Hari sudah menunjukkan pukul 17.30, Dita segera bergegas untuk bersiap. Ia tidak enak pada Diko jika dirinya terlambat hadir. Apalagi jarak antara kost Dita dan tempat acaranya lumayan jauh.
Dita segera menyambar handuk yang tergantung di kamarnya. Setelah mandi Dita segera berdandan, dan ini memakan waktu cukup lama. Dita selalu heran kenapa dia lama sekali kalau berdandan, padahal itu adalah hal yang sudah tiap hari ia lakukan sebelum berangkat bekerja.
Tepat pukul 19.00 Dita keluar kamar kostnya, setelah menyapa Pak Sardi yang sedang berjaga dan Ditapun segera masuk ke dalam mobilnya kemudian berangkat ke Hotel Puri Ratu, tempat acara malam itu.
Beruntungnya suasana jalanan malam itu tidak terlalu ramai, sehingga Dita tidak perlu mengebut untuk tiba tepat waktu. Pukul 19.25 Dita memasuki pelataran parkir hotel disusul sebuah mobil sedan hitam yang parkir di sebelah mobilnya.
Karena acara akan dimulai pukul 19.30 maka Dita segera menyambar clutch bagnya di kursi belakang dan keluar dari mobilnya.
Dita terkejut melihat orang yang keluar dari mobil sedan hitam yang parkir di sebelah mobilnya. Ternyata orang itu adalah Pak Ryan, malam itu Pak Ryan mengemudikan mobilnya sendiri tidak seperti malam ketika mereka bertemu, saat itu Pak Ryan bersama supirnya.
Pak Ryan tak kalah terkejut melihat Ditalah yang keluar dari mobil yang parkir di sebelahnya. Mereka sama-sama terlihat kaget bisa secara kebetulan bertemu.
Dita menyapa Pak Ryan dengan sopan, "Selamat malam Pak, apa kabar? Bapak ada acara di sini juga?"
"Malam juga Dita, saya baik. Iya kebetulan saya ada acara, kolega saya sedang membuat perayaan atas kantor cabangnya yang baru", jelas Pak Ryan.
"Diko??", tanya Dita spontan.
"Benar, kamu kenal Diko juga?", tanya Pak Ryan.
"Iya Pak, Diko adalah teman saya sewaktu kuliah", jawab Dita.
Pak Ryan terseyum dan berkata, "sungguh dunia ini sempit sekali ya."
Mereka berdua tertawa sambil berjalan menuju ballroom yang terletak di lantai 9 dimana acara tersebut diadakan.
Sambil berjalan Pak Ryan bertanya, "Kamu datang sendirian saja? Dimas tidak datang?".
"Iya Pak, saya sendirian. Tapi di dalam banyak teman saya yang juga hadir. Dimas kebetulan sedang tugas ke Bandung Pak, jadi tidak bisa datang", jelasnya.
"Dit, kamu tidak perlu panggil saya Pak. Panggil saja Mas, biar sama seperti Dimas. Karena karyawan saya jika di luar kantor kebanyakan juga seperti itu. Biar tidak terlalu kaku dan formal", pinta Pak Ryan.
Dita mengangguk sambil tersenyum. Di dalam hatinya juga berkata Pak Ryan memang masih sangat pantas dipanggil Mas, karena perawakannya yang masih terlihat muda dan segar. Tidak seperti kebanyakan para pimpinan perusahaan yang sudah terlihat tua bahkan dari usia sebenarnya.
"Ngomong-ngomong Mas Ryan sendirian saja ke sininya?", Dita balik bertanya.
"Iya, kalau weekend supir saya dibebastugaskan, jadi saya menyetir sendiri. Lebih enak juga, lebih leluasa", ujarnya.
Mereka sampai di ballroom, Diko dari jauh memperhatikan dan heran 'kenapa Dita dan Mas Ryan bisa bareng ke sini?' ujarnya dalam hati.
Sesampainya di dalam mereka berpisah, Dita langsung menuju teman-temannya yang sudah berkumpul. Begitu juga dengan Mas Ryan, ia langsung berbaur dengan teman-temannya yang sudah hadir.
Selama acara berlangsung, sesekali Mas Ryan mencuri-curi pandang ke arah Dita. Ia terlihat penasaran dengan Dita. Di tengah teman-temannya Dita terlihat supel dan ramah. Mas Ryan melihat Dita sangat ceria dan masih terlihat sangat muda. Ia mengira-ngira usia Dita pastilah masih dua puluhan. Memang sedang senang-senangnya berkumpul dengan teman-temannya seperti saat ini. Sedangkan ia yang sudah memasuki usia 41 tahun sudah tidak lagi memikirkan hal semacam itu. Usianya saat ini adalah saat dimana ia fokus dengan perkerjaannya.
Ketika Dita menemui Diko dan mengucapkan selamat atas kantor cabang barunya, Diko bertanya, "Dit, lu kok bisa ke sininya barengan sama Mas Ryan? Pacaran lu ya?".
"Gila lu! Mas Ryan itu kliennya Dimas, gue kenal Mas Ryan waktu kemarin pas gue nemenin Dimas. Tadi juga kebetulan ketemu di parkiran. Dasar lu mikirnya yang nggak nggak mulu sih", ujar Dita.
Diko tertawa melihat ekspresi Dita, "Ha..ha..ha.. ya kalau pacaran juga nggak apa-apa. By the way, Mas Ryan tajir banget lho Dit", bisik Diko sambil menggoda Dita.
Dita segera menjitak kepala Diko dan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Tinggallah Diko yang masih tertawa puas karena telah membuat Dita cemberut.
Mas Ryan, 41th
Dita, 24th
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Bila D
Mas Ryan sudah ubanan ya😁
2024-06-15
0
pipi tembem
suka banget sama visual nya...cuco
2024-04-21
0
Hera
suka ama visual mereka passs
2022-07-11
1