Pungut Bayi [ Markhyuck ]
PB | 03
Kembali pada cerita awal.
Ten bersindekap dada, duduk di sofa sambil menatap putranya itu tajam.
Haechan
"waduh... Lumayan panjang ceritanya, Mae."
Haechan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, sedikit kikuk sebenarnya.
Mae Ten
"yaudah pendekkin ceritanya. Mae mau yang sesimpel mungkin penjelasan dari kamu."
Haechan
"a— jadi gini Mae..."
Haechan
"Mark awalnya yang nemu ini bayi di taman terus karena dia ga tega, jadi dia bawa pulang deh. Terus echan di apart liat dia bawa bayi, karena kasihan echan sama Mark mau rawat deh jadi gitu."
Mae Ten
"Nemu? Di taman? Jadi dia bayi buangan terus di pungut sama Mark?"
Haechan
"Mae kok kata-katanya gitu? Kasar tau nggak?!"
Mae Ten
"loh secara nyata kok, yaudahlah kembali ke topik."
Mae Ten
"gimana itu kok bisa dia dibuang?"
Haechan
"sebenarnya sih gatau, tapi kalau diliat dari yang ditinggalin bareng lele cuma ada surat yang bilang orang tua aslinya ga mampu buat ngurusin chenle."
Mae Ten
"oh..." mengangguk pelan.
Mae Ten
"dasar orang tua tidak bertanggung jawab, bisa-bisanya buang anak ga bersalah!" kesal sebenarnya Ten kalau mendengar hal ini tuh.
Mae Ten
"yaudah kamu boleh rawat dia, dan Mae juga bakal bantu rawat sama papa kamu sama orang tua Mark juga. Mae bakal bicarain ini sama mereka."
Mae Ten
"shtt udah gapapa, Mae juga mau rawat chenle. Mae bakal anggep chenle itu cucu Mae. Kamu kalau kerepotan ngurus chenle jangan lupa bilang ke Mae atau yang lain biar ada kami yang bantu, oke bear?"
Haechan pikir tidak ada salahnya, mungkin ini juga bisa meringankan kerepotannya kedepan hari karena merawat Chenle.
Haechan
Mengangguk, "iya Mae."
Haechan
"makasih ya, udah mau bantu ngerawat lele."
Mae Ten
"sama-sama sayang."
Mae Ten
"besok lele titipin ke rumah Mae atau Taeyong ya? Kan kamu ada sekolah kan? Jangan sampai ganggu konsentrasi buat belajar, biar kami aja yang jaga selagi kamu sama Mark sekolah."
Beomgyu
"ini serius lo kagak bolehin gue ketemu kak Haechan?"
Mark
"ga, dia sibuk. Jangan ganggu lo."
Beomgyu
"ihh!! Bang! Kok Lo jahat banget sih? Gue kangen sama diaaaa!"
Mark
"baru tiga hari ga ketemu kocak! Lagian belum tentu juga Haechan kangen sama lo."
Katakanlah Mark kurang ajar sama sang adik begitupun sebaliknya, sang adik yang kurang ajar dengan kakaknya.
Beomgyu
"bilang aja Lo posesif, ga bolehin kak Haechan ketemu gue lagi." bersindekap menatap Mark, matanya melirik sinis.
Beomgyu
"gue aduin bubu, kalo lo provokasi kak Haechan sendiri buat lo. Ngaku?!!!"
Beomgyu
"awas aja lo, kamar Lo hancur sekarang hingga malem ini."
Beomgyu beranjak dari ruang tamu, memberikan lirikan sinisnya ke arah Mark.
Sedari awal Beomgyu datang dan langsung menghampiri Mark, bertanya tentang Haechan juga kabarnya. Berniat mau mampir ke apart milik kedua orang itu namun penolakan Beomgyu dapati.
Beomgyu tuh kesal sangatt, mau ketemu Haechan tapi gatau dia dimana. Kalau di apart mungkin bisa jadi, tapi masalahnya... DIA JUGA GATAU DIMANA LETAKNYA! Oh shit!
Anyway, Mark saat ini berada di rumah orang tuanya. Sehabis pulang sekolah yang dari pihak sana memulangkan siswa/i lebih cepat dari biasanya pada pukul 12.15 saat ini. Mark memilih mampir ke tempat keluarga, melupakan dua sosok manusia di apart yang ia tinggali bersama.
Mark berjengkit kaget, terdengar suara gaduh dan ia yakin itu berasal dari kamarnya. Omaygatt!
"Beomgyu!! suara apa itu nak?!" itu tanya bubu Taeyong dengan suara sedikit keras, ia baru saja selesai mencuci tangannya sehabis membersihkan meja pantri di dapur.
Taeyong berjalan mendekat ke ruang tamu dan melihat putra sulungnya.
Bubu Taeyong
"suara apa tadi bang?"
Bubu Taeyong
"tapi suaranya dari kamar kamu"
Mark
"shit" umpatnya dengan suara kecil.
Mark
"Mark ke apart aja ya Bu, mau nemenin Haechan."
Mark berujar lalu berlari kecil ke arah luar, berniat memakai sepatunya.
Bubu Taeyong
"loh loh? kok cepet banget?"
Taeyong menolehkan kepalanya, suaranya masih terdengar gaduh. Astaga, apa yang dilakukan putra manisnya yang baperan itu?
Bubu Taeyong
"ya ampun..."
Mark
"Mark pamit, dadah bubu~!" pamit Mark melambaikan tangannya lalu menaiki motor besarnya dan keluar dari pekarangan rumah Jung's.
Bubu Taeyong
"hati-hati!!"
Mark memberikan gestur jarinya tanda ok. Setelah hilang dari pandangannya, Taeyong masuk ke rumah. Ia berniat menghampiri ke arah kamar Mark, suara itu memang terdengar dari sana.
Apart yang di tinggali Mark dan Haechan.
Mark sudah sampai di depan pintu apartnya, memencet pin apartemen dengan santai. Masuk perlahan tak lupa serta melepaskan sepatunya. Matanya mengedar kesana-kemari, senyap.
Kakinya ia langkahkan ke dapur. Dirinya melihat 2 sosok menggemaskan di sana. Yang satu tengah membuatkan susu untuk si bayi yang berada dalam gendongannya. Mark pun menghampiri.
Sebuah tangan terasa melingkari pinggangnya yang cukup ramping. Haechan, yang merasa terdapat kedua lengan itu melingkari pinggangnya sontak terkejut. Kepalanya menoleh kebelakang mendapati Mark yang tersenyum ke arahnya, wajah mereka kini sangat dekat dan bisa Haechan rasakan hembusan nafas hangat milik pria itu.
Kembali ke kesadarannya. Haechan bergerak ke kanan ke kiri dengan pelan, mencoba melepaskan kedua tangan Mark dan tak ingin juga membuat sosok bayi di gendongannya terguncang tak nyaman.
Haechan
"lepasin tangan Lo gak?!!"
Mark
"gamau. Nyaman banget Chan..."
Mark tak menghiraukan Haechan yang tampaknya bersungut-sungut, ia lebih memilih menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Haechan.
Haechan
"M-mark.." sungguh, bulu kuduk nya merinding saat ini.
Haechan
"Lepasin! Gue mau susuin Chenle!"
Haechan melirik Chenle, bayi itu masih menatapnya dengan mata bulatnya yang sangat polos. Haechan jadi gemas.
Mark sedikit mendongak menatap Haechan lalu melirik Chenle juga.
Haechan
"ya iyalah! ntar dia mau apa kalau bukan susu?!"
Mark
"susu ini atau... Ini?"
Mark dengan tanpa berdosa menggerakkan tangannya, dari menunjuk dot bayi sampai... Memegang dada Haechan yang membuat si empu melotot dibuatnya.
Mark hanya tercengir, mencium pipi Chenle sekilas lalu pergi meninggalkan Haechan dan menuju kamarnya.
Haechan
"oh my God! Jangan di dengerin ya lele? Jangan ditiru oke?" sadarnya saat ia telah berkata kasar, bahkan yang di dekatnya ini seorang bayi.
Haechan pun memberikan dot susu kepada Chenle dan langsung di kokop oleh bayi itu. Astaga... Pasti sangat kehausan, iya kan le ya? Harap maklum yh di lingkungan ini.
Mark kini tengah duduk di sofa sambil menonton TV, serta camilan dalam pelukannya.
Haechan baru saja terlihat keluar dari kamarnya. Sepertinya ia baru menidurkan Chenle. Mark peka, mendengar suara pintu terbuka. Matanya melirik Haechan yang mulai berjalan menghampirinya.
Duduk di samping Mark lalu merebut popcorn yang di pelukan pria itu, membuat si empu melayangkan tatapan tak terimanya.
Mark
"Chan?! punya gue itu." keluhnya.
Haechan melirik Mark malas, tak memperdulikan dan fokus pada layar televisi yang menayangkan sebuah drama.
Mark mendengus, biarkanlah Mark sudah ikhlas sekarang.
Tak lama suasana pun hening. Sehingga salah satu dari mereka membuka percakapan terlebih dahulu.
Mark
"hm?" menoleh ke arah Haechan yang tak menatapnya.
Haechan
"gue udah bilang ke Mae."
Mark mengkerutkan dahinya bingung, ia masih belum ngeh pasal ini.
Haechan
"gue... gue udah ceritain ke Mae. Jadi dia udah tau semuanya, tentang cerita awal juga lo nemuin Chenle." ujarnya yang kini ikut menatap Mark.
Mark mengangguk pelan, ia mengerti sekarang.
Mark
"terus? Gimana reaksinya?"
Haechan
"awalnya shock, tapi Mae langsung ngerti dan dia bilang dia juga bakal ikut ngerawat Chenle."
Haechan
"menurut lo gimana?"
Haechan
"fuck! Ya menurut lo aja lah sat! Kesel gue lama-lama sama Lo!" kesalnya lalu bersindekap dada dan memalingkan wajahnya untuk tidak menatap ke arah Mark.
Mark terkekeh, tangannya mencubit pipi Haechan membuat si empu mengaduh kesakitan.
Mark
"kalau menurut gue, ya gapapa. Jadi cukup ringan juga kan kalau Mae ikut bantu ngerawat Chenle? Kita juga masih sekolah, belum lulus dan masih lama. Ga mungkin juga kita bakal selalu ada buat ngurusin Chenle 24 jam? Enggak kan."
Haechan
"tapi Mark... Mae bilang mau ceritain tentang ini ke keluarga lo juga, apa lo yakin gapapa?" alisnya turun, dirinya sekarang menatap Mark yang terlihat santai.
Mark
"gapapa lah, keluarga gue juga ga bakal ngehakimin gue kalau mereka tau. Mereka juga pasti bakal ngerti, lagian juga niat gue baik. Mereka pasti terharu banget sama gue, terus pasti bilang 'Mark baik banget ya suka nolong.' gitu yakan?" menaik turunkan alisnya seakan menggoda membuat Haechan memutar bola matanya malas.
Mark
"oh ya, besok mau berangkat bareng atau sendiri?"
'bilang bareng please...'
Haechan
"emm... Bareng aja dah, males juga gue nyetir motor sendiri."
Haechan
"oh ya, sekalian besok kita anter chenle ke rumah Mae. Titipin disana, biar dibantu jaga sama Mae."
Setelah itu tak ada percakapan lagi, keduanya sibuk dengan tontonan di televisi. Mark memandang jam di dinding. Pukul 22.10. Sudah cukup lama ternyata mereka berbincang. Matanya menoleh ke arah Haechan yang sepertinya sudah mulai mengantuk.
Mark
"udah malem, sana tidur."
Haechan melirik jam di dinding. Benar, sudah cukup larut. Dengan menguap pelan, ia berjalan menuju kamarnya meski sedikit terhuyung saking matanya ingin terpejam. Mark mengamati dan tertawa kecil kemudian.
Comments
Jaem Jaem
semangat author ku up nya
2025-03-04
3