Pungut Bayi [ Markhyuck ]
PB | 01
Kata orang, dapet anak itu anugerah.
Anugerah juga nggak? Kan sama-sama dapet? Ada buat di jaga dan di didik ya nggak? Yoi.
Nemu bayi terus di ambil termasuk dalam artian apa? Mungut? Pungut bayi? Bener kan kagak salah? Wkwk.
Sekarang cuaca lagi mendung, dan bisa di pastikan sebentar lagi akan turun hujan.
Mark, seorang siswa SMA kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus 9 bulan kemudian. Haha.
Dirinya berjalan di sekitar taman yang sudah sepi. Sebenarnya ia baru saja pulang dari toko buku, membeli sebuah buku lalu pulang. Ia tak menggunakan kendaraan umum maupun pribadi, memilih berjalan menggunakan kedua kakinya yang masih sehat. Katanya sih itung-itung olahraga ringan.
Suasana masih sore tapi mendung membuat langit di kota itu menjadi abu-abu.
Mark itu tinggal di apartemen bareng temennya, yang sedari kecil selalu bersamanya hingga sekarang. Bahkan kemana-mana keseringan bareng, but kecualian untuk sekarang. Dia lagi sendiri ga ada temen buat nemenin. Wkwk.
Mark masih berjalan santai, tak menghiraukan cuaca yang lagi galau-galau nya. Bersenandung pelan, menikmati juga suaranya yang keren menurut dirinya sendiri.
Hingga tak lama langkahnya terhenti. Ia mendengar suara tapi bukan suara hantu, melainkan rengekan bayi.
Mark
"ga salah denger gue?" bingungnya.
Matanya melirik sekitar, mencari arah sumber suara.
Mark
"tapi kanan atau kiri? Suaranya kek gak jauh, jangan-jangan semak-semak samping gue lagi?" pikirnya.
Mark pun berjalan mendekati samping kirinya, dan ternyata benar. Ada seonggok bayi kecil di sebuah keranjang yang terbuat dari kayu. Di dalamnya berisi bayi yang beralaskan kain putih dengan baju si bayi yang berwarna biru hitam.
Mark
"lah, beneran bayi orang??"
Mark
"ini siapa yang buang? Kagak berperikebayian banget"
Mark
"mana keliatan kayak mau satu tahuan nih umurnya.." matanya menelisik tiap sudut dari si bayi.
Mark perlahan mengambil keranjang berisi buntelan bayi hidup itu, masih nangis sebenernya. Mark mau bawa dulu buat di taroh di kursi deket taman itu, takut kalo tetep di sana ntar dikira dia yang buang lagi. Apa kata netijen nanti?
Mark
"dek? Ga ada kata-kata terakhir gitu?"
Mark
"dari orang yang buang lo."
Mark
"gue gamau gledah lo dek, masih di tempat umum. Kan malu ntar dikira gue bapak lo melakukan tindakan kekerasan."
Orang di atas termasuk tingkah orang dongo. So jangan ditiru ya, di pahami aja.
"oek...oek.." tangis si bayi nambah kenceng. Padahal tadi pelan cuma nangis dikit, sekarang wow.
[ oek oek atau huwaaa? Aim jarang & hampir ga pernah denger suara bayi... Karena di tempat aing bayinya udah gede-gede semua. ]
Mark
"kok kenceng banget?" matanya melirik sekitar, dan beruntung cuma ada 1, 2 sampai 5 orang yang natep dia disana.
Mark
"gue bawa pulang aja apa ya? tapi apa kata tu bocah ntar kalau gue bawa buntelan hidup kayak gini?"
Mark
"ntar di kira anak gue sama selingkuhan gue lagi.. Berabe yang ada" pikir Mark yang sedikit merenung.
Setelah berpikir cukup pendek. Mark pun berakhir membawa si keranjang beserta bayi itu untuk dibawa pulang ke apartemen yang ia tempati.
setelah memasukkan pin sandi apartnya, ia pun langsung masuk lalu melepas sepatunya dan di letakkan di rak khusus.
Satu kata untuk Mark, terkejut.
Ya gimana enggak, orang yang ngomong nanyain itu ada di belakang dia.
Haechan
"alah gitu doang kok kaget" dengusnya, tapi setelah itu pandangannya jatuh ke keranjang yang di cincing Mark. Keranjang itu cukup besar dan membuatnya kepo.
Haechan
"gak bawa stok geranat kan lo?"
Mark
"mulut lo, lo kira gue tentara mau perang apa?"
Haechan
"ya kirain, lo kan anak ep ep. Siapa tau keracunan barang yang ada di game itu."
Mark
"sialan bener anak Johnny."
Haechan
"gue aduin Jaehyun lo"
Haechan
"udahlah. Apa itu"
Mark
"kepo bener jadi orang, pengen tau kah?"
Haechan
"ga usah banyak omong lo, demit banget jadi orang? Heran"
Mark
"malu bilang sayang."
Haechan
"udah anj¡ng, buka itu keranjang!"
Mark
"iya iya, lagian ini isinya cuma buntelan doang kok."
Haechan melirik sinis, lalu perlahan matanya membulat dan berkedip menunggu kain yang akan di bukan Mark.
Haechan
"bangsat! Mark Jung!!"
Mark
"iya Jung Haechan" cengirnya.
Haechan
"ah males banget gue sama lo"
Mark
"iya iya bercanda, sensi amat lo"
Mark langsung membukanya dan langsung membuat Haechan membulatkan matanya kembali, menutup mulutnya dengan tangan nya lalu beralih ke arah Mark.
Haechan
"bayi siapa cok? Nemu di mana sat?!"
Haechan
"jangan-jangan anak lo sama selingkuhan lo ya?!!" pekik nya sambil menunjuk, yang membuat Mark memejamkan matanya.
Mark
"astaga, kagak lah. Gue aja kaga pernah main anu-anu an"
Haechan memicingkan matanya, menelisik dari atas sampai bawah seolah tak percaya dengan apa yang di ucapkan.
Mark
"suer deh, lagian selingkuhan gue udah mati Chan."
Haechan
"anjer suram banget cok!"
Haechan
"huh, yaudah terus ini dapet darimana? Ga mungkin lo culik bayi kan?"
Mark
"seburuk apa sifat gue Chan, astogeh"
Haechan
"ya lo kan aneh orangnya"
Mark
"ini bayi, gue nemu di sekitaran taman. Karena gue kepo jadi gue samperin di semak-semak, pas gue liat malah ni buntelan yang nongol. Karena gue ada perikebayian ya gue pungut aja ni bayi, lumayan buat jadi mainan."
Haechan
"mainan gundulmu!" menoyor kepala Mark keras sehingga membuat si empu mengaduh kesakitan.
Mark
"1000 rius dah" ucapnya sambil memegang kepalanya.
Haechan
"tapi siapa yang tega buang ni anak anjir, lucu gini. Ga niat emang itu yang buat, pengen gue ajak sledingan rasanya."
Mark
"ajak aja, kalau lo tau sih.."
Mark
"ya kagak lah, gila aja gue tau. Orang baru mungut juga ini bayi."
Haechan
"tapi terus gimana ini? mau di apain bayinya? Ga mungkin di giveaway Mark, kan lo udah dapet."
Mark mendelik ke arah Haechan, apaan gipewey gipewey.
Mark
"kata orang anak itu anugerah tau Chan."
Haechan
"termasuk mungut bayi?"
Mark
"buset, terang-terangan."
Haechan
"ya kan lo yang mungut bego!"
Mark
"sok tau banget gue yang mungut." gumamnya yang masih dapat di dengar Haechan dengan jelas
Haechan
"terserah lo lah, pusing gue mau nikahin bapak lo aja."
Haechan
"bercanda hehe" cengirnya.
Haechan
"ya terus ini mau di apain bayinya?"
Mark
"buang Chan buang, di buang juga ga ada beban hidup"
Haechan
"banyak omong bener lo?!"
Mark
"iya iya aduh... Kita rawat aja lah, gimana?"
Haechan
"rawat? Rawat ni bayi?"
Mark
"ya iya, mau bayi mana lagi?"
Haechan
"tapi gue gatau caranya anjr!"
Mark
"sama, tapi tenang aja lah ntar liat Gugel"
Haechan
"nah sekarang mau di apain?"
Mark
"eh tapi lo tau ni bayi namanya siapa?"
Haechan
"enggak..." menggeleng pelan.
Mark
"coba gledah Chan keranjangnya, bayinya angkat dulu biar gue gendong."
Haechan
"Lo bisa emang?" memicingkan matanya menatap Mark.
Mark
"cuma gendong doang, kayak gendong buku bisa lah gue"
Haechan perlahan mengambil si bayi dari keranjang dengan hati-hati, ya ampun takut banget jatoh.. Dan setelah itu di berikan ke arah Mark yang sudah menunggu dengan senang hati.
Haechan
"hati-hati ya lo?!"
Haechan pun langsung memeriksa isi keranjang, hingga tak lama ia menemukan sebuah surat [aduh kayak di pilem pilem aja surat²an segala] mata Haechan berbinar melihat surat di tangannya, lalu kembali menggeledah dengan menarik kain putih yang menjadi alas keranjang.
Ga ada apa-apa sih, ternyata cuma dua pempes bayi ukuran kecil [s or l?] habis itu dia langsung bicara sama Mark yang udah nunggu sama si bayi yang sekarang udah tidur.
Haechan
"lah bayinya tidur?"
Mark
"ho'oh, lo lama sih, ketiduran kan si adek"
Haechan
"taroh dulu ke kamar Mark"
Mark
"eh iya iya, gue taroh di kamar lo ya?"
Mark pun langsung beranjak dan berjalan sedikit cepat setelah suara Haechan yang agak keras itu berbunyi, huh untung ga sampe bangunin nih si bayi pungut-eh.
Sesudahnya Mark pun kembali menghampiri Haechan.
Mark
"ada apa tadi? Udah nemu?"
Haechan
"iya ada, ni 2 pempes bayi"
Mark
"ih buset, buang bayi juga harus buang pempes? mana dua doang lagi" cibirnya yang membuat Haechan merotasikan matanya malas.
Haechan
"nih sama ini nih" menunjukkan sebuah surat di depan wajah Mark.
Mark
"santai kali, ga usah pas depan muka gue juga."
Haechan pun mengambil sekertas surat di dalam amplop, lalu perlahan membacanya dengan Mark di sampingnya.
Mark
"lah anjir, kagak punya duit emaknya"
Haechan
"padahal pinjem ke bank kan bisa"
Mark
"tau tuh, lagian suaminya dongo banget ninggalin, jadi janda kan dia"
Komentar keduanya terhadap isi tulisan di surat itu.
Haechan
"lo kalau udah nikah jangan sampe kayak bapak tu bayi Mark, brengshek itu namanya"
Mark
"iya enggak kok, kalau gue nikahnya sama lo—adohh"
Haechan menampar pipi Mark pelan, tapi tetep aja bikin si empu meringis.
Mark
"kdrt banget lo sama gue"
Haechan
"yang bener anjing!"
Mark
"yeuh, ya enggaklah ngapain gue kayak dia? Gue kan orang yang baiq dan tidak sombong"
Haechan
"tapi suka selingkuh" celetuknya membuat Mark memegang dadanya dramatis.
Mark
"yeee, udah lama Chan... Lagian udah putus juga sama mantan pacar gue"
Haechan
"kita beli peralatan bayi kagak?"
Haechan
"ya temenin lah goblok!!"
Mark
"iya-iya gue temenin"
Haechan
"tapi ini kita rahasiain ke orang tua kita?"
Mark
"kasih tau juga ga apa-apa"
Haechan
"tapi ntar dikira kita yang nyulik anjr!"
Mark
"yaudah jangan kasih tau"
Haechan
"kita beli sekarang? Kan tu bayi kagak ada perlengkapannya? Tapi masa kita tinggal?"
Mark
"ajak aja gimana? Gue ambil mobil dulu"
Haechan
"eehh, tapi terus gendongnya? Kan ga ada alat gendong?"
Mark
"gendong manual lah, pake tangan lo"
Mark
"udah gue ambil mobil dulu di bawah, lo bawa si dedek"
Haechan
"manggilnya dedek?"
Mark
"ya terus apa? Di kan ga ada nama, surat nya juga ga ada bilang tu nama si bayi siapa"
Haechan
"kasih nama sendiri gimana?" idenya, sedangkan Mark menimang-nimang pikirannya lalu kemudian mengangguk.
Mark
"hemm boleh juga tuh, tapi siapa?"
Keduanya sama-sama berpikir hingga keduanya menjentikkan jarinya.
Mark
"terus mau yang mana?"
Haechan
"chenle aja, jangan Chandra... gue kan udah Chan masa ntar si dedek di panggil Chan juga?"
Mark
"lah iya, yaudah Chenle aja"
Haechan
"nah bagus, terus nama panggilannya lele"
Mark
"pftt, lele? Ikan? Item itu? HAHAHA" Mark tak bisa menahan tawanya ketika mendengar panggilan yang akan di berikan pada si bayi.
Haechan
"ih apasih?! Salahnya apa coba? aneh lo!"
Mark
"hahaha iya enggak enggak, yaudah itu aja."
Alamak, full percakapan Markhyuck✋
Comments