Galas turun dari mobilnya, matanya memandang nanar pemandangan hujan lebat disertai angin kencang yang menggoyangkan pepohonan di sekitar rumahnya. Merapatkan jaket yang dikenakannya, Galas melangkah menuju ke dalam rumahnya sedikit berlari kecil.
Sudah hampir tengah malam sekarang. Ia sengaja mempercepat kunjungannya ke kampung halaman. Sesampainya di dalam rumah ia mendapati Jay sedang di ruang keluarga bersama Bi Hanah asyik mengobrol sambil sesekali tertawa.
"Nak Galas sudah pulang?" Bi Hanah menyambutnya dengan senyum hangat. Galas membalas dengan senyum kecil dan mendudukkan dirinya disamping Jay. Bukan hal aneh melihat Jay berada di rumahnya tengah malam begini, apalagi kalau bukan pertengkaran antara suami istri.
"Buatkan saya coklat hangat, Bi."
"Baik, sebentar ya." Wanita dengan tatanan rambut disanggul itu meninggalkan ruang tengah menuju arah dapur.
"Kenapa? Bertengkar lagi dengan Wina?"
"Begitulah ... pusing, mending gak usah menikahlah, serius." Jay terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
"Bukannya kamu yang sering menyuruhku cepat-cepat menikah?" sindir Galas tersenyum miring mendengar penuturan sahabatnya itu.
"Haha ... yah, setidaknya jangan sampai salah pilih mertua ...," sambungnya.
"Kenapa lagi mertuamu?" Galas merebahkan tubuhnya yang lelah setelah perjalanan panjang.
"Yah tingkahnya seperti OKB (Orang Kaya Baru) ..., memperlakukan art seenaknya, main pecat, setiap hari protes terus sudah kaya dia saja yang menggaji mereka," keluh Jay. Terlebih lagi yang membuatnya kesal Wina membiarkan saja tingkah ibunya yang menurutnya salah itu. Apalagi yang dipecat itu Bu Iroh, orang yang sudah mengasuhnya sejak masih bayi. Ia sengaja mengambil wanita tua itu dari rumah ibunya untuk ikut bersamanya. Tapi mertuanya malah seenak hati membuatnya kehilangan pekerjaan. Untung saja Jay mengetahuinya dan untuk sementara memperkerjakannya wanita tua itu kembali di rumah ibunya. Ia tahu perjuangan Bu Iroh yang harus bekerja keras menggantikan kewajiban sang suami yang menderita sakit lambung dan tidak bisa bekerja berat ataupun banyak berpikir.
"Sekarang mertuamu tinggal dirumahmu?"
"Ya begitulah, dia mau tinggal bersama kami, tapi aku tidak setuju, makanya Wina marah." Jay menunjukkan kebingungannya. Ia tak mempermasalahkan tinggal bersama mertua, jika saja mertuanya tidak suka berulah. Bahkan mertuanya membedakan makanan untuk tuan rumah dan pembantu. Sementara Jay inginnya, apa yang dimakan keluarganya juga dapat dinikmati oleh para pekerja di rumahnya.
"Sudahlah jangan dibahas, gimana pencarian jodoh kamu? Mau dilanjut?" Jay mengalihkan pembicaraan.
"Terserah," jawab Galas malas. Matanya terpejam tapi masih menjaga kesadarannya.
"Terserah gimana? Yang mau cari jodoh itu kamu Bambang," seloroh Jay namun tak mendapat tanggapan dari Galas.
"Woy, belum tidur, kan?" Jay menggoyang-goyangkan tubuh kekar Galas namun laki-laki itu masih tak bergeming.
"Ini cokelatnya Nak Galas." Bi Hanah meletakkan secangkir coklat hangat di atas meja bermaterialkan kaca disana.
"Terima kasih, Bi." Galas baru bangun setelah mendengar suara lembut Bi Hanah. Mengulurkan tangan kanannya untuk merasai harumnya coklat hangat yang menggoda.
Bi Hanah pamit meninggalkan ruangan untuk beristirahat di kamar karena sudah hampir lewat tengah malam. Ia takut esok bangun kesiangan.
"Kenapa nggak coba cari jodoh di kantor aja?" usul Jay.
"Iiish ... nggak." Galas menunjukkan ekspresi penolakan.
"Hei, coba dulu. Banyak kok karyawan-karyawan kita yang cantik-cantik." Jay belum menyerah.
"Kamu mau membuatku terlihat seperti tidak laku didepan karyawanku sendiri." Melirik kesal pada sahabatnya itu.
"Bukan gak laku, Las. Tapi kamu itu terlalu pemilih. Padahal di dekatmu ada bidadari cantik jelita, Memangnya kamu tidak tahu kenapa Tiara selama ini selalu mengikutimu, dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus saat itu tapi ia lebih memilih membantumu ...."
"Aku tidak akan menikah dengan seorang teman."
"Hei, jangan salah, banyak hubungan percintaan yang dimulai dari pertemanan," oceh Jay.
"Terserah kamu sajalah." Galas menghabiskan coklat hangatnya dan berlalu meninggalkan Jay begitu saja. Ia seperti tidak terlalu berminat lagi mencari calon istri sejak sebelum pulang kampung kemarin. Entah karena apa, ia memasrahkan jodohnya pada yang di atas.
"Astaga, sebenarnya siapa sih disini yang sedang mencari calon istri. Aku atau dia?" Jay menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pun akhirnya pergi beristirahat setelah menghabiskan satu batang rokok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurcahyani Nurr
Apakah ini sudah selesai direvisi thorr
2021-09-16
0
MUKAYAH SUGINO
Mertuanya aja ug dipecat 😀😀😀
2021-07-01
1
luluk
mertuanya jay yg semena2 sama art....pecat saja jay mertuamu....ganti mertua baru🤣🤣🤣
2020-12-13
1