My Boy Next Door | Soogyu
∘◦Episode 2◦∘ Langkah yang Selalu Seirama
Langit pagi masih berwarna jingga ketika Soobin menutup pagar rumahnya. Di sampingnya, Beomgyu sudah berdiri dengan ekspresi jahil yang terlalu familiar.
Beomgyu
Kamu lama banget,
/sambil menyilangkan tangan di dada/
Soobin
/mendengus/
Kamu aja yang kepagian.
Beomgyu
/nyengir lebar/
Emang! Biar bisa gangguin kamu lebih lama.
Tanpa aba-aba, Beomgyu langsung berlari duluan.
Soobin
Beom!
/refleks mengejar/
Seperti biasa, Beomgyu selalu melakukan ini—memancing Soobin untuk mengejar, lalu tertawa puas kalau berhasil kabur. Tapi kali ini, Soobin tak mau kalah. Dengan langkah cepat, dia mendekat, lalu menarik tali tas Beomgyu dari belakang.
Beomgyu hampir kehilangan keseimbangan, Soobin tertawa puas.
Beomgyu
/cemberut/
Curang.
Soobin
Terserah,
/nyengir, melepas tangannya dari tas Beomgyu/
Soobin
Mampir minimarket dulu?
Beomgyu
/berbinar/
Mau traktir aku?
Soobin
/menatapnya dengan tatapan datar/
Aku cuma nanya, bukan nawarin traktiran.
Beomgyu
Tapi kalau nanya, berarti ada niat dong!
Beomgyu
Udah, ayo! Aku mau susu stroberi.
Soobin menghela napas tapi tetap menurut. Mereka masuk ke minimarket dekat sekolah, Beomgyu langsung mengambil susu stroberi, sementara Soobin meraih susu coklat.
Beomgyu
Nih, kamu yang bayar, aku tunggu di luar,
/menyerahkan susu stroberinya pada Soobin sebelum melangkah pergi/
Soobin
Enak banget nyuruh-nyuruh!
Beomgyu hanya melambaikan tangan tanpa menoleh. Menggerutu kecil, Soobin tetap berjalan ke kasir untuk membayar.
Setelah membayar, Soobin keluar dari minimarket dan langsung menyerahkan susu stroberi pada Beomgyu.
Soobin
Tuh, jatahmu,
/ucapnya singkat/
Beomgyu menerima dengan satu tangan, sementara tangan satunya sudah sibuk membuka plastik sedotannya. Soobin tanpa banyak bicara, mengeluarkan susu coklat dari kantong belanjanya dan membuka segelnya pelan-pelan.
Melihat itu, Beomgyu langsung mencibir.
Beomgyu
Serius, susu coklat lagi?
/tanyanya, nada suaranya penuh keheranan seperti sudah terlalu sering melihat kebiasaan itu/
Soobin
/mengangkat bahu santai/
Terus kenapa?
Beomgyu
/mendekat, menggoyangkan susu stroberinya dengan seringai jahil/
Kamu nggak bosen? Coba deh, susu stroberi tuh lebih seger, ada rasa asam manisnya.
Soobin
/menggeleng/
Terlalu manis,
Beomgyu
Ya ampun, selera bapak-bapak,
/tanpa izin, merebut susu coklat Soobin dan meneguknya sedikit/
Beomgyu
/menjilat bibirnya, berpura-pura berpikir/
Hm, enak juga,
Kesal, Soobin langsung merebut susu stroberi Beomgyu. Ia menatapnya sejenak—seolah memberi peringatan— sebelum menyeruput isinya santai.
Soobin
/menatap kotak susu itu sebentar sebelum mengembalikannya/
Nggak buruk, tapi tetap terlalu manis.
Beomgyu terdiam, ekspresinya tak percaya. Lalu, senyum lebar muncul di wajahnya.
Beomgyu
Tunggu, kamu barusan minum dari sedotanku.
Beomgyu
Oh, aku juga tadi minum dari sedotanmu. Itu kayak indirect kiss, nggak sih?
Beomgyu
Ciuman nggak langsung,
Soobin
/pura-pura melihat jam tangannya/
Ayo lanjut ke sekolah, sebentar lagi bel masuk.
Beomgyu
/tertawa puas/
Kamu malu, ya?
Soobin menoleh, ingin membalas tapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan. Beomgyu masih terkekeh, matanya menyipit bahunya terguncang karena tawa.
Ada sesuatu dalam tawanya kali ini—lebih cerah, lebih lepas, dan entah kenapa, lebih memikat dari biasanya. Jantung Soobin berdebar tanpa alasan jelas. Iya buru-buru membalikkan badan berpura-pura sibuk memasukkan susu kotaknya ke dalam tas.
Soobin
Terserah kamu aja,
/gumamnya, tapi telinganya yang merah tak bisa bohong/
Beomgyu
/semakin terkikik/
Padahal kita udah sering makan pakai sendok yang sama, lho.
──────── ∘◦ ⌂ ◦∘ ────────
Beomgyu
/melambai santai sebelum menghilang ke kelasnya/
Jangan lupa, nanti aku jemput pas istirahat!
Soobin hanya mengangguk lalu, membuka pintu kelasnya. Tapi sebelum masuk, matanya sempat mengikuti punggung Beomgyu yang berjalan menjauh.
Beomgyu selalu begini. Selalu memastikan mereka pergi dan pulang bersama. Selalu memastikan mereka makan siang bersama.
Kenapa baru sekarang Soobin menyadari sesuatu yang selalu ada?
Ia tak sempat berpikir lebih lama karena begitu duduk, suara malas Yeonjun menyambutnya.
Yeonjun
Kenapa lo berdua nggak sekalian pacaran aja?
Soobin hampir tersedak. Ia buru-buru menaruh susu coklatnya di meja dan menatap Yeonjun.
Yeonjun, yang sudah duduk santai dengan kaki selonjor, hanya mengangkat bahu.
Yeonjun
Lo denger, kan? Tiap pagi jalan bareng, tiap istirahat makan bareng, pulang juga bareng. Udah kayak pasangan, tapi ngotot bilang 'sahabatan doang'
Soobin
/menghela napas, malas menanggapi/
Lo kebanyakan nonton drama, Jun.
Yeonjun
Tapi bukan cuma gue yang mikir gitu. Banyak yang bilang Soobin sama Beomgyu tuh kayak pasangan.
Soobin
Orang kepo aja, nyari bahan gosip,
/gumam Soobin/
Yeonjun
/terkekeh, jelas menikmati reaksi Soobin/
Tapi lo sadar nggak? Beomgyu beda kalau sama lo. Sama temen-temennya biasa aja, tapi kalau sama lo? Manja, lengket, cerewetnya berkali-kali lipat.
Soobin pura-pura merapikan bukunya, tapi tetap saja menggigit bibirnya pelan.
Soobin
Dia emang bawel dari lahir,
Yeonjun
Tapi cuma sama lo,
/Yeonjun menambahkan dengan nada menggoda/
Yeonjun
/menyeringai/
Serius deh, lo nggak pernah kepikiran?
Yeonjun
Mungkin Beomgyu punya perasaan lebih? Atau... justru lo yang punya perasaan lebih?
Soobin
/terdiam sesaat sebelum menggeleng cepat/
Nggak ada yang perlu dipikirin. Beomgyu itu...cuma...
Yeonjun
Cuma?
/mengangkat alis, menunggu/
Soobin
Dia cuma... tetangga gue.
Yeonjun
/tertawa pendek/
Cuma tetangga, katanya. Lo pikir lo lagi tinggal di drama klasik yang awalnya cuma tetangga terus lama-lama jadi pasangan?
Soobin
/menutup buku catatannya sedikit lebih keras/
Gue gak mau bahas ini lagi.
Yeonjun
/mengangkat tangan, menyerah/
Terserah lo. Tapi kalau suatu hari lo sadar, gue cuma mau bilang ‘gue udah bilang dari awal’
Soobin mendesah pelan, meneguk sisa susu coklatnya sambil menatap meja. Berusaha mengabaikan komentar Yeonjun, tapi gagal.
Ada sesuatu yang aneh mengganjal di dadanya—bukan karena ucapan Yeonjun, tapi karena untuk pertama kalinya, Soobin takut menemukan jawabannya.
Comments