Part 5

Merias wajah bukanlah kebiasaan Meisya, sebenarnya dia bisa saja melakukannya, namun dia lebih suka tampil sederhana apa adanya tanpa make up yang mencolok. Sehari-hari Meisya hanya menggunakan bedak dan lipstik saja. Namun beda hal nya dengan malam ini, yang biasanya Meisya menggunakan lipstik berwarna nude kini ia menggunakan lipstik berwarna merah terang. Tidak lupa menggunakan bedak dan kawan-kawannya. Dari cermin Meisya bisa melihat bahwa dia begitu sangat berbeda saat menggunakan riasan wajah. Bahkan baginya ia tidak kalah cantiknya dengan wanita yang di tiduri oleh Edo. Tapi tetap saja bagi Meisya cantik karena make up bukanlah alami.

Kini Meisya melepas ikat rambut nya dan mengurai rambut hitamnya sesuai permintaan Edo. Dengan sangat pelan Meisya menyisir rambut lurus nya. Tidak lupa Meisya menggunakan parfum di bagian leher dan tangannya. Setelah itu Meisya segera berganti pakaian piyama dengan lingerie pemberian Edo barusan.

Dari dalam cermin Meisya sedikit terkejut kala melihat bentuk tubuhnya sendiri. Bagian tubuh atas dan bawah terlihat walaupun tidak terlalu jelas namun itu membuat dirinya merasa tidak percaya diri dan malu. Meisya memiliki ukuran dada yang cukup besar hingga membuat lingerie yang di berikan Edo sedikit sesak di bagian dada. Namun di bagian pinggang dan pantat cukup pas sesuai ukurannya.

Sebenarnya Meisya dengan sangat terpaksa melakukan ini apa lagi selama satu tahun ini Meisya dan Edo sama sekali tidak pernah saling bersentuhan. Edo lebih sering menghabiskan waktunya di luar setiap malam, bahkan selalu pulang larut malam. Bahkan sering kali tidur di ruang tamu dari pada di kamarnya sendiri bersama Meisya. Namun bagi Meisya itu tidak masalah lagi pula pernikahan mereka karena dasar perjodohan bukan karena saling mencintai.

Sebenarnya bagi Meisya Edo adalah laki-laki yang bertanggung jawab dengan nafkah lahir namun tidak dengan nafkah batin. Edo selalu membelikan barang-barang mewah kepada Meisya, bahkan memberikan nafkah berupa uang ratusan juta setiap bulan. Bagi Meisya Edo adalah laki-laki yang loyal, maklum saja banyak wanita yang mengaguminya. Namun dengan kekayaan serta jabatan membuat Edo suka semena-mena seperti tidak memikirkan masa depan dan selalu tidak mengindahkan ucapan orang lain selagi bagi dia itu membuatnya bahagia.

Tiga puluh menit pun berlalu, kini Meisya hanya duduk di ujung ranjang tempat tidur, dengan dada yang berdebuk dengan kencang. Antara takut dan ingin sekali keluar dari kamar tersebut, namun apa daya jika Meisya melawan Edo, dia tidak segan-segan akan menyakiti keluarganya yang ada di kampung. Meisya hanya ingin keluarganya tahu bahwa dia selama ini bahagia menikah dengan Edo walaupun kenyataanya tidak sama sekali.

Tidak lama pintu kamar pun terbuka membuat Meisya semakin merasa takut, dia hanya menunduk. Demi keluarganya Meisya rela lakukan apapun asal mereka bahagia di desa. Sebenarnya di dalam hati Meisya merasa hal ini wajar karena dia adalah seorang istri, wajar saja jika suami meminta jatah kepada istrinya. Namun yang tidak wajar adalah dia di sentuh dengan suatu alasan bukan kemauan. Apa lagi selama ini Edo lebih suka menyentuh wanita lain di bandingkan istrinya sendiri. Itu yang membuat Meisya merasa sakit hati dan tidak di hargai. Meisya merasa bahwa tubuhnya hanya sebagai uji coba untuk mendapatkan keturunan untuk keluarga Baskoro.

"Apakah kamu sudah selesai?." Tanya Edo berjalan ke arah Meisya.

Meisya yang mendapat pertanyaan dari Edo hanya mengangguk pelan sambil menunduk. Kini Edo sudah berdiri tepat di hadapan Meisya. Edo pun mencoba meraih dagu Meisya agar menatap ke arahnya.

Dengan sangat intens Edo menatap wajah Meisya. Ia pun sedikit tersenyum ke arah Meisya sambil mengibaskan rambut panjang Meisya yang menutupi bagian dadanya.

"Wao.. ternyata kamu lumayan juga kalau pake make up. Baju ini juga bagus kamu pakai."

"Aku ganti baju saja ya, aku tidak nyaman pake baju ini." Meisya yang bersiap beranjak berdiri namun langsung di cegah oleh Edo.

"Siapa yang suruh kamu ganti baju, tidak.. aku mau kamu tetap pakai baju itu malam ini."

"Tapi ini terlalu terbuka, aku bisa kena angin duduk."

"Tenang saja malam ini kamu akan tetap hangat di pelukanku." Edo yang kembali meraih dagu Meisya sambil menatap liar ke arah dada Meisya yang terlihat sangat menonjol.

Meisya yang mendengar ucapan Edo bukannya merasa senang justru merasa jijik. "Apa tidak ada baju yang lebih tertutup dari pada ini? aku kedinginan."

"Sudah jangan banyak beralasan cepat naik dan duduk di atas ranjang."

"Ta.. tapi Do.."

"Kamu mau melawan ku?."

Meisya pun dengan terpaksa menuruti keinginan Edo, ia mulai beranjak naik ke atas ranjang tempat tidur dan bersandar pada ranjang. Ini menjadi pertama kalinya tubuhnya di lihat oleh Edo dengan sangat jelas. Meisya yang merasa malu mencoba menutup bagian dadanya dengan tangan.

"Singkirkan tangan mu." Perintah Edo yang kini masih berdiri di tempatnya.

"Aku tidak mau seperti ini.. jangan paksa aku.." ucap Meisya.

"Apa kamu tidak mau menurutiku.. baiklah, siap-siap saja keluargamu.."

"Baiklah.. " Meisya lagi-lagi dengan terpaksa menuruti keinginan Edo.

Dari jarak satu meter Edo melihat tubuh Meisya di dalam lingerie merah tersebut. Ini menjadi pertama kalinya buat Edo melihat tubuh Meisya selama satu tahun ini. Edo tidak menyangka jika Meisya bisa tampak cantik dan sangat seksi tidak beda dengan wanita-wanita yang selama ini ia tiduri. Edo yang tidak pernah merasa terpesona dan tertarik dengan Meisya, kali ini berbeda. Edo melihat Meisya seperti bukan Meisya biasanya. Edo yang melihat tubuh Meisya begitu mulus putih bersih seketika merasa tertarik.

"Kemana saja aku selama satu tahun ini, bagaimana bisa aku mengabaikan tubuh sebagus itu." Edo yang sedikit tersenyum sambil menatap tubuh Meisya.

Sebenarnya selama Edo meniduri wanita-wanita di luar sana ia tidak pernah merasakan cinta. Baginya itu hanya untuk bersenang-senang memuaskan nafsunya.

Edo merasa bagian sensitifnya kini mulai tegak kala melihat lekuk tubuh Meisya. Edo pun mulai beranjak naik ke atas ranjang mendekat ke arah Meisya.

Meisya yang melihat Edo mulai mendekat seketika semakin takut. "Di situ saja jangan ke sini-sini." ucap Meisya.

"Tenang saja Mei.. malam ini kamu hanya perlu diam, selebihnya biar aku yang bekerja." ucap Edo dengan tatapan nakal dan menjijikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!