Aku sedang menikmati makan malam ku tanpa di temani Fadhil.
"Gak biasanya kak fadhil jam segini belum pulang" Benakku sambil sesekali melirik ke arah jam dinding yang sedari tadi tak henti berdetak memecahkan keheningan.
Tak lama berselang. Terdengar suara mobil Fadhil.
Dengan kegirangan aku menuju ke pintu, berniat membukakan pintu menyambut kepulangan Fadhil.
Saat ku bukakan pintu, Fadhil sudah berdiri didepan pintu dengan sebuah koper di tangannya. Aku menoleh kesamping Fadhil dan dikagetkan oleh wanita berambut pirang sebahu. Dengan pakaian yang super sexy. Aku sedikit mengerutkan kening tanda tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat.
Fadhil yang menyadari ke-penasaran-an ku langsung mengajak wanita itu untuk masuk. Dan menarik tanganku, mengajakku untuk juga ikut masuk.
Kami duduk diruang tamu. Dan Fadhil mulai menjelaskan.
"Kenalin Nat. Ini Shella." Ucap Fadhil memperkenalkan, tentu saja aku sudah tau kalau itu shella. Aku sudah sering melihat fotonya yang terpajang di wallpaper handphone Fadhil. Yang menjadi pertanyaanku, untuk apa dia malam-malam datang kesini dengan bawa koper segala. Seperti tahu akan pertanyaan ku Fadhil melanjutkan penjelasannya.
"Jadi untuk sementara Shella akan tinggal disini Nat sampai dia memuin rumah yang cocok untuk dia."
"APA !" Ucapku kaget . "Sorry sorry .. emm ii iiyaaa gak apa-apa. Lagian kan ini rumah Kak Fadhil. Jadi terserah Kak Fadhil mau izinin siapa aja yang mau tinggal disini" Aku melanjutkan ucapanku.
Walaupun sangat berat untuk meng-iya-kan pernyataan Fadhil tersebut. Sambil melirik wanita itu yang masih terdiam sambil tersenyum tipis saat mata kami saling bertatap.
Kesan pertama yang aku dapat. Aku tidak suka dengan gadis ini.
"Dan dia akan jadi asisten aku di kantor." Lanjut Fadhil. Aku mengerutkan kening sambil melotot ke arah Fadhil. Seakan tak percaya dengan ucapan dia barusan.
Sejak kapan dia merencanakan semua ini. Dan kenapa dia tidak berkompromi dulu dengan ku tentang hal ini sebelum membawa gadis ini pulang dan juga sampai memberikan dia pekerjaan dengan jabatan yang cukup mengagetkan ku.
Sugguh ! Aku sangat kecewa dengan tindakannya kali ini.
Namun mau tidak mau aku harus terima dengan kenyataan itu. Berbagi rumah dan suami dengan orang lain.
walaupun aku tak begitu yakin. Siapa yang lebih berhak atas Fadhil.
Aku kah istri sah nya yang tak dicintainya. Atau wanita yang dicintainya, walau tanpa ada status pernikahan.
***
Aku memulai hari ku yang mulai terasa berat.
Tanpa semangat, aku melakukan aktivitas ku seperti biasa. Shalat subuh dan lanjut mempersiapkan sarapan untuk Fadhil dan sekarang bertambah untuk seseorang yang tidak aku harapkan.
"Sabar Nat sabarrrr." Kalimat peguat untuk diriku sendiri sambil mengelus-ngelus dada.
Saat menuruni tangga menuju dapur ku lirik pintu kamar tamu yang ditempati Shella masih tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Pasti masih tidur. Fikirku !
Dan ...
Alangkah kagetnya aku saat mendapati Fadhil sedang sibuk menyiapkan sarapan didapur, hal yang selama 6 bulan menikah belum sekalipun terjadi kecuali saat makan malam.
"Kakak ngapain ?" Tanyaku basa basi walaupun sebenarnya sudah tau dia sedang menyiapkan sarapan.
"Shella gak biasa makan nasi goreng pagi-pagi, jadi kakak buatin roti bakar untuk dia." Ucapnya sambil tersenyum penuh semangat.
"Ciee ciee demi sang kekasihhhh." Aku menggodanya walau sebenarnya makan hati. Fadhil hanya tersipu malu.
Lalu aku bergegas membantu Fadhil menyiapkan sarapan.
Fadhil berangkat kekantor bersama shella. Sedangkan aku, seperti biasa, berangkat seorang diri.
Dikantor aku langsung diserbu dengan pertanyaan bertubi-tubi dari Bella yang melihat Fadhil kekantor bersama Shella dan lalu sama-sama memasuki ruangan kerja Fadhil.
Setelah Bella tenang aku mencoba menceritakan apa yang sedang terjadi.
Bella terdiam dengan alis berkerut dan mulut menganga tak percaya dengan apa yang baru saja aku ceritakan.
"What the ****." Bella mengutuk dengan emosi. Tentu saja, dia tau persis seperti apa perasaan ku terhadap Fadhil.
Aku hanya menaikkan kedua bahuku, menyiratkan "Entahlahhhh"
Aku harus terbiasa melihat kemesraan Fadhil dengan Shella. Dirumah mau pun dikantor.
Aku memang sudah mempersiapkan diri kalau-kalau Shella akan muncul didalam kehidupan pernikahan kami. Karena cepat atau lambat ini pasti akan terjadi.
Namun sama sekali Aku tidak menyangka kalau rasanya akan sesakit ini.
Mereka terlampau mesra, mungkin karena sudah pernah sama-sama hidup diluar negeri. Jadi mereka lebih memilih gaya berpacaran orang-orang diluar negeri yang terbilang cukup intim.
Semakin hari, sikap Fadhil terhadapku semakin berubah.
Tak sama seperti dulu lagi.
Fadhil yang dulu selalu ada waktu untuk ku kini lebih sibuk bersama Shella.
Dirumah pun, begitu sulit mendapatkan waktunya walau hanya sekedar untuk berbicara.
Dan kini, aku lebih sering menghabiskan waktu ku didalam kamar.
Aku dan Fadhil semakin jauh, seperti ada jarak di antara kami. Mungkin demi menghargai perasaan shella, jadi Fadhil tidak lagi terlalu dekat denganku.
Aku mencoba untuk menerima semua itu.
Waktu terus berlalu.
Aku semakin lelah dengan kehidupan pernikahanku. Beberapa kali aku curhat dengan Bella, mengutarakan niat ku untuk berpisah dengan Fadhil. Dan mengakhiri pernikahan kontrak ini.
Namun Bella selalu menyemangati aku untuk bangkit, lagi dan lagi.
Kalimat yang selalu aku ingat. "Kamu akan benar-benar kehilangan Kak Fadhil kalau mengakhiri pernikahan kontrak ini. Walaupun hanya pernikahan kontrak, paling tidak status kalian suami istri. Jika kamu mengakhirinya. Maka Shella akan menang."
Aku bimbang, dari semula Fadhil memang bukan milikku. Namun karena keserakahanku untuk memilikinya, kini aku harus menanggung rasa sakit ini.
***
Aku mendapat kan sebuah pekerjaan untuk menghandle sebuah proyek besar.
Dan aku sedikit bersyukur dengan kesibukkan ku itu karena sedikit banyaknya dapat menghilangkan rasa gundah didalam hatiku.
Dan tanpa kusadari. Hari semakin hari aku semakin dekat dengan seorang investor dalam proyek tersebut.
Dia sering berkunjung kekantor dengan alasan membahas pekerjaan. Yang ujung-ujungnya berakhir dengan makan siang bersama.
Dan begitupun dengan hari ini.
Kami sedang makan dikantin kantor. Saat sedang mengobrol dengannya, pandangan ku teralihkan kepada sosok yang sedari tadi terus memandangi kami.
Ya, itu Fadhil. Tak jauh dari meja kami dia juga sedang makan bersama Shella dengan posisi menghadap kearahku dan Shella yang membelakangiku.
Aku melempar senyuman padanya tanda menyapa. Namun tak digubris oleh nya.
Dia masih memasang wajah cemberutnya.
"Ah mungkin lagi ada masalah dengan Shella." Fikirku.
.
.
.
.
.
.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Erna Yunita
Aq rasa fadhil belum menyadari arti perhatian dan ke khawatiran dia ke istrinya.....awas....jangan sampai terlambat
2021-04-29
2
Melati
wuisshhh mulai
2020-10-11
0
syah
shella oh shella
2020-10-10
0