Bab 4

"Mbak Ria, kamu kenapa?" tanya Gayung pada rekan kerjanya yang duduk tepat di belakangnya itu. Ria terlihat pucat dan tak sanggup menggerakkan pen ditangannya untuk menulis.

"Pusing ...," jawabnya lemah.

"Ya ampun, aku bilang sama Pak Santos dulu yah, biar diperiksain ke dokter. Mbak Ria pucat banget." Gayung terlihat khawatir dan tanpa menunggu jawaban ia segera menekan angka-angka pada telepon di depannya untuk menghubungkannya dengan Pak Santos.

"Halo, Pak."

"Iya." Suara Pak Santos terdengar diseberang sana.

"Ini Andara, Pak."

Gayung memang mengenalkan dirinya dengan nama Andara di kantor. Ia tidak percaya diri dengan nama depannya. Bahkan beberapa kali ia memprotes pada Bapaknya untuk mengganti namanya itu. Namun Bapak selalu tak menggubris permintaannya.

"Kenapa, An?"

"Itu Pak, mbak Ria sakit, pucat sekali mukanya."

"Oh, ya sudah. Nanti saya suruh Edi mengantarnya periksa ke dokter Burhan."

Dokter Burhan adalah dokter yang biasa menangani karyawan yang sakit di kantor ini.

"Makasih, Pak."

Gayung meletakkan kembali gagang telepon pada tempatnya lalu menghampiri Ria yang menelungkupkan wajahnya pada meja.

"Mbak, sabar ya, aku sudah bilang sama Pak Santos. Sebentar lagi Mas Edi kesini." Gayung mengelus lembut rambut panjang Ria dengan sayang.

"Makasih ya, An." Ria mencoba menegakkan badannya dengan susah payah.

"Kamu kenapa Ri?" Mbak Safa, kepala divisi Ria menghampiri.

"Mbak Ria lagi sakit Mbak. Aku sudah bilang sama Pak Santos tadi, sebentar lagi Mas Edi kesini." Gayung yang menjawab. "Maaf ya Mbak, aku nggak bilang dulu sama kamu langsung ke Pak Santosnya."

"Iya, nggak papa. Justru aku yang minta maaf, nggak perhatian sama anak buah sendiri. Lagi sibuk banget tadi ngurusin customer bawel." Mbak Safa bersungut-sungut.

Gayung membantu Ria merapikan meja kerjanya, sementara Ria melimpahkan pekerjaannya kepada kepala divisinya, Safa. Ria cukup banyak memegang customer penting, dan tentu saja harus ada yang menghandle mereka.

"Ria, semangat! Cepat sembuh ya!" Beberapa rekan yang lain menyemangati dari meja kerja mereka. Hari ini Bos mereka sedang pulang kampung, sehingga para karyawan tidak terlalu terlihat tegang seperti biasanya. Walaupun Bos jarang berpatroli ke ruangan mereka, tetap saja aura dinginnya menyebar ke seluruh penjuru kantor.

"Mbak Ria, foto dulu," bisik Gayung mengajak Ria foto Selvi dari meja kerjanya.

Cekrek!

Gayung tersenyum puas tanpa mempedulikan Ria yang semakin manyun. Bisa dibayangkan betapa pucat dan kusutnya wajahnya sekarang. Sementara Gayung malah mengajaknya berfoto. Entah apa yang ada di kepala anak itu, begitu pikir Ria.

Send. Gayung mengirim pesan singkat ke bapaknya.

[ Bapak, kirimin doa buat temanku biar cepat sembuh. Dia lagi masuk angin, namanya Riana, sama fotonya sekalian ya Pak. Jangan lupa yahhhh ... I love youuu ... ]

"Ehhh, malah main HP, kerja-kerja-kerja." Jio mengacak-acak rambut ikal Gayung yang tampak lebih lurus hari ini, gemas. Laki-laki jangkung bertubuh kurus itu adalah kepala divisi Gayung yang baik hati serta humoris.

"Hehe ... maaf Kakaaaakk," ucap Gayung centil lalu memasukkan kembali ponsel pribadinya kedalam laci.

"Orderan kamu ada yang sudah selesai belum?"

"Iya sebentar lagi, Mas. Sabar yah."

"Jangan lupa yah, cari supplier yang harganya paling murah tapi kualitasnya harus bagus."

"Siap, Bos." Gayung mengiyakan saja, meski mendumel juga dalam hati. Setahunyan, bukannya ada harga ada kualitas. Ini ... sudah cari yang murah, maunya barangnya bagus pula. Ya salam ...

"Jangan siap-siap aja." Seperti biasa Jio selalu mencari kesempatan untuk kontak fisik dengan Gayung. Entah mengacak rambut, menyenggol lengannya, menyentuh pundaknya atau yang lainnya tapi masih dalam batas wajar.

"Iya iya. Sanalah Mas Jio aku mau kerja." Gayung mengusir halus, ia kesulitan berkonsentrasi jika pekerjaannya diawasi.

"An, kamu sudah punya pacar belum, sih?" Tangannya kembali memainkan rambut ikal Gayung, membuat gadis itu menepis pergerakan kepala divisinya yang terkenal playboy tak laku itu.

"Kepo, deh."

"Serius, nih."

"Sudah dong," jawab Gayung bangga dengan senyum merekah bagai sinar mentari pagi.

"Siapa?"

"Ini." Gayung menggerakkan mouse ditangan kanannya, menampilkan wajah Kim Jae Wook yang menjadi wallpaper laptop kerjanya. Matanya berbinar penuh cinta memandang sosok tampan dihadapannya itu.

"Astaga, anak buatku pada halu semua ya ternyata." Jio menggeleng-gelengkan kepala seraya melirik Sasya, anak buahnya yang sering mengaku sebagai istrinya Park seo joon. Ck ck ck ...

"Woy kerja! Kerja! Godain cewek melulu, nih," seru Safa dari kursinya.

"Iya, Safa sayang. Ini juga lagi ngajarin Andara, kok," elak Jio santai, mengerling nakal ke mama muda gendut yang duduk di barisan belakang itu.

"Andara sudah pinter kali, nggak perlu diajarin tiap hari juga," sindir Safa.

"Iya, modus nih Mas Jio." Anak buah Safa mulai menyoraki. Suasana sedikit riuh namun masih terkendali. Jio hanya cengengesan mendapat bulian dari mereka. Justru ia merasa bangga telah menimbulkan kegaduhan di ruangan ini. Memang seaneh itulah makhluk Tuhan satu ini.

"Please, kasihanilah aku teman-teman. Sudah lama nih menyandang status jomblo," ujarnya memasang wajah memelas.

"Jangan mau Andara, Jio mah gebetannya banyak," lanjut Safa. Gayung hanya cekikikan di tempatnya. Ia sudah terbiasa melihat kepala divisinya yang berwajah konyol itu selalu happy meskipun menjadi bahan ledekan karyawan yang lain. Malah ia terlihat senang dan bersemangat menanggapi setiap celaan mereka.

Tak lama Edi melongok dari balik pintu kaca, memberikan isyarat pada Ria untuk mengikutinya. Gayung hendak membantu mengantar Ria keluar tapi Jio menghalangi.

"Biar aku saja, An." Jio menuntun Ria tanpa diminta. Biasanya gadis manis itu akan menolak mentah-mentah bantuan apapun yang diberikan Jio kepadanya. Namun kondisinya yang lemah tak memungkinkannya melakukan itu. Ia pasrah saat Jio membantunya keluar ruangan menuju mobil kantor yang akan mengantarkannya ke dokter bersama Edi.

Sorakan anak-anak mengiringi langkah mereka. Dan dengan penuh percaya diri, Jio melambaikan tangannya bak artis yang menenangkan fansnya.

"Oh my God. Mas Jio ... Mas Jio ...." Gayung menggelengkan kepalanya. Bukan karena kecewa, hanya sedikit heran melihat kelakuan kepala divisinya itu. Baru saja laki-laki itu mendekatinya, dalam hitungan menit sudah berganti haluan mencari kesempatan dalam kesempitan dengan wanita lain.

Gayung kembali membuka laci mejanya, mengecek apakah ada balasan atau tidak dari bapaknya. Mata beningnya berbinar senang saat mendapati pesan masuk dilayar datar itu.

[Ya ampun, Nduk. Kalau cuma masuk angin mbok ya ke dokter aja, nanti juga sembuh. Bapak lagi ada tamu ]

[Ih, Bapak mah ... Gayung kasihan lihatnya, pleaseee Papiiii ... ]

[ Iya, Iya, nanti tapi ya Nduk]

[ Makasihh Bapakku yang baik hati ]

Gayung mendorong laci di depannya, kembali fokus pada pekerjaannya. Tak lupa berdoa dalam hati untuk kesembuhan rekan kerjanya.

BERSAMBUNG ...

JANGAN LUPA

LIKE

KOMEN

VOTE

🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

mama yuhu

mama yuhu

keren gayung bersambut 😂😂🤣🤪👍🏽

2022-11-20

1

MUKAYAH SUGINO

MUKAYAH SUGINO

Makin seru 😁😁😁😁

2021-07-01

1

Asma Susanty

Asma Susanty

ngobatinnya jarak jauh ni bpknya gayung....hebat..👍

2021-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!