Fidel

Tes tes tes

Tetesan air hujan membasahi jendela ruang kerja yang bernuansa putih itu, seorang pemuda tengah memperhatikan derasnya air hujan yang mengguyur bumi. Pikirannya melayang pada sosok gadis yang tadi pagi ditemuinya. Dimana gadis itu sekarang? bagaimana keadaannya? apa dia punya tempat untuk berteduh?

"Haaaahhh kenapa aku jadi memikirkannya" gumam pemuda itu.

"Dokter Fidel" panggil seorang suster mengetuk pintu ruangan kerjanya. "Ada pasien baru"

Seketika itu Fidel berdiri dan memakai jas putih miliknya menuju ruangan tempat pasien itu berada.

Sambil berjalan ia menanyakan riwayat pasien yang akan di tangani, rupanya ibu hamil korban tabrak lari.

Pasien itu memiliki luka cukup parah, darah mengalir dari alat vitalnya, Fidel segera melanjutkan pengobatan setelah pertolongan pertama di lakukan oleh perawat yang berjaga. Ia juga memeriksa hasil USG yang di berikan suster.

"Kita akan melakukan operasi, terjadi pendarahan ini sangat berbahaya untuk keselamatan ibu dan calon bayinya, siapkan ruangannya sekarang juga" Fidel memberi intruksi.

"Dok perut saya sakit dok, selamatkan saya dan bayi saya" ucap sang ibu memegangi tangan Fidel kuat. Air mata tak berhenti mengalir dari pelupuk matanya, keringatnya bercucuran menahan rasa sakit.

"Ibu jangan khawatir lebih baik sekarang ibu banyak berdoa, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan kalian berdua" Fidel menenangkan ibu tersebut sambil menepuk tangannya beberapa kali. "Satu jam lagi ruang operasi harus sudah siap"

"Baik dok" semua perawat membagi tugasnya untuk menyiapkan meja operasi.

Operasi pun dilaksanakan, Fidel di kenal sebagai salah satu dokter yang bisa di andalkan. Dia adalah dokter ahli kandungan termuda di rumah sakit tempat ia bekerja, karena kegeniusannya ia banyak mendapat penghargaan terkait profesinya.

Fidel menghela nafasnya, ia telah menyelesaikan operasi darurat yang telah ia pimpin. Ia merasa lega karena operasi kali ini berhasil, ibu dan bayinya selamat.

"Bagaimana dok keadaan istri dan anak saya?" seorang pria paruh baya menghampirinya saat keluar dari ruang operasi.

"Anak dan istri bapak selamat" ucapnya singkat.

"Terima kasih dok" bapak tersebut menjabat tangan Fidel sambil menangis, Fidel menepuk bahunya menguatkan kemudian ia pergi meninggalkannya.

"Selamat dok operasi kali ini lancar berkat usaha dokter" ucap salah satu suster yang mengekor padanya.

"Bukan hanya aku tapi ini semua karena bantuan para suster dan perawat yang selalu siaga" Fidel adalah orang yang rendah hati.

Beberapa suster yang mengikutinya saling tersenyum dan berpegangan tangan, mereka mengagumi dokter tampan dan baik hati ini.

"Dokter Fidel belum punya pacar kan?" bisiknya pada suster di sebelahnya.

"Aku dengar belum"

"Kalau aku sih mungkin tidak akan menolak jika dokter Fidel mau menjadi pacarku"

"Dokter Fidelnya yang tidak mau padamu" ledek suster yang lain.

Fidel menjadi idola bagi beberapa suster yang masih single di sana, bahkan para ibu hamil pasiennya pun terkadang tersipu melihat wajah tampan dan rupawannya. Hanya saja Fidel saat ini belum tertarik dengan wanita dan cinta. Ia selalu fokus bekerja dan terus bekerja.

Hingga pukul delapan malam Fidel akhirnya menyudahi pekerjaannya, ia menggantungkan jas putih kebanggaannya di dinding. Kemudian ia keluar dari ruangannya sambil menutup pintunya.

"Aku pulang duluan" ucapnya pada suster dan perawat yang berjaga di tengah lobi rumah sakit.

"Hati-hati dok"

"Pulangnya ke rumah ya dok jangan mampir ke rumah perempuan lain" ledek salah satu suster di sana. Fidel hanya tersenyum sambil mengangkat jempolnya sebagai tanda oke. Para suster yang melihatnya berteriak kegirangan.

Ia berjalan menuju parkiran dan mulai melajukan mobilnya, jalanan masih basah seusai hujan deras tadi. Fidel berusaha menepikan mobilnya tetapi ia seperti melihat siluet seseorang di ujung pagar rumahnya. Ia memicingkan matanya dan matanya melebar mengenali sosok siluet tersebut.

Segera saja ia menghentikam mobilnya dan keluar menghampiri sosok itu.

"Kamu? apa yang kamu lakukan di sini?"

"Mami Stella bilang aku harus ikut dengan orang yang telah membeliku" iya dia adalah gadis yang tadi pagi di selamatkannya. Mendengar ucapannya lagi Fidel mendengus.

"Apa kamu tidak mendengarkan ucapanku? aku membelimu untuk membebaskanmu. Jadi. ."

"Mami Stella bilang aku harus ikut dengan orang telah membeliku" wajah Sakura menatapnya datar, Fidel menepuk keningnya frustasi.

"Gadis ini benar-benar keras kepala"

"Apa kamu mengikutiku sampai ke sini?" tanya Fidel, gadis itu menganggukan kepalanya.

Fidel memijat pangkal hidungnya, ia menilik gadis di depannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilannya berantakan dan seluruh tubuhnya basah kuyup.

"Apa kamu menungguku di tengah hujan?" Sakura menganggukan kepalanya lagi.

"Hahhhh" Fidel menghela napasnya panjang. "Baiklah ikut aku masuk ke dalam" akhirnya Fidel menyerah mengijinkan Sakura mengikutinya ke rumah.

"Siapa namamu?"

"Sakura"

"Aku Fidel Brawijaya"

"Tuan Fidel"

"Jangan memanggilku tuan, cukup Fidel saja"

"Om Fidel"

"Aku bukan om-om"

"Kak Fidel"

"Aku juga bukan kakakmu, aku bilang panggil namaku saja" ucap Fidel kesal.

"Tidak bisa, mami Stella bilang . ."

"Cukup tidak usah menyebut nama mami Stella lagi. Terserahlah kau panggil aku apa" Fidel menyerah. Ia meminta Sakura menunggu di depan pintu masuk rumahnya. Ia akan memasukkan mobil dan menutup pintu pagar. Maklum saja di rumahnya tidak ada asisten rumah tangga dan security jadi ia melakukannya serba sendiri.

Fidel membukakan pintu, mereka berdua masuk ke dalam rumah bersama. Sakura hanya bisa memandang sambil mengedarkan penglihatannya melihat isi rumah Fidel yang pergi meninggalkannya masuk ke kamar. Tak lama Fidel pun kembali dengan membawa handuk dan memberikannya pada Sakura.

"Mandilah, kamu bisa masuk angin jika tidak segera mengeringkan rambutmu"

Sakura menurut, dia pergi ke kamar mandi yang di tunjukkan Fidel, sedangkan sang pemilik rumah bergegas menuju dapur dan memasak air. Ia akan membuatkan minuman hangat untuk Sakura.

Sekitar 15 menit kemudian terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.

"Tuan Fidel" panggil Sakura.

"Kemarilah aku sudah membuatkanmu minuman, Akkkhhhh ke- ke - kenapa penampilanmu seperti itu!!" tanya Fidel yang gelagapan melihat Sakura yang keluar dari kamar mandi tanpa sehelai pakaianpun alias telanjang. Apa? telanjang. Iya telanjang bulat.

Terpopuler

Comments

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

wadidaw pak dokter dpt rejeki nomplok 🤣

2022-02-03

0

Maryana Mar

Maryana Mar

🤣🤣🤣🤣🤣mami stella siapa si

2021-08-16

0

(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤

(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤

wha.....whhaaattt😱😱😱

2021-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!