Bu Hera mengajak Lee ke restauran Ramen yang terkenal. Belum pernah Lee makan di sana. Hanya saja dia pernah mendengar cerita anak-anak sekelasnya yang pergi ke Ramen Gyu-gyu dan menceritakan betapa lezatnya santapan di sana.
"Lee, kamu pernah ke sini?" tanya Bu Hera sambil mengajak Lee masuk.
Usia Lee dan Bu Hera memang berbeda jauh. Saat ini Bu Hera berusia tiga puluh delapan tahun, tetapi belum mempunyai suami. Gosip yang beredar, Bu Hera suka dengan berondong atau anak SMA. Lalu, yang menjadi hal tak terlihat publik adalah Bu Hera selalu mendekati calon berondongnya dengan memberi les tambahan dan mentraktir.
Lee tak menyadari hal itu karena dia terlalu cupu saat bersekolah. Dia tak pernah terlibat dalam interaksi, apalagi berbincang tentang gosip. Lee sering berbicara hanya dengan Cindy. Itu pun dia langsung kena bogem mentah milik Randy dan kawan-kawannya yang suka membully.
Terkadang, hidup memang begitu adil bagi orang yang serba ada. Namun, begitu tidak adil bagi orang yang berkekurangan. Sebagai laki-laki, sudah bertahun-tahun lamanya Lee bersabar menanggung semua hal pahit yang harus ditanggungnya selama ini.
"Lee, kenapa diam aja? Nggak suka ramen?" ucap Bu Hera membuyarkan lamunan Lee. Tak terasa mereka sudah duduk di ruangan tersendiri dengan meja kecil di tengah karpet merah yang hangat.
"Ma-maaf, Bu. Eh, Tante. Maaf, tadi Lee masih belu menyangka bisa makan di sini," jawab Lee apa adanya.
"Loh, kamu belum pernah ke sini?" Kukira sudah pernah ke sini karena sebagian besar para murid sering makan siang di sini sepulang sekolah." kata Bu Hera yang kemudian mengelus tangan Lee.
"Iya, Tante. Hanya saja Lee belum pernah ke sin. Terima kasih sudah mengajak Lee ke sini," ujar Lee yang kemudian tersenyum sangat manis menambah tampan di wajahnya.
"Iya sama-sama, ayo pesan dulu. Beli yang kamu suka. Mau minum apa milih aja." Bu Hera memperhatikan Lee yang sedang memilah menu apa yang diinginkan.
"Lucu sekali kamu, Lee. Selama ini aku tak sadar jika kamu setampan ini. Kalau begini, tak perlu aku cemas dan galau karena diputuskan Randy berandal itu." Bu Hera berbicara dalam hati sambil menatap Lee.
Setelah mereka selesai memesan makanan, sambil menunggu makanan datang Bu Hera dan Lee berbincang banyak hal. Bu Hera sebisa mungkin membuat Lee nyaman bersamanya. Makanan pun datang. Mereka menyantap ramen sambil melanjutkan pembicaraan.
Saat perbincangan sedang asyik, Lee tak sengaja menceritakan pembullyan yang dialaminya selama ini. "Untung saja si Randy dan kawannya tidak membunuhku minggu lalu, kalau iya, tak bisa makan ramen seenak ini." gumam Lee sambil mengunyah ramen yang sangat lezat.
"Randy dan kawan-kawannya membullymu? Iyakah, Lee?" selidik Bu Hera yang terkejut mendengar pernyataan Lee tadi.
"Eh, nggak, Tante. Lupakan," kata Lee mencoba menutupi apa yang terjadi padanya.
"Cerita saja. Aku nggak akan menceritakan ke orang lain. Lee, jika ada pembullyan, bisa menjadi hal serius karena di sekolahan kita menjunjung tinggi nilai kedisiplinan siswa. Selama ini Randy bersikap baik ternyata menipu, ya?" tanya Bu Hera yang akhirnya tak bisa Lee pungkiri.
"I-iya, Bu. Eh, Tante. Randy sering menghajarku. Lebih tepatnya Randy dan kedua temannya. Mereka seperti komplotan berandal. Maka dari itu, aku tidak masuk seminggu. Nilaiku turun drastis karena selalu merasa ketakutan di sekolah." jawab Lee yang kemudian menunduk. Meletakkan sumpitnya dan berhenti menyantap ramen di hadapannya.
"Sudah, jangan sedih. Sekarang lanjutkan makan dahulu. Aku janji akan membantumu, Lee. Ayo makan dulu, habiskan. Lalu, kita segera pulang." Bu Hera mencoba mencairkan suasana hati Lee.
Lee pun tersenyum dan mengangguk. Dia melanjutkan menyantap mie ramen itu sampai habis. Lee yang sering dibully menjadi kurang percaya diri dan cenderung pendiam serta tertutup.
Setelah selesai makan, Bu Hera pun mengajak Lee pulang. Dia menyetir mobil sesekali memperhatikan muridnya yang terdiam saja.
"Ada apa, Lee? Kok, diam saja?" tanya Bu Hera heran.
"Nggak ada, Bu. Aku heran saja Randy itu berandalan, kenapa nilainya selalu bagus? Padahal aku berjuang untuk belajar siang malam, tetapi belum bisa meraih prestasi yang memuaskan," lirih Lee teringat orang yang sering melukai hati dan fisiknya.
"Jelas saja berandal itu nilai bagus karena menjadi pacarku! Awas saja si berandal mulai besok tak ada ampun. Sudah berani memutuskanku, bertingkah di sekolahan pula, aku akan buat nilainya paling jelek di angkatan ini," batin Bu Hera yang dendam pada Randy.
Selama ini Bu Hera menyukai Randy dan mereka mempunyai hubungan spesial. Namun, setelah bosan pada Bu Hera, Randy dengan mudah memutuskan hubungan itu. Bahkah mengancam Bu Hera jika berani bertingkah, akan diumbar ke seluruh sekolah dan media sosial tentang kelakuan Bu Hera yang suka berondong. Bu Hera jelas marah pada Randy tetapi tak bisa melakukan apa-apa. Namun, kali ini Bu Hera mempunyai celah untuk membalas Randy.
"Entah, Lee. Eh, ini apartemenmu, ya? Aku antar sampai gerbang saja, ya?" kata Bu Hera menghentikan mobilnya di depan gerbang.
Lee pun turun dari mobil dan berpamitan. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 terlalu larut karena mereka makan dan berbincang banyak hal. Lee segera berlari ke rumahnya.
"Ayah pasti sudah khawatir. Aku harus segera sampai rumah," gumam Lee sambil berlari ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Ayah Lee tak ada di rumah. Ayah Lee sudah pergi bekerja lagi. Dia meninggalkan sebuah pesan.
[ Lee, kamu ke mana saja sepanjang sore? Ayah mencarimu tadi. Kalau sudah pulang, makanlah ada kimchi dan daging di kulkas untukmu. Jaga kesehatan karena minggu depan ujian sekolah akan dimulai, bukan? Semangat dan berjuang untuk masa depan lebih baik^^ ]
Lee pun meletakkan kertas itu. Dia segera ke kamar, melepas pakaian, lalu mandi. Saat mandi air hangat, Lee menangis. Tak kuasa menahan rasa sedihnya.
"Ayah selama ini sudah bekerja terlalu keras. Aku akan segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Aku ingin membantu Ayah agar tidak seperti ini. Bekerja pagi hingga siang, lalu berangkat kerja lagi malam hingga subuh. Maafkan aku belum bisa membantu, Ayah," lirih Lee yang menangis. Derai air mata jatuh bersamaan kucuran air hangat yang menerpa tubuhnya.
Lee sengaja mengguyur sekujur tubuhnya dengan air hangat untuk melepaskan lelah dan juga melepaskan penat. Dia sudah muak dengan segala kesusahan dan hinaan yang terjadi bertahun-tahun. Terlebih, Ibunya sama sekali tak peduli dan menganggap Lee sebagai aib.
Padahal Ibu Lee berselingkuh, tetapi mengapa Lee yang dianggap aib? Lee tak habis pikir. Hal itu membuat Lee dendam dan tak bisa berpikir jernih. Lee benci dengan Ibunya. Lee benci dengan keadaan yang membuat Ayahnya tersudut. Lee benci dengan kehidupannya yang sekarang. Mampukah Lee mengubah hidupnya hanya dengan penampilan yang berubah tampan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rahayu Sidik
kauaknya ceritanya menarik
2022-06-09
0
Rustamaji
Lanjut Thor !!
2021-07-13
0
Lily Hamzah
sedih 😥😣
2021-02-17
1