Awal Perjuangan dan penderitaan Maharani

Hari yang di tunggu oleh seluruh siswa kelas tiga telah tiba. Ujian yang menentukan mereka berhasil untuk masuk ke universitas terkenal yang menjadi incaran mahasiswa baru.

Semua siswa bersemangat untuk menyambut ujian ini tapi tidak dengan Maharani. Dia yang awalnya bersemangat untuk menyelesaikan ujian dengan cepat harus terpupus ketika mendengar kabar tadi pagi sebelum dia berangkat sekolah untuk menghadapi ujian bahwa dia akan di jodohkan.

A few minutes a go

"Maharani kau harus menerima perjodohan ini tanpa penolakan' ucap Tuan Gerald di meja makan setelah mereka berkumpul semua untuk sarapan.

Maharani yang sedang mengambil sarapan harus berhenti ketika mendengar kata perjodohan keluar dari mulut orang yang sangat dia hargai.

"Pa Maharani masih sekolah dan baru mau menghadapi ujian akhir. Tidak mungkin Maharani menikah" ucap Maharani membela diri

"Siapa bilang kau akan menikah sekarang? Kau akan menikah ketika kau sudah menyelesaikan ujian akhir ini. Dan Kau tidak di beri kesempatan untuk menolak" ucap tuan Gerald tegas

"Tapi pa Maharani masih ingin sekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. " ucap Maharani memberi pendapat

" Tidak perlu, yang akan menjadi calon suamimu adalah pengusaha sukses dan kalau kalian akan menikah perusahaan Gerald akan maju". ucap santai Tuan Gerald tanpa memperhatikan raut wajah Maharani yang berubah.

"Kenapa harus Maharani yang menikah pa? ada kak Wendy juga" ucap Zhang Wei menahan sakit

"Kakakmu itu model terkenal dan Kau juga baru akan tamat dari sekolah jadi kau yang belum mempunyai pekerjaan saja yang menikah'" ucap Tuan Gerald lagi

" Pa, Maharani juga punya cita-cita. Maharani juga ingin mewujudkan cita-cita itu. Kenapa papa tega menghancurkan harapan Maharani pa? kenapa?" ucap Maharani menahan gejolak hatinya yang sakit

"Karena hanya Kau yang bisa membantu membangkitkan perusahaan keluarga kita"" ucap Tuan Gerald kokoh pada pendiriannya.

"Oh jadi sekarang papa membutuhkan bantuan Maharani, menjadikan Maharani sebagai alat jaminan untuk kemakmuran perusahaan begitu? ucap Maharani dengan emosi yang tertahan

"Sebegitu tidak berharga kah Maharani di mata papa? sebegitu tidak bergunanya Maharani untuk papa? ucap Maharani dengan dada naik turun

"DIAM!! " Teriak Tuan Gerald

"Papa tidak mau mendengar apapun alasanmu. Perjodohan akan tetap di laksanakan" ucap Tuan Gerald tanpa mau mendengar pembelaan dari Maharani.

Dia langsung bangkit berdiri dari meja makan dan berangkat kerja. Begitu juga dengan Maharani langsung menyambar tasnya berangkat ke sekolah tanpa sarapan meninggalkan tiga orang yang sibuk menikmati sarapannya tanpa menghiraukan perasaan Maharani.

Hati Maharani sungguh hancur, dia sudah berusaha mencari perhatian dari keluarganya, mehanan semua siksaan hanya untuk mendapatkan perhatian. Sekarang dia di butuhkan hanya untuk menjadi alat jaminan kemakmuran perusahaan Gerald group.

Dia mau marah? tapi dia tidak bisa marah, kasih sayangnya kepada mereka terlalu besar mematahkan segala emosi yang dia miliki.

Dia hanya marah terhadap dirinya yang di lema, dia tidak mempunyai kekuatan untuk membantah. Sekarang dia hanya pasrah untuk menerima perjodohan ini. Kalau melalui perjodohan ini dia bisa mendapatkan perhatian dari mereka, dia akan coba menerimanya dengan lapang dada.

******

Di sekolah ujian sudah di mulai, Maharani tidak fokus dengan soal ujian yang dia terima pikirannya masih mengingat kejadian tadi pagi.

"Ayolah Maharani kau harus bisa membuang jauh-jauh pikiranmu" ucap Maharani menghirup dalam udara dan menghembuskan perlahan.

Dia melakukan selama beberapa kali, setelah pikirannya tenang, baru dia mulai mengerjakan soal itu.

Ternyata soal yang kelihatan sulit tadi ketika pikirannya berkecamuk, sekarang seperti soal ujian untuk anak sekolah dasar. Bagi dia memang yang mempunyai IQ di atas rata-rata tapi tidak dengan teman-teman yang lain.

Dia mengerjakan soal itu tidak sampai setengah jam. Dia memeriksa ulang dari awal sampai nomor terakhir beberapa kali untuk memastikan jawabannya tidak ada yang salah.

Setelah yakin dengan jawabannya, dia keluar dari ruangan ujian menuju kantin. Para guru sudah mengetahui akan kepintaran Maharani jadi mereka tidak terkejut atau heran ketika dia sudah menyelesaikan soal-soal ujian itu dengan cepat.

Maharani menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo karena memang dia tidak sarapan tadi pagi dan tidak menyiapkan sereal di tasnya.

Dia memesan kopi susu dan roti lapis, Maharani tidak terlalu suka makan, dia makan hanya untuk menutupi perut keroncongannya.

Selang beberapa menit makanan yang dia pesan akhirnya datang, langsung saja dia sambar memakan habis roti lapis itu dengan dua kali kunyah. Setelah roti lapis itu habis dia beralih ke kopi susunya. Kali ini dia tidak minum seperti memakan roti lapis tadi, dia menikmati rasa kopi kesukaannya ini.

Memang kopi yang bisa membuat pikirannya agak tenang.

Kopinya hampir setengah baru ada teman-teman yang lain datang ke kantin untuk mengisi energi. Maharani tetap tenang menikmati kopinya tanpa menghiraukan obrolan teman-temannya mengenai soal ujian.

Mereka banyak menceritakan tentang kesulitan soal ujian.

Setelah selesai dengan minumannya Maharani beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kasir untuk membayar makanan dan minuman yang dia pesan.

Dia tidak langsung kembali ke kelas tapi dia beralih ke arah rooftop. Di rooftop terdapat beberapa murid laki-laki nakal yang merokok.

Maharani tidak mempedulikan keberadaan mereka. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Mau mereka merokok? atau minum alkohol kek dia tidak peduli. Para berandalan itu yang melihat keberadaannya merasa heran pasalnya murid yang menjadi teladan bagi semua murid itu tidak pernah berkunjung ke rooftop. Tumben hari ini dia berada di rooftop apakah soal ujian itu membebaninya juga? itulah yang ada di benak mereka.

Maharani memeriksa hp karena terdapat pesan yang baru masuk. Entah apa isi pesan itu cukup membuat Maharani menarik nafas panjang.

Setelah mendapat notifikasi itu Maharani kembali ke kelas dia tidak berselera lagi untuk menghirup udara segar di rooftop.

Tepat ketika dia sampai ke kelas, bel berbunyi kembali tanda istirahat telah berakhir. Semua murid yang berada di di luar ruangan telah beralih masuk ke kelas kembali.

Mereka akan mengikuti mata pelajaran yang kedua.

Seperti pelajaran sebelumnya, Maharani menyelesaikan ujian dengan belasan menit saja.

Dia keluar dari kelas langsung menuju halaman depan sekolah, dia akan pulang sedu, tanpa mendengar pengumuman untuk ujian hari berikutnya biar orangnya saja yang mengurus nanti.

Dia tidak ada mood untuk berada lama di sekolah, dia mau pergi ke suatu tempat untuk menghilangkan rasa stress yang ada.

Tidak lama kemudian sebuah mobil hitam berdiri tepat di hadapannya, seorang lelaki tampan keluar dari mobil itu.

"Selamat siang Nona. Maafkan saya Nona membuat Nona menunggu lama" ucap pemuda itu sambil membuka pintu untuk Maharani.

"Tidak apa-apa pak. Saya juga baru keluar tadi dari ruang kelas." ucap Maharani sambil masuk ke dalam mobil.

Setelah Maharani masuk pemuda itu menutup pintu mobil dan beralih ke arah kursi kemudi.

"Mau pulang langsung ke rumah Nona? tanya pemuda itu setelah duduk di kursi

"Tidak pak. Bawa Saya ke tempat biasa" ucap Maharani.

Melihat Nona nya yang seperti banyak kepikiran, pemuda itu langsung menuju tempat yang biasa nonanya kunjungi.

Jangan lupa klik like dan Vote kakak ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!