My Boy Next Door | Soogyu
∘◦Episode 3◦∘ Lebih Jauh Dari Biasanya
Saat mereka tiba di gerbang sekolah, sebuah suara ceria tiba-tiba memanggil Beomgyu.
Beomgyu
/menoleh/
Heeseung?
Soobin melihat seorang cowok yang tingginya tak jauh berbeda dari Beomgyu. Dengan senyum ramah dan seragam yang sedikit berantakan, seolah tak peduli pada hal-hal kecil.
Heeseung dari kelas 11—E.
Nama itu familiar, tapi Soobin tak pernah menganggapnya penting—sampai sekarang.
Heeseung
/mendekat dengan senyum santai/
Pagi! Gue mau nanya soal club musik, lo ada waktu sebentar?
Setahu Soobin, Beomgyu memang akrab dengan banyak orang, tapi ini pertama kalinya ada yang menghampirinya pagi-pagi begini. Tanpa sadar, Soobin menggigit bagian dalam pipinya, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang muncul.
Beomgyu
Yaudah, ayo ke kelas lo dulu. Masih ada waktu sebelum bel,
Beomgyu
/menoleh sekilas/
Bin, aku ke kelasnya Heeseung dulu, ya!
Soobin hanya diam, menatap punggung Beomgyu yang menjauh pergi. Ruang kosong di sampingnya terasa lebih nyata dari biasanya.
Angin pagi berembus pelan, tapi kali ini, terasa lebih dingin.
──────── ∘◦ ⌂ ◦∘ ────────
Pagi itu terasa sedikit berbeda bagi Soobin, dan perasaan itu bertahan hingga jam istirahat.
Sepanjang pelajaran, pikirannya sulit fokus. Biasanya, ia menikmati sesi belajar, tapi hari ini pikirannya sibuk memikirkan sesuatu atau lebih tepatnya seseorang.
Saat bel istirahat berbunyi, Soobin langsung keluar kelas. Matanya refleks mencari sosok yang biasanya sudah menunggunya di depan pintu.
Tapi Beomgyu tidak ada.
Soobin mengerutkan kening, menunggu beberapa saat sebelum akhirnya melangkah ke kelas 11—B. Jaraknya hanya beberapa langkah, tapi terasa lebih jauh dari biasanya.
Namun, bukan punggung Beomgyu yang familiar yang ia temukan.
Di dekat pintu kelasnya, Beomgyu tengah tertawa bersama seseorang—Heeseung.
Beomgyu tampak nyaman, mungkin terlalu nyaman. Tangannya masih menggenggam botol minum yang belum sempat diminum, sementara Heeseung berbicara dengan gestur santai, sesekali mencondongkan tubuhnya lebih dekat.
Untuk pertama kalinya sejak mereka rutin makan siang bersama, Beomgyu tidak langsung menghampirinya seperti biasa.
Dari samping, Yeonjun sudah berdiri lebih dulu. la menyilangkan tangan dan menyeringai kecil.
Yeonjun
Lo kelihatan kayak pacar yang lagi dianggurin, Soob. Kayaknya dia lupa deh sama lo.
Soobin
/menoleh cepat, mengerutkan dahi/
Apaan, sih?
Yeonjun
Tadi pagi lo berangkat bareng, terus dia ninggalin lo buat jalan sama orang lain.
Yeonjun
Sekarang, istirahat bukannya nyari lo, malah asik sama anak kelas sebelah. Gimana, sakit nggak?
Soobin
Bacot,
/jawab Soobin pendek/
Namun, kata-kata Yeonjun terlanjur mengusik.
Soobin menarik napas pelan, lalu melangkah mendekati Beomgyu. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk segera menghampiri, tapi ia berusaha tetap tenang.
Beomgyu
/menoleh, wajahnya langsung cerah/
Oh, Soobin! Aku tadi—
Soobin
Aku udah lama nunggu di kelas,
/potong Soobin, berusaha terdengar santai/
Beomgyu
/menggaruk tengkuknya, lalu tertawa kecil/
Ah, maaf, aku keasyikan ngobrol sama Heeseung.
Beomgyu
Udah lama kita nggak ngobrol gini, ya kan Hee?
Heeseung
/tersenyum sambil mengangguk setuju/
lya, udah lama banget.
Soobin hanya mengangguk kecil, berusaha terlihat biasa saja, meski dadanya terasa semakin berat.
Soobin
Makan, nggak?
/tanyanya langsung pada Beomgyu/
Beomgyu
/menatapnya sebentar, lalu tersenyum/
lya, iya, ayo.
Heeseung
Mau ke kantin, Gyu?
"𝘎𝘺𝘶?"
Sejak kapan ada yang memanggil Beomgyu seperti itu?
Soobin tertegun, sedikit terkejut dengan panggilan yang terasa lebih akrab daripada yang biasa ia dengar.
Beomgyu
Ah, gue biasa makan di taman belakang,
Heeseung
Boleh ikut, nggak?
Beomgyu
/tampak ragu sejenak, sebelum akhirnya mengangguk/
Boleh, kenapa nggak?
Untuk pertama kalinya, sesuatu terasa mengganjal.
Taman belakang adalah tempat yang selalu mereka kunjungi bersama. Tempat yang seolah hanya milik mereka. Tapi kini, Beomgyu mengajak orang lain-tanpa memberitahunya lebih dulu.
Rasa tidak nyaman itu muncul, merayap perlahan, menyesakkan dadanya.
Jemarinya mengepal tanpa sadar. "𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘉𝘦𝘰𝘮𝘨𝘺𝘶 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘶𝘭𝘶?"
Beomgyu
Soobin?
/suara Beomgyu menyadarkan Soobin dari lamunannya/
Soobin
Yaudah, ayo,
/jawabnya, suaranya terdengar lebih datar/
──────── ∘◦ ⌂ ◦∘ ────────
Di taman belakang, udara yang biasanya terasa nyaman kini terasa lebih berat di kulit Soobin.
Sepanjang jalan, Beomgyu dan Heeseung terus mengobrol, tertawa di sela-sela percakapan mereka. Soobin hanya mendengar setengah-setengah, tidak benar-benar peduli dengan topik yang mereka bahas. Sesekali ia melirik ke arah Beomgyu, berharap mendapat sedikit perhatian, tapi Beomgyu tampaknya terlalu tenggelam dalam percakapan dengan Heeseung.
Saat mereka sampai di tempat biasa, Beomgyu membuka bekalnya. Tapi sebelum sempat menoleh ke Soobin untuk menawarkan makanan—sesuatu yang selalu ia lakukan—Heeseung sudah lebih dulu berkomentar,
Heeseung
Wah, lo bawa bekal sendiri? Masakan rumah gitu?
Beomgyu
/mengangguk, tersenyum/
lya, tapi biasanya gue tukeran sama Soobin. Kadang lauknya, kadang sayurannya.
Heeseung
/menoleh ke arah Soobin, matanya menilai/
Oh, lo juga bawa bekal?
Ada sesuatu dalam cara Heeseung bertanya yang membuat Soobin tidak nyaman. Seolah itu hal yang aneh. Seolah ada sesuatu yang harus dijelaskan.
Beomgyu
/tertawa kecil/
Tapi tetap aja, punya Soobin lebih enak. Kadang gue tukar lebih banyak.
Heeseung dengan santai mengambil sepotong nugget dari bekal Beomgyu.
Soobin langsung membeku. Jemarinya mengetuk sisi kotak bekalnya sendiri—kebiasaannya saat merasa terganggu. Perlahan, ia menarik kotak bekalnya lebih dekat.
Heeseung
Bekal lo enak kok! Enak banget malah,
/kata Heeseung setelah mengunyah nuggetnya/
Beomgyu
/berbinar/
Serius? Masa sih?
Beomgyu
/mengambil satu nugget dari kotaknya sendiri, menggigitnya, lalu mengangguk semangat/
Ih iya! Tumben masakan ibu enak.
Heeseung
/terkekeh/
Tuh, kan enak!
Mereka pun tertawa bersama dan tanpa terasa mulai berbagi bekal. Heeseung hanya membawa cemilan ringan, jadi Beomgyu dengan santai menawarkan beberapa makanannya. Di sela-sela itu, Beomgyu juga sesekali mengambil snack ringan milik Heeseung.
Soobin diam. Tangannya masih memegang garpu, tapi ia sama sekali tidak makan.
Ada yang terasa ganjil.
Bukan hanya karena ada orang lain yang ikut bersama mereka hari ini. Tapi karena Beomgyu tidak melihat bahwa sesuatu telah berubah.
Padahal bagi Soobin, segalanya terasa berbeda.
Soobin kembali tenggelam dalam diamnya.
la tidak mengatakan apa-apa, tapi di dadanya, ada sesuatu yang terasa sesak. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.
Sesuatu yang mengingatkan bahwa hari ini, Beomgyu terasa lebih jauh dari biasanya.
Comments