Pungut Bayi [ Markhyuck ]
PB | 02
Namanya juga bayi, pastinya kalau nangis ya... Berisik. AWOKAWOK. G, cnda.
Haechan lagi di tangisin si bayi dan sekarang lagi gendong anak muter-muter meja ruang tamu. Bayangin coba jam segitu, omagahh Lo lagi ngapain cyokk.
Si Mark mah enak, tidur sambil nguncis di sofa ngorok tanpa rasa bersalah meninggalkan Haechan yang lagi pusing-pusingnya ngurus bayi pung- eh.
Haechan
"dasar anak Jaehyun! Bukannya bantu nenangin lele malah dia asikin tidur huh!!" geramnya sambil menatap si oknum yang tidak sadar.
Haechan
"hiks... Lo kapan berhenti nya dah? Gue juga capek tau, dasar lo dek gue goreng baru tau Lo." ucap nya dengan nada pelan, nelangsa banget dari nadanya.
Tapi tanpa di duga si dedek langsung diem tapi air matanya masih mengalir membuat Haechan jadi diem, bengong.
Haechan
"lah? maksud lo?!" menatap si bayi di gendongannya dengan sinis.
Si bayi tuh nangisnya kek ga ada perasaan, sampe bingung Haechan di buatnya. Di kasih susu ho'oh, di cek pup or no ho'oh, di hibur ho'oh, Ning Nang Ning euyy check. Kurang apalagi coba? Pengen buang tapi sayangnya emang udah di buang, hwhw miris lo /plak. Mff.
Haechan
"tau gitu dari tadi kocaq..." ucapnya sambil mengulum bibirnya, alisnya turun, menjadi wajah-wajah sedih tanpa air mata.
Haechan pun melirik sosok di bawahnya, di sofa si anomali lagi tidur. Yaudah, biarin jgn di bangunin, biarkan dia encok esok hari. Yeuu, siapa suruh cuma liatin doang terus tidur? Yeuuu. Haechan cuma mutar bola matanya malas, terus pandangannya liat pada sosok dedek imup di gendongannya, udah merem ternyata. Ya ampunnnn gemecc dedek kalau tidur, haha.
Haechan
"harusnya Lo tidur dari tadi bukan baru ini" celetuknya sambil berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya.
Yaiya dong kamarnya, ga mungkin kamar Mark-
Sesampainya di kamar, tak lupa menutup pintu ia pun meletakkan si bayi dengan hati-hati (ga mungkin dong langsung lempar ◜‿◝ ?) tak lupa memberi guling di sisi si bayi.
Haechan juga menidurkan dirinya di samping si bayi, ga meluk, dirinya tidur terlentang, membiarkan si bayi juga tertidur dengan nyaman. Dan setelahnya memejam untuk menyambut mimpi yang indah.
Dan sekarang pukul 05.45 pagi.
Mark tengah menguap dan bangun dari tidur nyenyak nya. Matanya melirik sekitar, senyap.
Kakinya ia langkahkan ke arah kamar Haechan dan ternyata melihat dua makhluk menggemaskan yang masih tertidur dengan nyaman.
Mark tak membangunkan dan memilih keluar untuk pergi ke kamarnya sendiri. Mandi dan juga bersiap dengan seragam sekolahnya.
Berniat membangunkan Haechan. Mark memegang lengan Haechan dan menggoyangkan pelan.
Sedikit terusik membuat Haechan melenguh pelan, perlahan ia pun membuka matanya dan menangkap sosok Mark yang dekat dengan wajahnya.
Haechan sedikit tersentak lalu duduk dengan cepat.
Haechan
"woi?! Ngagetin lo?!"
Mark
Mendengus "ya Lo kagak bangun-bangun, mandi gih. Kita perlu sekolah."
Mark pun berjalan menjauh, memilih duduk di sofa dalam kamar Haechan. Menggunakan sepatu.
Haechan mendesah malas, melirik sampingnya si sosok kecil yang masih tertidur lalu dirinya kembali merebahkan tubuhnya.
Haechan
"males, Mark. Gue ga masuk deh hari ini"
Haechan
"gue capek, kurang tidur dari semalem. Pagi ini aja baru bisa tidur, Lo juga sih anjing! Ga mau bantuin nenangin malah enak-enakan tidur!" sentaknya pada Mark yang hanya terdiam.
Mark
"yaudah, ga usah masuk ntar gue izinin ke guru."
Haechan
"nah bagus, lagian juga gue mesti ngurus ni bocah."
Haechan
"kalau kita sekolah... Lele suruh jaga siapa? Kan kita gabisa karena urusan sekolah?"
Haechan
"sekolah ga bolehin bawa bayi juga kan?"
Mark
"iya, tapi kalau izin Jaehyun boleh sih mungkin?"
Haechan
"yeu, kemungkinan doang tapi kalau gabisa ya sama aja!"
Mark
"kita bahas nanti aja, yaudah gue berangkat"
Mark sebelum pergi memilih mendekati si bayi yang masih tertidur.
Mark
"tapi masih gemesan Lo"
Haechan
"dah sana berangkat Lo!"
Mark hanya tersenyum, mendekati Haechan perlahan membuat si empu gugup.
Haechan
"m-mark?! Lo mau ngapain?!"
Haechan menatap Mark yang sangat dekat dengannya, tangannya berada di dada bidang Mark guna menyangga tapi agaknya tak mampu. Haechan pun memejamkan matanya tak ingin melihat apa yang akan terjadi setelah ini.
Satu kecupan mendarat di pipi si manis.
Haechan membuka matanya perlahan, berkedip-kedip lalu menatap Mark yang tersenyum miring.
Mark
"gitu banget, kayak mau gue apain aja?" ledeknya dengan senyum miring yang sangat menjengkelkan bagi Haechan.
Haechan
Menatap sinis ke arah Mark "sialan!! Jauh jauh Lo dari gue!! Dasar anak Jaehyun!!!"
Mark tertawa lalu berjalan keluar dari kamar Haechan sebelum sosok manis itu melemparinya dengan vas bunga di atas nakas samping rajang Haechan.
Pukul 07.00 tepat pada waktu bel berbunyi tanda kelas masuk.
Mark baru saja tiba, dan langsung mengarah duduk ke tempatnya.
Changbin
"tumben sendirian? Haechan mana?"
Mark sedikit mendelik ke arah Changbin.
Mark
"apart." jawabnya singkat.
Sunghoon
"lah kenapa? Dia sakit?"
Mark
"kenapa sih Lo berdua nanyain dia?! Ke gue lagi, dikira gue bapaknya?"
Changbin
"tau tuh, lagian kita heran aja biasanya juga Lo sama Haechan tuh udah kayak lem sama perangko, nemplok mulu anjer!"
Sunghoon
"tuh, baru dateng"
Dan yap baru saja sosok yang di cari Mark itu tiba, datang dengan nafas yang ngos-ngosan. Beruntung sekali kelas mereka belum kedatangan guru, jadi aman saja bagi mereka yang juga datang terlambat.
Felix
"hadohh, capek banget gue" ucapnya setelah duduk di bangkunya.
Mark melempar sebuah buku ke arah Felix membuat si empu heran.
Mark
"buku Lo, gue udah punya. Thanks minjemin."
Felix
"eh— Haechan mana? Tumben ga sama Lo?"
Changbin
"biarin aja, tadi kita tanya malah ga di jawab"
Tak lama guru pun sampai dan langsung memulai kelas mereka dengan materi-materi.
Bel istirahat pun berbunyi. Mark dan sekawan nya pun sekarang telah berada di kantin.
Panggil Jaemin—anak kelas IPA 3—yang membawa nampan makanannya berjalan mengarah menuju meja tempat Mark bersama dengan temannya. Renjun.
Jaemin
"kenapa dia? Sakit?"
Renjun
"ga percaya gue kalau dia sakit"
Mark
"kenapa tanya gue sih?!"
Jaemin
"kan Lo yang tinggal bareng dia tolol!"
Mark
"tapi kan ga harus gue, tanya Jeno kan bisa"
Jeno baru saja tiba dengan membawa minumannya langsung terheran.
Jaemin
"udahlah, Mark ga asik jangan di tanyain."
Renjun
"ogah, hemat kuota." balasnya yang langsung fokus pada makanannya tanpa menghiraukan Jaemin.
Jaemin
"yaelah?! Lo kan tajir? Pelit banget, beli lagi padahal bisa" gerutunya si akhir.
Haechan baru saja meregangkan tubuhnya setengah berhasil menidurkan Chenle. Setelah memandi kan dan memberinya makan (bubur bayi) tak lupa juga susu formula padanya.
Terlalu awal untuk si bayi tidur tapi yasudahlah, semoga saja cepat tumbuh besar ahaha— ekhm.
Itu suara bel apartemen yang berbunyi.
Haechan yang baru ingin menyalakan televisi mengurungkan niatnya.
Membuka pintu apartemen dan terkejut. Maenya, Ten. Datang sambil membawa beberapa oleh-oleh.
Mae Ten
"hai sayang? Mae kangen sama kamu, haduh kamu kok kayak kurus begini? Ya ampun anak Mae"
Ten memeluk Haechan sebentar lalu menelisik tubuh anak nya yang memang sedikit kurusan, mencubit pipi anaknya pelan.
Mae Ten
"kamu ga apa-apa kan tinggal di apart? Gimana sama Mark? Dia baik sama kamu kan? ga ngapa-ngapain kan?"
Haechan
"aduh.. Tenang Mae, satu-satu dong. Iya Haechan di sini ga apa-apa kok, Mark baik ga ngapa-ngapain aku. Lagian dia mana berani, orang echan anaknya papi Johnny iya kan?" ujarnya sambil tersenyum lebar.
Mae Ten
"oh... Anak papi Johnny doang?"
Haechan
"eh— anak nya Mae Ten juga dong~"
Haechan
"ah udahlah, oh ya Mae kenapa ke sini?"
Mae Ten
"Mae bawa dessert kesukaan kamu, sama makanan lain juga. Tadi Mae habis belanja terus mampir ke resto Taeyong, dia nitip ini juga tadi buat kamu sama Mark."
Haechan
"echan taroh ini dulu, Mae mau minum apa?"
Mae Ten
"teh aja tapi gulanya dikit seperti biasa okey?"
Haechan pun ke dapur sambil membawa bungkusan dari Maenya, tak lupa juga untuk membuatkan teh.
Ten memilih duduk di sofa dan menyalakan televisi namun urung kala dia mendengar sesuatu—seperti tangisan bayi.
Ten melirik ke arah dapur, cukup jauh dari tempat Ten serta kamar milik Haechan juga Mark berada.
Karena keinginatahuan nya Ten pun beranjak dari duduk dan berjalan ke arah kamar Haechan— suara itu seperti berasal dari sana.
Membuka pintu itu perlahan—matanya membulat, terkejut. membuka pintu lebih lebar lalu masuk ke dalam.
Suara langkah dari luar pun mendekat.
Ten menoleh menatap putranya, lalu beralih menatap sosok bayi yang masih menangis.
Mae Ten
"apa ini semua h-haechan?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar kala berbicara pada putranya.
Haechan
"Mae, echan bisa jelasin.."
Haechan tak mau ada salah paham disini, secepat mungkin ia harus menceritakan kejadiannya.
Mae Ten
"urusi dulu bayi ini, dia masih menangis. Setelah selesai temui Mae di ruang depan."
Setelahnya Ten keluar dari kamar Haechan.
Haechan
"haduh... Ah— gapapa deh, udah tau juga. Siapa tau setelah ini Mae mau mengerti dan ikut bantu jaga chenle."
Comments