Tantangan

Sepasang suami istri begitu terlihat bahagia melihat ketiga anaknya, mereka sedang asyik bermain kejar-kejaran, di tambah lagi wajahnya yang pada belepotan kecuali Aqil.

"Andaikan kita melihat ini sejak dari dulu ya.. bi, umi pasti sangat bahagia."Ucap istrinya.

" Iyaa mi, semoga mereka selalu bahagia."

"Aamiin."

"Abi! Tolong! "Teriak anak bungsunya sambil berlari menghampiri suami istri itu dan bersembunyi di belakang abinya, yang tak lain Kyai Fatih "Aqil dikejar Mas Afif dan Mas Agam." Lanjutnya.

"Salah Dek Aqil sendiri bi, dia ngejek Afif karena nggak bisa jawab soal mas Agam, giliran dia, Afif kasih soal malah kabur duluan." Bela Afif tak mau kalah " Nih liat bi! ini semua Aqil yang kasih bedaknya. Ya kan Mas?" Afif menunjukkan bedak paling tebal di wajahnya, sedangkan Agam hanya mengangguk.

"Fif, mas ke atas dulu ya. Mau bersihin muka mas." Ucapnya pada adik pertamanya.

"Kan mainnya belum selesai?" Protes Aqil.

"Besok di lanjut lagi." Agam langsung pergi, ia tak menghiraukan Kyai Fatih yang sedang menatapnya sejak awal.

Selama tiga hari disini, Agam belum pernah merasakan berkumpul bersama keluarganya, dirinya selalu menghindar setiap di panggil adiknya untuk berkumpul bareng di ruang keluarga.

Sebenarnya Agam merindukan sosok abinya yang dulu, yang selalu memeluknya memberikan semangat kepadanya dan tak pernah membiarkan dirinya menangis.

Umi Agam rindu, kenapa umi tinggalkan Agam sendirian di sini. Kenapa pula kakek menyuruh Agam kembali ke rumah ini lagi.

Agam memejamkan matanya menelusuri setiap kenangan indah masa kecilnya yang masih tersimpan di memori ingatannya.

*Saat peringkat pertama di sekolah barunya,

"Umi Agam peringkat satu!"Teriaknya dari pintu depan rumah.

"Waaahhh anak ini pandai ternyata." Puji uminya.

"Jadi hanya umi saja nih yang di peluk?" Sahut ayahnya yang datang sambil membawa hadiah "Ayah bawa hadiah looo.."

Rayunya.

"Agam sayang Abi." Gantian berlari memeluk ayahnya*.

"*Abi juga sayang Agam, kamu akan selalu menjadi kebanggaan Abi."

Saat dirinya jatuh dari sepedah Abinya yang memberikan semangat agar terus berlari bahkan rela membelajarinya hingga ikut jatuh bersamanya karena remnya tidak ampuh.

Tapi*...

Cklek.

"Abi?" Agam langsung bangun menyadari siapa yang membuka pintu kamarnya.

"Agam, Abi.."

"Maaf bi, jika tidak ada yang ingin dibicarakan Agam ingin istirahat." Karena Abinya lama menjawab Agam langsung menutup pintunya pelan.

"Abi minta maaf."Dari luar ia mendengar suara Abinya yang sedang menahan sesak tangis yang di simpan dalam hatinya.

................

"Tuutt..ttuuuttt....naik kereta api." Sebenarnya Almira malu bernyanyi dengan suara cemprengnya, apalagi ada Kyai Fatih bersama istrinya tak jauh dari tempat bermainnya bersama anak-anak mereka.

"Mas Agaamm...!!" Aqil dan Afif langsung lari memeluk kakaknya yang baru datang entah dari mana.

"Eh dedeknya Mas Agam pada main apa?" Meskipun Agam terlihat capek namun ia tetap melayani adik-adiknya yang manja.

" Nyanyi lagu anak-anak mas, tadi Mbak Al yang nyanyiin." Jawab Afif.

"Ya mas, nyanyi keleta api." Sahut Aqil yang semakin hari semakin membuat Agam gemes.

"Waaoo Mbak Al ternyata bisa nyanyi juga." Ucapp Agam sambil menatap Almira dengan tatapan mengejek.

"Hhhh... sedikit Gus." Jawabnya sehalus mungkin, itu aja yang gue apalin semalam.

"Gimana kalo kita tantang Mbak Al? Pasti bakal nambah seru nih." Rasa lelahnya seketika hilang berganti dengan keusilan yang ingin di hadiahkan kepada wanita di depannya itu.

"Ya , pasti tambah seru ya mas?" Tambah Afif.

Nih kecil sama aja kayak kakaknya.

" Anu.. Mbak Al mau ke kamar mandi dulu, sebenter kok." Ucapnya sambil akting kebelet buang air kecil biar mereka percaya.

" Tapi Aqil liat Mbak Al baru saja dari kamar mandi." Ketahuan deh kalo bohong, kali ini dirinya terpaksa menerima tantangan dari para gusnya.

Agam mulai membisikkan rencana ide jailnya kepada kedua adiknya. Al mulai curiga karena setelah mendengar bisikan Agam mereka sangat bersemangat.

Cobaan apalagi ini ya Allah. Sial amat nasib gue tiap ketemu dia.

" Tantangannya adalah.." Ucap Afif sengaja terpotong agar membuat Al semakin penasaran. "Mbak Al harus nyanyi buat kita di depan Abi dan umi." Ucap si kecil.

"Hah?? Nggak. Mbak Al nggak mau. Mending Gus Agam aja yang nyanyi didepan Abi dan umi. Gimana?"

" Oke setuju kita buat tantangan untuk bersama biar adil kecuali untuk dek Aqil pasti dia lari duluan seperti kemarin."

****** kenapa jadi begini, mana bisa gue nyanyi. Tapi kalo nolak mau di taruh kemana muka gue, batin Almira.

Nyanyi sih gampang tapi kalo di depan Abi? nggak aku nggak mau kalah dari nih cewek. Kalo aku kalah mau di taruh kemana wajahku.

"Aqil mau ikut? Nih Aqil buktiin, kalo Aqil berani nyanyi di depan Abi dan umi." Dengan gagah berani Aqil menghampiri orang tuanya dan langsung mematikan tv-nya.

"Eh kok dimatiin sayang."Ucap Umi Sarah.

"Abi! Umi! Aqil mau nyanyi, jadi Abi sama umi harus dengarkan."

Aqil menyanyikan lagu Aqil bobok, bikinan uminya sendiri tentunya dengan nada kocar kacir.

Aqil bobok oh Aqil bobok kalo nggak bobok di gigit nyamuk.

Semua yang mendengarkan bertepuk tangan, sekarang giliran Afif langsung maju ke depan orang tuanya.

" Tunggu-tunggu ini sebenarnya ada acara apa ya..?" Tanya Abinya yang semakin penasaran dengan tingkah anak-anaknya.

"Gini Abi, kita berempat buat tantangan bernyanyi di depan abi dan umi, sekalian Abi dan umi menjadi jurinya." jelas Afif.

"Empat?" Tanya uminya karena biasanya mereka bertiga tiap buat tantangan.

" sama Mbak Al." Tunjuk Afif, pada wanita yang hanya menghadap ke bawah tidak berani menoleh pada kedua gurunya itu.

"Baiklah Abi dan Umi akan menjadi jurinya."

Aqil menyanyikan bebek adus kali. Uminya hanya menepuk jidatnya karena kedua anaknya tidak ada yang melantunkan sholawat yang selalu ia ajarkan, sedangkan Abinya tersenyum melihat anak-anaknya pemberani.

"Yee.... ayo sekarang giliran Mas Agam." Ucap Afif dengan semangat.

Agam langsung melirik Almira dengan tajam seolah mengatakan jika dia tidak maju duluan maka Agam akan terus mengganggunya.

Ampun deh nih orang.

Almira berjalan dengan lututnya sambil menunduk ke bawah hingga di depan Kyai Fatih dan Istrinya.Almira melantunkan istighfar, hanya itu yang ia bisa.

Astaghfirullah robbal baroya....

Setiap kali dia melantunkan istighfar, pasti dirinya akan terbenam dengan masa lalunya. Banyak dosa yang telah dirinya berbuat. Kyai Fatih dan istrinya ikut terharu hingga meneteskan air mata mendengar lantunan istighfar Almira begitu juga dengan Agam namun tidak di tunjukkan.

"Waahhh Mbak Al hebat hingga membuat Abi dan umi terharu." Puji Afif.

"Tapi kenapa suara mbak Al tadi pas nyanyiin kita cempreng." Sahut Aqil dengan jujurnya.

Sekarang gilirannya Agam ia berjalan tempat Almira sebelumnya dan menyanyikan lagu ayah karangan Rinto Harahap.

*Dimana, akan ku cari

Aku menangis seorang diri

Hatiku slalu ingin bertemu

Untukmu aku bernyayi

Untuk ayah tercinta

Aku ingin bernyanyi

Walau air mata

Di pipiku

Ayah dengarkanlah

Aku ingin berjumpa

Walau hanya dalam

Mimpi*

............

Ia sengaja tak meneruskan lagunya itu, ia memilih mengakhirinya daripada meneteskan air mata di hadapan mereka apalagi di hadapan cewek songong itu, lalu langsung naik ke atas menuju kamarnya.

Almira hanya diam, ia melihat kesedihan mendalam di mata Agam meskipun tetutup dengan wajah datarnya.

Terpopuler

Comments

Bundanya Naz

Bundanya Naz

emang abinya Agam bikin salah apa? 😢

2020-12-27

2

Harisa Humania

Harisa Humania

lanjut Thor semangat

2020-10-10

2

lihat semua
Episodes
1 Monyet Cantik Jadi-jadian
2 Balasan Awal Gus Agam
3 Tantangan
4 Pecahnya Cobek Ndalem
5 Liburan Semester
6 Bertemu Teman Lama
7 Menjadi Ustadzah
8 Tukang Parkir Cantik
9 Calon Mantu Idaman
10 Kembali ke Pesantren
11 Jodoh untuk Agam
12 Pertemuan
13 Permintaan Maaf Gus Agam
14 #2
15 Pernikahan
16 Istri jadi Santri
17 Malam yang dinantikan
18 Pembalasan Berujung Tragis
19 Kompak
20 Teman
21 Pendatang Baru
22 Kepo
23 Siapakah Almira?
24 Masa Lalu
25 Tragedi
26 Istri Tidak Ada Akhlaq
27 Hampir Ketahuan
28 Firasat Buruk
29 Es yang Meleleh
30 Kunjungan
31 Gadis Masa Lalu Agam
32 Pengumuman
33 Cemburu
34 Pulang
35 Curhat
36 Maulid Nabi Muhammad Saw
37 Salah Sangka
38 Latihan Menjadi Istri Baik
39 Sambangan
40 Pengurus Pendidikan
41 Perubahan yang Menakjubkan
42 Ketahuan tapi Tak Terbongkar
43 Manjanya Gus Agam
44 Belum Siap
45 Kabur
46 Sidang
47 Takziran
48 Hari Patah Hati yang Terlambat
49 Pertanyaan BOM
50 Pacaran Yuukk!!
51 Kencan
52 Minta Do'a Restu
53 Hari Pertama
54 Kumpul
55 Rumah Sakit
56 Pentingnya Pendidikan
57 Kejutan
58 Ngambek
59 Surat Cinta
60 Permulaan
61 Pindah
62 Rumah Baru
63 Teror
64 Saingan jadi Perimadona
65 Pria Misterius
66 Siapakah Istri yang sebenarnya?
67 Ujian Kesabaran
68 Martin vs Pencuri
69 Fitnah
70 Kepercayaan yang Luntur
71 Ulang Tanun Zahwa
72 Muntah apa Muntah?
73 Jebakan
74 Pengkhianatan
75 Gembira atau Sedih?
76 Indahnya Kata Maaf
77 Happy Ending
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Monyet Cantik Jadi-jadian
2
Balasan Awal Gus Agam
3
Tantangan
4
Pecahnya Cobek Ndalem
5
Liburan Semester
6
Bertemu Teman Lama
7
Menjadi Ustadzah
8
Tukang Parkir Cantik
9
Calon Mantu Idaman
10
Kembali ke Pesantren
11
Jodoh untuk Agam
12
Pertemuan
13
Permintaan Maaf Gus Agam
14
#2
15
Pernikahan
16
Istri jadi Santri
17
Malam yang dinantikan
18
Pembalasan Berujung Tragis
19
Kompak
20
Teman
21
Pendatang Baru
22
Kepo
23
Siapakah Almira?
24
Masa Lalu
25
Tragedi
26
Istri Tidak Ada Akhlaq
27
Hampir Ketahuan
28
Firasat Buruk
29
Es yang Meleleh
30
Kunjungan
31
Gadis Masa Lalu Agam
32
Pengumuman
33
Cemburu
34
Pulang
35
Curhat
36
Maulid Nabi Muhammad Saw
37
Salah Sangka
38
Latihan Menjadi Istri Baik
39
Sambangan
40
Pengurus Pendidikan
41
Perubahan yang Menakjubkan
42
Ketahuan tapi Tak Terbongkar
43
Manjanya Gus Agam
44
Belum Siap
45
Kabur
46
Sidang
47
Takziran
48
Hari Patah Hati yang Terlambat
49
Pertanyaan BOM
50
Pacaran Yuukk!!
51
Kencan
52
Minta Do'a Restu
53
Hari Pertama
54
Kumpul
55
Rumah Sakit
56
Pentingnya Pendidikan
57
Kejutan
58
Ngambek
59
Surat Cinta
60
Permulaan
61
Pindah
62
Rumah Baru
63
Teror
64
Saingan jadi Perimadona
65
Pria Misterius
66
Siapakah Istri yang sebenarnya?
67
Ujian Kesabaran
68
Martin vs Pencuri
69
Fitnah
70
Kepercayaan yang Luntur
71
Ulang Tanun Zahwa
72
Muntah apa Muntah?
73
Jebakan
74
Pengkhianatan
75
Gembira atau Sedih?
76
Indahnya Kata Maaf
77
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!