Tantangan

"Kakak, bangun!" Vania menggoyangkan tubuh kakaknya itu yang sedang terlelap tidur.

"Kak Alya cepet bangun!" teriak Vania tepat di telinga Alya, membuat Alya langsung bangkit dari tidurnya.

"Ada apa sih, Van?" tanya Alya yang sedang membenarkan kerudungnya.

"Kakak jangan sok polos gitu deh! Vania tau tadi Kakak di anter pulang sama Andre, kan?" bentak Vania kesal kepada Kakak satu-satunya itu.

"Itu– Kakak gak sengaja ketemu dia di jalan, jadi akhirnya bareng pulangnya," jelas Alya tidak ingin masalah ini menjadi besar.

"Aku gak percaya sama Kakak! Pasti Kakak godain cowok aku, kan? Supaya bisa pulang bareng!" maki Vania yang tiba-tiba keluar dari kamar Alya.

"Van! Dengerin dulu penjelasan Kakak," cegah Alya sambil memegang tangan Vania yang sudah berada di ambang pintu.

"Aku gak butuh penjelasan dari Kakak! Kak Alya pasti udah kasih tau sama Andre kalau Kak Alya adalah Kakak aku, kan?" Vania menepis tangan Alya kasar dan berjalan masuk kamarnya.

"Vania! Kakak nggak kasih tau Andre kalau sebenarnya Kakak adalah Kakak kamu. Kakak berkata jujur, kamu harus percaya sama Kakak!" jelas Alya yang sedang mencoba membuka pintu tersebut, tapi sepertinya di kunci di dalam oleh Vania.

"Ini ada apa ribut-ribut? Sampai terdengar ke luar rumah!" tanya Rika, sambil menutup kedua telinganya.

"Kak Alya udah jalan sama pacar aku, Mah! Kakak udah rebut Andre dari aku!" teriak Vania dari dalam kamarnya.

"Oh ...! Jadi semua ini salah kamu ya? Kamu kan udah tau kalau Vania sudah punya pacar, kenapa kamu malah jalan sama pacar adik kamu sendiri, hah! Jadi Kakak gak jagain perasaan adiknya sendiri!" bentak Rika sambil menjewer telinga Alya dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Sebagai hukumannya, kamu jangan keluar kamar sampai besok pagi! Ngerti!" Rika menutup pintu kamar Alya dengan keras dan menguncinya dari luar.

"Mah. Alya mohon jangan! Alya janji gak bakal jalan lagi sama Andre, Mah! Alya mohon keluarin Alya dari sini!" teriak Alya sambil menggedor-gedor pintu kamarnya, air matanya pun mengalir tanpa aba-aba membasahi pipi mulusnya itu.

"Kenapa Vania nggak percaya sama Kakaknya sendiri? Padahal kan aku gak bermaksud untuk ngerebut Andre dari Vania," keluh Alya yang sedang duduk di depan pintu kamarnya sambil menangis.

Tak terasa malam pun tiba, semua keluarga tampak berkumpul di meja makan kecuali Alya yang masih di kurung ibunya di kamarnya.

"Ssstt ... Alya! Alya!" seru seseorang dari arah jendela kamar Alya. Alya pun membuka jendelanya dan ternyata di luar sudah ada Dina, Naisila dan juga Lidya, mereka adalah teman-teman Alya.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Alya menatap ketiganya heran.

"Kita ke sini mau ngajak kamu pergi ke suatu tempat. Kamu ikut, kan?" tanya Dina memastikan.

"Maaf banget ya, aku sekarang nggak bisa, soalnya mamah nggak ijinin aku keluar kamar malam ini," jelas Alya, raut wajahnya berubah menjadi cemberut.

"Kabur aja! Gak bakalan ada yang tau juga!" usul Lidya, Naisila dan Dina tampak setuju dengan usul Lidya.

"Malam ini bener-bener gak bisa, maaf ya," sahut Alya dan duduk di jendela tersebut, untung saja ukuran jendela tersebut pas dengan badannya.

"Alya kenapa tidak kelihatan? Apa dia masih di kamarnya?" tanya Fahrul, semuanya tampak diam tidak ada yang menjawab satupun.

"Kenapa kalian malah diam? Aku tanya, kenapa Alya tidak ada di sini makan bersama kita? Apakah dia sakit?" tanya Fahrul kembali akhirnya Rika menjawabnya.

"Katanya dia sedang tidak nafsu makan malam ini," dalih Rika yang sedang menyiapkan semua masakan di atas meja.

"Anak itu, selalu saja begitu. Aku akan ke kamarnya dan memaksanya untuk makan. Kalau dia tidak makan malam ini, bagaimana dia akan punya cukup energi untuk besok." Fahrul bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar Alya.

"Alya. Ayo makan, Nak," ajak Fahrul sambil mengetuk pintu kamar Alya.

"Ayah! Kalian mending pergi dari sini daripada nanti ketahuan sama ayah!" suruh Alya, ketiganya langsung melarikan diri dari sana.

"Tapi kamu harus janji nanti ikut kita main, oke!" teriak Naisila yang sedang berlari perlahan.

"Oke siap pokonya." Alya mengacungkan jempolnya dan langsung menutup jendelanya dan berlari menuju meja belajarnya.

"Tidak, Ayah! Malam ini aku sedang banyak tugas di kampus, jadi aku makan nanti saja!" balas Alya yang sedang menulis paragraf demi paragraf untuk di jadikannya sebuah novel.

"Makanlah dulu!" kata Fahrul mulai mencemaskan keadaan Alya.

"Tidak usah. Nanti setelah ini aku akan makan deh!" sangkal Alya. Fahrul pun tidak bisa memaksa kehendak putrinya itu.

"Baiklah! Ayah tidak akan memaksamu, tapi kau harus janji! Setelah mengerjakan tugas kampus, kau harus makan ya," sahut Fahrul yang mencemaskan putri sulungnya itu.

"Iya, Ayah tenang saja."

Fahrul pun kembali lagi ke ruang makan.

💮💮💮

Terdengar suara adzan subuh berkumandang di sekitar rumah tersebut, Alya langsung bangun setelah menulis banyak paragraf.

"Ternyata sudah adzan, aku akan pergi ke kamar kecil," gumam Alya sambil meregangkan otot-ototnya dan berdiam sebentar untuk mengumpulkan nyawa, agar tidak terjadi hal yang seperti dulu lagi.

Setelah mengumpulkan nyawanya, Alya berjalan ke kamar kecil untuk berwudhu.

Setelah selesai sholat subuh, kebiasaannya mulai muncul yaitu tidur kembali sampai Pajar muncul melaksanakan tugasnya yaitu menghangatkan seisi bumi.

Pagi ini Alya pergi lebih awal karena tidak ingin bertemu dengan Andre lagi di jalan. Setelah sampai kampus, Alya di kagetkan dengan suara motor yang terus mendekatinya dari arah belakang.

Motor tersebut melakukan aksinya yaitu mengelilingi Alya yang tengah berdiri.

"Siapa dia?" gumam Alya, ia tidak bisa melihat dengan jelas karena wajahnya tertutup helm.

Semua siswa tampak berkumpul di sana menyaksikan aksi yang di lakukan pengendara motor tersebut.

Tak berapa lama setelahnya, motor itu berhenti tepat di depan Alya dan langsung membuka helmnya.

"Yuda!" gumam Alya sambil mengerutkan keningnya.

"Kenapa, kaget ya?" tanya Yuda sambil menghampiri Alya dengan sombongnya.

"Biasa aja!" jawab Alya ketus.

Tiba-tiba datang mobil di tengah kerumunan itu, dan turunlah seorang gadis cantik dengan rambut di biarkan terurai panjang.

"Amel?" Alya lagi-lagi di buat kaget dengan keduanya yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Apa mau kalian?" tanya Alya menatap keduanya tajam.

"Gue mau nantang lo lomba lari!" sahut Amelia dengan percaya dirinya.

"Gadis curang mana mungkin terima tantangan dari sang juara nasional!" ejek Yuda menatap Alya remeh.

"Siapa bilang? Gue terima tantangan kalian berdua!" Alya langsung berjalan pergi dari sana.

"Tapi ada syaratnya! Yang menentukan tempatnya adalah gue dan Yuda," sambung Amelia sambil tersenyum licik.

"Oke. Gue gak masalah dengan itu. Tapi gue juga punya syarat untuk itu!" kata Alya, ia memikirkan hal yang tidak mungkin di duga oleh semua orang yang berada di sini.

"Apa itu?" tanya keduanya serentak.

"Yang menentukan jalur larinya adalah gue!"

"Oke gue setuju!" Amelia berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan baju olahraga miliknya.

Terpopuler

Comments

Juwandi

Juwandi

bagus kak,semangat upnya kak

2022-03-16

1

Caramelatte

Caramelatte

eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪

2021-01-28

0

IG : Chocollacious

IG : Chocollacious

yuda remehin alya mulu, ntar bnran cinta lho wkkwkwk

2021-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!