My Boy Next Door | Soogyu
∘◦Episode 4◦∘ Perasaan Apa Ini?
Ada sesuatu yang berubah dalam keseharian Soobin belakangan ini. Ia tidak bisa menjelaskan dengan pasti, tapi rasa tidak nyaman itu terus mengganggunya.
Semuanya bermula saat Beomgyu tiba-tiba mengajak Heeseung makan bersama di taman belakang—tempat yang selama ini hanya milik mereka berdua.
Awalnya, Soobin tidak terlalu memikirkan, tapi lama-kelamaan, ia merasa diabaikan. Beomgyu asyik berbincang dan tertawa dengan Heeseung, nyaris tak menoleh padanya. Soobin hanya diam, menyuap makanannya tanpa benar-benar menikmati rasa, sementara dadanya terasa sesak melihat mereka begitu akrab—seakan dunia hanya milik mereka berdua.
Dan sekarang, di depan kelas 11–B, Soobin kembali merasakan hal yang sama.
Di dalam kelas, Beomgyu berbicara dengan Heeseung, senyumnya lebar, tawanya lepas, dan sesekali ia menepuk bahu temannya dengan ekspresi yang begitu nyaman.
Soobin menggigit bibirnya tanpa sadar. Ia tahu ini bukan urusannya, tahu bahwa Beomgyu boleh berteman dengan siapa saja. Tapi kenapa rasanya ada yang mengganjal?
Beomgyu bahkan tidak menoleh. Tidak mencari keberadaannya. Seolah Soobin memang tidak pernah ada di sana.
Tawa kembali terdengar. Soobin menelan ludah, dadanya terasa semakin sesak. Ia tidak mengerti, perasaan apa yang sebenarnya sedang dia rasakan saat ini?
Yeonjun
Lo ngapain di sini?
Soobin tersentak. Ia menoleh dan mendapati Yeonjun berdiri di sebelahnya dengan alis terangkat.
Yeonjun
Lo lupa bawa bekel, ya? Gue lihat kotak bekal lo masih ada di meja,
Soobin butuh beberapa detik untuk benar-benar menangkap perkataan temannya. Ia buru-buru menggeleng.
Yeonjun mengikuti arah pandangan Soobin yang masih mengarah ke dalam kelas Beomgyu.
Seketika, sudut bibirnya terangkat.
Yeonjun
Ohh... Lo lagi ngintip, ya?
/godanya pelan/
Soobin
/merengut, buru-buru menoleh ke arah lain/
Gue cuma lagi berdiri di sini.
Yeonjun
/terkekeh pelan/
Ya ya, terserah lo deh.
Tapi setelah berkata begitu, Yeonjun kembali menatapnya, kali ini dengan ekspresi sedikit lebih serius.
Yeonjun
Kalau lo cemburu, kenapa nggak ngomong aja?
Soobin membeku. "𝘊𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶?!..."
Ia menoleh dengan cepat, menatap Yeonjun seolah ucapan itu adalah sesuatu yang benar-benar tidak masuk akal.
Soobin
Apa sih? Nggak ada hubungannya.
Soobin
Lagian, siapa yang cemburu?
Yeonjun tidak langsung membalas. Ia hanya terkekeh kecil, tapi tatapannya seolah berkata bahwa ia tahu lebih banyak dari yang Soobin kira.
Soobin
/berdeham pelan, berusaha mengalihkan perhatiannya/
Gue balik ke kelas.
Yeonjun tidak menghentikannya. Ia hanya tersenyum kecil sambil menyandarkan tubuh ke dinding.
Soobin berjalan pergi, tapi langkahnya terasa sedikit berat.
Ia tidak tahu pasti apa yang mengganggunya.
Tapi ada sesuatu yang jelas terasa di dadanya.
Dan jika ia harus jujur, ia tidak suka perasaan itu.
──────── ∘◦ ⌂ ◦∘ ────────
Ruangan kelas dipenuhi suara obrolan siswa dan siswi yang menikmati waktu istirahat mereka. Beomgyu bersandar pada meja, sesekali tertawa kecil saat Heeseung melontarkan candaan mengenai ujian yang semakin dekat.
Heeseung
Lo baru sadar kalau belajar itu penting, huh?
/menggodanya dengan nada ringan, bahunya sedikit terangkat/
Beomgyu
/mendecak pelan/
Gue sih santai, yang penting nggak remedial.
Heeseung
/menggeleng dengan ekspresi geli/
Pantes lo deket banget sama Soobin, vibes-nya mirip.
Mendengar nama Soobin disebut, Beomgyu secara refleks menoleh ke arah pintu kelas.
Sejenak, pandangannya bertemu dengan sosok yang berdiri di ambang pintu. Soobin mencengkeram kusen kayu dengan jemarinya, ekspresinya sulit ditebak.
Beomgyu
/mengernyit, lalu spontan memanggil/
Oh? Soobin?
Namun, alih-alih menghampiri atau sekadar membalas sapaan, Soobin hanya menatapnya singkat sebelum berbalik dan pergi begitu saja.
Dahi Beomgyu mengerut tipis.
“𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘶𝘳𝘶-𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪?”
Biasanya, jika Soobin datang mencarinya, ia akan melambai atau langsung mendekat.
Beomgyu
Nggak tau... Dia tadi ngeliat ke sini, tapi langsung pergi.
Heeseung
Dia?
/mengernyit/
Siapa maksud lo?
Beomgyu
Soobin,
/jawab Beomgyu tanpa berpaling/
Heeseung
Oh. Mungkin dia lagi buru-buru,
/sahut Heeseung dengan nada santai/
Beomgyu mengangguk pelan, berusaha menerima kemungkinan tersebut. Namun, ada sesuatu yang terasa mengganjal di benaknya—sesuatu yang sulit ia jelaskan.
Soobin terlihat berbeda.
Bukan sekadar lelah atau malas berbicara, melainkan sesuatu yang lebih dalam dari itu. Tatapan matanya barusan terasa... jauh?
Kendati demikian, Beomgyu memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Mungkin Soobin hanya sedang bad mood.
Meyakinkan dirinya sendiri, Beomgyu kembali beralih pada percakapan dengan Heeseung. Namun, di suatu sudut pikirannya, bayangan Soobin yang berlalu pergi tanpa kata masih tersisa.
Di sisi lain kelas, Taehyun dan Hueningkai yang sejak tadi memperhatikan, saling bertukar pandang sebelum Hueningkai akhirnya berbisik,
Hueningkai
Apa gue doang yang ngerasa Soobin kayak lagi cemburu?
Taehyun
/mendesah pelan, menyilangkan tangan di dadanya/
Ya kali cuma lo yang mikir gitu.
Taehyun
Siapapun yang ngelihat ekspresi Soobin juga bakalan tahu kalau dia lagi cemburu.
Hueningkai
Terus kenapa Beomgyu nggak sadar?
/menatap Beomgyu dengan ekspresi frustrasi/
Taehyun
Karena dia Beomgyu,
/jawab Taehyun pasrah/
Hueningkai
/mendengus/
Lo bener juga.
Hueningkai
Dasar si paling nggak peka.
Mereka berdua kembali menatap Beomgyu yang masih santai bercanda dengan Heeseung, sama sekali tidak menyadari situasi barusan.
Hueningkai
/menghela napas/
Kasian Soobin...
Taehyun
/mengangguk pelan/
Kasian kita juga, yang harus lihat ini terus.
Hueningkai
Taehyun, kita harus bantu mereka nggak sih?
Taehyun
/hanya mengangkat bahu/
Bantu apanya? Kalau kita kasih tahu sekarang, nggak seru.
Taehyun
Biarin aja dulu, gue yakin Soobin bakalan nemuin cara buat nyelesain ini sama Beomgyu tanpa campur tangan kita.
Taehyun
Dan Beomgyu? Sebentar lagi juga sadar sama perubahan sikap Soobin.
Taehyun
Mungkin pas pulang sekolah atau pas mereka di rumah,
Hueningkai
Lo lama-lama kayak cenayang deh, Hyun.
Taehyun
Gue cuma memprediksi.
/jawabnya santai/
Comments