dan kedua temannya. Mereka dibawa ke ruang konseling siswa di mana sudah ada kepala sekolah dan Bu Hera di sana.
Cindy menolong Lee untuk berdiri dibantu beberapa siswa lainnya. "Maaf, Lee ... tadi kami tak berani menolong karena takut dengan Randy," kata beberapa murid.
"Tak apa. Sudah biasa seperti ini," lirih Lee menahan sakit di bagian punggungnya.
"Lee, biar aku obati, ya?" ucap Cindy pada Lee. Lee menatap Cindy yang terlihat sangat cantik dengan bando merah muda.
"Cindy, tak usah. Aku tak ingin Randy makin marah jika kamu mendekatiku," jelas Lee yang membuat Cindy terkejut.
"Ma-maksudmu?" tanya Cindy seketika.
"Dia sepertinya suka padamu. Dia sering menghajarku karena kamu dekat denganku. Padahal kita hanya teman, bukan? Bahkan aku berpikir, aku ini terlalu menyedihkan oleh karena itu kamu selalu menemaniku karena iba," ujar Lee sambil tertunduk. Cindy tanpa berpikir panjang langsung memeluk Lee. Disaksikan para murid yang ada di sana, Cindy sama sekali tidak malu.
"Lee ... kamu salah menilaiku. Sejak TK, aku suka padamu. Aku dekat padamu karena ingin menjadi sesorang yang berarti untukmu. Bukan karena iba. Lee, aku tak peduli Randy. Ayo kita katakan ke kepala sekolah yang sebenarnya agar dia mendapat sanksi." Cindy dengan mantab mengatakan itu.
Lee pun tersipu malu. Apakah seorang cupu yang miskin layak bersanding dengan anak dari orang kaya? Lee sadar diri, siapa dia.
Lee melepaskan pelukan Cindy. Dia pun berdiri dan berkata, "Cindy, maaf. Aku tak bisa dekat denganmu. Aku ini bukan lelaki yang pantas bersamamu."
Hal itu membuat Cindy sakit hati. Belum sempat menjawab, Pak Satpam berseru, "Hei, kalian berdua! Dipanggil kepala sekolah di ruang konseling, sekarang!"
Cindy dan Lee pun terdiam. Sedangkan murid lainnya langsung pergi karena takut terkena imbasnya. Lee dan Cindy berjalan perlahan. Mereka tak tahu apa yang akan menimpa saat sampai di ruang konseling.
Lee merasa sedih, pagi yang cerah seakan jadi mendung. "Mengapa permasalahan selalu datang bertubi-tubi tanpa diminta?" batin Lee yang hampir sampai di ruangan konseling.
Di sana, kepala sekolah benar-benar marah. Bu Hera ada di sana dan mengedipkan matanya ke Lee. Entah menandakan apa hal itu. Lee dan Cindy masuk. Mereka diberi banyak pertanyaan yang harus dijawab jujur.
Beberapa puluh menit kemudian, kepala sekolah memutuskan untuk menskor Randy dan kawan-kawannya. Serta ujian nasional mereka akan diadakan terpisah dengan murid lain. Kepala sekolah berbaik hati tidak mengeluarkan mereka karena Lee meminta keringanan bagi mereka.
Bukannya Randy dan kawan-kawan berterima kasih, mereka justru dendam dengan Lee. Merasa jika Lee menjebak mereka. Padahal Bu Hera yang menjadi biang kerok dari semua ini. Bu Hera senang bisa memberi Randy pelajaran. Randy di hadapan kepala sekolah hanya bisa terdiam, tak bisa berkutik karena takut dikeluarkan dari sekolah.
Setelah itu, mereka dibubarkan oleh kepala sekolah. Lee dan Cindy bisa kembali ke kelas untuk belajar. Sedangkan Randy dan kedua temannya diantar oleh Bu Hera dan Pak Satpam untuk pulang rumah dan menjalani skors.
Sepanjang perjalanan, Randy terlihat marah menatap Bu Hera. "Jadi, sekarang wanita itu berani menghukumku, ha? Lihat saja nanti malam. Aku akan membuatnya menjerit dan meminta hingga tak bisa menghukumku lagi!" batin Randy sambil menatap tajam ke Bu Hera yang duduk di kursi depan.
Bu Hera dan Pak Satpam menyerahkan Randy dan kedua temannya ke rumah masing-masing. Setelah itu, mereka kembali ke sekolah. Tentu saja di rumah menjadi masalah bagi Randy dan kedua temannya. Orang tua mereka marah besar karena hampir ujian kelulusan, tetapi anaknya malah dicap berandal karena membully teman sekolah.
Randy takut saat ayahnya melepas ikat pinggang dari bahan kulit. Dia mencambuk Randy berkali-kali, tanpa ampun. "Sudah kukatakan berkali-kali, jangan bertingkah di sekolahan! Dengar, tidak! Membuat onar, membuat malu keluarga, membuat masalah saat hendak ujian kelulusan, kamu pantas dihukum!" teriak Ayah Randy sambil mencambuk tubuh Randy berkali-kali.
Randy hanya meringis, menahan sakit. Dia tak berani menangis, apalagi memohon ampun. Jika dia bersuara, ayahnya akan semakin kejam menghukum. Seperti itulah kehidupan keras Randy yang membuatnya berperilaku sama di sekolahan. Sebenarnya, Randy membully murid lain untuk melampiaskan amarahnya terhadap ayahnya.
Ayah Randy tak menyadari jika itu salahnya. Dia justru memukul dan mencambuk Randy tanpa ampun. Sebenarnya, nasib Randy hampir sama dengan Lee. Ibu Randy meminta cerai karena tak kuat hidup dengan Ayah Randy yang ringan tangan. Ibu Randy menikah dengan bosnya di tempat kerja dan meninggalkan Randy begitu saja karena suami barunya tak ingin anak lelaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rustamaji
lanjut !!!!!??
2021-07-13
0
septri
owalah sama-sama anakb broken home juga tohhh
2020-12-31
2
Nuraidabila
anak2 broken home
2020-12-17
1