Tempat yang di tuju Maharani adalah sebuah bukit yang dapat melihat pemandangan laut dan keindahan kota.
Tempat ini adalah tempat dimana dia selalu menumpahkan segala sesuatu yang mengganjal pikirannya. Tempat yang selalu menjadi saksi bisu untuk semua masalahnya. Tempat yang selalu memberi dia kekuatan.
Mobil hitam itu memasuki area bukit itu dan Maharani langsung turun.
"Terimakasih pak, Bapak langsung pulang saja. Nanti saya akan info bapak" ucap Maharani sambil berlalu pergi
"Apa Nona tidak apa-apa sendirian di sini? ucap pemuda itu kuatir
"Tidak apa-apa. Dan oh tolong info Danil untuk mengurus pengumuman apa untuk ujian besok, saya tidak menunggu jam pulang tadi" ucap Maharani melanjutkan perjalanannya.
Hanya dia sendiri yang berada di bukit itu memberi dia leluasa untuk mencurahkan semua isi hatinya.
"Memang kau tempat terbaik untuk mengeluarkan seluruh keluh kesah ku. Mungkin kau bosan mendengar setiap keluhan ku tapi tetap saya mengucapkan terimakasih." ucap Maharani sambil menerawang
"Hanya kau tempat yang cocok untuk ku berkeluh kesah". lanjutnya lagi
Maharani berbaring di tempat itu tanpa alas, dia memejamkan mata sambil menghirup udara itu dengan bebas. Mengeluarkan semua yang menjadi keluh kesahnya.
"Tuhan berikan saya kekuatan untuk mampu menghadapi kelamnya dunia"
"Ijinkan saya untuk melewati hari-hari ku dengan kebahagiaan". ucap Maharani dalam hati.
Di lain tempat, Pemuda yang mengantar Maharani tadi cemas karena Nona nya itu belum menghubungi dia untuk menjemputnya.
"Apa Nona baik-baik saja? kenapa Nona belum menghubungi saya? gumam pemuda itu mondar-mandir dan mengotak-atik hp nya.
Dia menghubungi Nonanya untuk memastikan apakah bisa di jemput atau belum? tapi nomor yang di tuju tidak masuk membuat dia tambah kuatir.
"Kenapa hp nya Nona Maharani tidak aktif? apa aku langsung ke sana saja ya? ucap Pemuda itu masih bergumul dengan pikirannya sendiri.
"Ah saya mengecek langsung saja" ucapnya memutuskan untuk mendatangi tempat itu.
Dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi karena dia benar-benar kuatir dengan Nona Muda nya itu.
Dia hanya menempuh perjalanan dua puluh menit yang seharusnya ia tempuh satu jam.
Dia langsung menuju tempat yang biasa nonanya mengeluarkan keluh kesahnya.
Dan di sana dia bisa melihat Nonanya tengah berbaring di atas rumput tanpa alas.
Dia langsung menghampiri ternyata Nonanya itu tertidur pulas.
"Nona, Nona bangun" ucap Pemuda itu sambil menepuk pelan pipi Nonanya itu.
Merasakan pipinya di Sentuh Maharani membuka matanya perlahan dan terpampanglah wajah tampan yang menatapnya kuatir.
"Nona, nona tidak apa-apa? ucap pemuda itu masih dengan raut wajah kuatir.
"Ahh saya tidak apa-apa pak" ucap Maharani dengan memegang kepalanya yang agak pusing.
Setelah rasa pusingnya hilang, Maharani bangkit berdiri dan berjalan menuju mobil yang sudah di parkir rapi.
Pemuda itu berjalan cepat membuka pintu untuk Nonanya itu.
"Pak kita singgah di restoran yang biasa saya kunjungi" ucap Maharani
"Baik Nona'" ucap pemuda itu mengambil jalur yang menuju ke arah restoran itu.
Dua puluh menit mereka menempuh perjalanan untuk mencapai lokasi restoran itu. Sebuah restoran yang menyajikan makanan Asia - Eropa. Sebuah bangunan yang berlantai dua.
Maharani selalu menempati meja yang menghadap langsung ke laut. Seperti sekarang ini dia duduk menghadap laut.
Pemuda tadi yang menjadi sopir dan sekaligus pengawalnya duduk di meja lain untuk mengawasi Nona Muda nya itu.
Maharani kini sudah berada di depan pintu gerbang masuk rumah keluarganya, dia sudah turun dari mobil dua ratus meter dari rumahnya. Dia tidak mau Keluarganya mengetahui kalau dia turun dari mobil yang bukan milik keluarga Gerald.
Dia memasuki rumahnya dengan langkah tenang datar dan dingin. Moodnya hari ini kurang bagus.
Rumah hari ini sepi semua keluarganya masih sibuk bekerja hanya para pengawal dan pelayan yang ada di rumah.
Pelayan yang melihat Nona Muda bungsu nya pulang menawarkan minuman
"Nona mau di buatkan minuman? tanya pelayan itu
"Terimakasih bibi, tidak usah saya mau langsung ke kamar untuk beristirahat" ucap Maharani berlalu pergi tidak ada senyum manis dan bahagia lagi yang terpancar di wajahnya.
Pelayan yang melihat Nona Muda bungsu nya itu seperti orang yang tidak berselera merasa kasihan, Nona Muda yang selalu memancarkan senyum manis dan ceria kini telah hilang dari wajah cantik itu. Senyum yang selalu memancarkan kehangatan kini hilang sejak tadi pagi ketika mendengar kabar perjodohan.
*****
Kini ujian untuk mata pelajaran yang terakhir telah selesai. Waktu terasa cepat untuk Maharani berarti dua hari lagi pernikahan perjodohan itu akan terlaksana.
Dua hari yang telah di tunggu untuk kedua keluarga itu telah tiba. Maharani yang di rias cantik merenungi nasibnya. Apakah ini keputusan tepat yang dia ambil? dia tidak boleh lemah, dia harus kuat untuk impiannya mendapatkan perhatian dari orang yang di kasihi nya.
Kakak perempuan dan ibunya memasuki kamar tempat dia di hias. Mereka datang dengan wajah sumringah, mereka bahagia akhirnya perusahaan mereka akan bertambah jaya setelah Saudari/anak mereka menikahi seorang pengusaha muda pewaris tunggal tahta perusahaan Whiteley.
"Terimakasih ya karena kamu sudah mau mengganti posisi kakakmu" ucap mamanya menatap Maharani dengan tatapan tulus.
Maharani tertegun, ada rasa senang sedih, kecewa yang dia rasakan, dia senang karena mamanya mau menatapnya dan mengucapkan terimakasih dengan tatapan tulus, dia sedih karena baru sekarang setelah dia mengikuti kemauan mereka mengucapkan terimakasih, dia kecewa karena mamanya mengucapkan terimakasih setelah mengganti posisi kakaknya.
Tapi semua rasa itu dia pendam dalam hatinya yang paling dalam. Dia berusaha terlihat bahagia dan ceria, dia tersenyum dengan sangat baik yang walaupun hatinya sakit.
"Tidak apa-apa kok ma" ucap Maharani sambil tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Ya sudah kami keluar. Bersiaplah sebentar lagi papa akan menjemput kemari" ucap nyonya Gerald berlalu pergi bersama Wendy. Maharani hanya mengangguk menatap punggung kedua orang yang dia sayangi menjauh.
Dia memukul pelan dadanya yang terasa sangat sesak.
"Tuhan mampukan lah saya menghadapi cobaan ini. Semoga yang menjadi suami hamba adalah orang yang mau menerima saya apa adanya. Karena pernikahan yang tidak berlandaskan kasih dan cinta belum tentu berjalan lancar" doa Maharani dalam hati menguatkan tekadnya untuk mendapatkan kasih dan perhatian dari keluarganya.
Dia terus bergumul dengan pikirannya sendiri dan membiarkan para perias yang di sewa oleh keluarganya merias dirinya.
Para perias sibuk merias pengantin wanita dengan sangat hati-hati dan juga natural tidak terlalu mencolok agar kecantikan alami Maharani tidak hilang. Biar tidak di rias pun Maharani tetap akan cantik karena dia termasuk gadis yang kecantikannya tergolong langka.
"Wah mbak Cantik sekali" ucap para perias ketika mereka selesai merias Maharani.
"Terimakasih" ucap Maharani
Di tempat pengantin pria juga berlaku hal yang sama. Dia sangat tampan dengan balutan jas warna putih menambah kesan elegan dan wibawa.
Jangan lupa klik like dan Vote ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Rozh
Pagi Thor👋
semangat terus ya dalam menulisnya💪semoga ide-ide selalu mengalir 👍
Mampir juga ya untuk saling dukung di novelku " suami dadakan"
salam dari kisah danau hijau buatan kakek
2020-09-01
2