Keesokan harinya aku diajari Gilram cara membuat barang dan item sihir yang sering dijual di Kerajaan Goethe. Ternyata cara membuatnya lebih mudah dari perkiraanku.
Dia mengajari cara membuat item sihir yang terbuat dari batu sihir seperti cincin yang menambah damage atau luka pada musuh, kalung yang mempercepat penyembuhan dengan mengambil mana pengguna dan aksesoris atau perhiasan yang memiliki efek sihir dan sekedar hiasan. Karena terlihat tidak 'normal' saat aku langsung bisa membuat aksesoris, aku sengaja membuat kesalahan.
"Aksesoris sihir adalah item sihir dengan tipe perhiasan yang memiliki efek tertentu. Untuk membuatnya, kamu harus memiliki ketelitian dan teknik yang tepat saat memprosesnya agar efeknya meningkat. Meningkatkan efek juga dapat dilakukan dengan bahan baku yang lebih baik."
Gilram melanjutkan penjelasannya, "Seperti yang kamu tahu, bahan baku dari aksesoris sihir adalah Batu sihir dan logam sihir. Batu sihir, Batu ini dapat ditemukan pada setiap tubuh makhluk hidup. Kualitasnya tergantung dari energi sihir pemiliknya. Sebelum makhluk hidup mati, Batu sihir tidak akan muncul. Karena, Batu sihir terbuat dari konsentrasi kekuatan 25% dari makhluk yang telah mati. 25% menjadi poin exp pembunuh dan 50% sisanya akan keluar menjadi mana alam disekitar mayat."
"Jika dalam 12 jam mayat tidak diambil, maka mayat tersebut akan menjadi undead atau mayat hidup yang memiliki 50% kekuatannya saat masih hidup, karena mana yang keluar dari tubuhnya terserap oleh mayat tersebut. Undead juga akan memiliki 75% kekuatannya saat masih hidup, jika Batu sihir pada tubuhnya tidak diambil," jelas Gilram.
"Hmmmm .... Jadi begitu. Baiklah, kali ini saya akan mencobanya lagi. Terimakasih banyak atas penjelasannya, guru."
"Hahahahaha, bagus lo. Pantang menyerah juga bagian penting dalam berdagang juga" tawa Gilram.
Dan setelah percobaan ketiga, barulah aku berhasil membuat cincin sihir agar tidak terlihat mencurigakan.
***
Di sebuah malam yang gelap, sebuah ruangan terang dan ramai. Ada yang berbincang dan ada yang makan, mereka bersenang-senang dengan damai. Namun, mereka tidak tahu pasukan besar iblis mulai bergerak.
Hari sebelum pelatihan.
Di sebuah hutan yang suram dan gelap bagaikan tempat yang mati, pohon-pohon tidak memiliki daun, hanya ranting dan semak-semak berduri yang gelap. Cahaya langit yang gelap dan suara guntur yang menggelegar seakan-akan akan turun hujan, matahari tidak terlihat. Sebuah ruang singgasana, ada sebuah kastil di tengah-tengah hutan yang mengerikan. Seseorang menduduki singgasana dengan ekspresi terlihat marah dan di bawahnya adalah seorang jenderal iblis.
"Arghhhh .... Cepat siapkan pasukan secepat mungkin untuk menghabisi dan menghancurkan manusia-manusia itu, arghhhh ... sakiiiit!" teriak seseorang yang duduk di singgasana, bayangan matanya menyorotkan cahaya merah, seakan-akan akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di depannya.
"Baik,Yang Mulia!?" jawab Jendral iblis dengan lantang.
"Oh rajaku, bertahanlah sedikit lagi. Aku pasti akan menemukan cara menyelamatkanmu dari penderitaan ini," gumam jenderal iblis itu dengan sedih.
***
Setelah satu minggu pelatihan berlalu, pelatih kami Jared berencana melatih kami dengan melawan monster untuk menaikkan level semua orang.
"Semuanya!!! Karena kalian telah melatih fisik dan telah mempelajari teknik yang dibutuhkan untuk melawan monster, sesuai jadwal kali ini, kita akan berkemah dan menghadapi monster yang lemah di hutan selatan Kerajaan Goethe yang bernama Melris. Kami memilih tempat itu, karena tempatnya paling dekat dengan ibukota. Meskipun di dekat ibukota, kita harus berhati-hati dari ras iblis yang tidak jauh pula dari benua iblis Karazbis," ujar Jared.
"Siap pak!!!" serentak.
"Karena membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai tujuan, kita harus bergegas! apa kalian telah membawa barang pribadi kalian? " tanya Jared.
"Sudah pak!!! "
***
Kami pergi menggunakan kereta kuda Kerajaan sebanyak 5 buah dan masing-masing diisi 9 orang. Setiap kereta dikawal 10 kesatria elite kerajaan. Saat melewati jalan ibukota, para warga berkumpul di pinggir jalan seperti sedang melihat parade kerajaan.
Setelah keluar ibukota, seseorang bertanya kepadaku.
"Hei, Murata apa boleh aku bertanya sesuatu? "
"Oh, boleh. Tanya apa memangnya, Toiko? "
"Bisa kamu mainkan gitar yang kamu bawa? "
"Oh ... soal itu ya. Maaf, tapi ini hanyalah wadahnya saja. Gitarnya aku tinggal di kamar, karena wadahnya aku gunakan untuk menyimpan barang-barangku" jelas aku.
"Oh, begitu."
Kamipun berbincang-bincang sampai akhirnya kami telah sampai di Hutan Melris.
"Baiklah, Mari kita dirikan tenda disini,
" ujar Jared.
Tenda yang kami pakai adalah hasil usul dari wali kelas kami Ayame Sasane.
"Setelah kita mendirikan tenda, kita akan berkumpul lagi dan mencari monster lemah disekitar sini."
Setelah berpencar, kami membentuk kelompok atau party untuk berburu yang berisi 5 orang. Karena aku lemah, jadi aku dipasangkan dengan sang pahlawan Masaki Toiko, Ayane Sasane sang archmage, Ayame Sasane sang Swordsman, Chika Toshi sang support dan aku menjadi penyerang menggunakan panah. Masing-masing party memiliki 9 kesatria yang menjaga para anggota party, jika ada hal-hal yang tidak terduga.
Setelah memasuki hutan, kami tidak menyangka bahwa hutannya sangat indah dan teduh di siang hari. Beberapa saat kemudian kami menemukan monster yang bernama Porcushot. Monster ini adalah sejenis spesies landak yang dapat menembakkan durinya dari jauh dan memiliki tanduk di kepalanya. Aku mengaktifkan skill Perfect Appraisal.
Porcushot Lvl. 3/5
nama: tidak ada
ras : porcushot (normal)
job : belum tersedia
statistik:
str : 8
mp: 10
sp : 10
int : 3
def: 4
mp reg: 0,0001/detik
hp reg : 0,001/detik
bonus point : 0
skill point : 0
Skill :
Thorn shot(menembakkan 5 duri dari jarak 2 meter demage 3, pemakaian mp:1) lvl. 2, Ramming horn lvl. 1(lompat ke atas kemudian menggulungkan tubuh dengan tanduk keluar dan meluncur ke target dengan sihir angin, memotong tanduk dengan demage 20, pemakaian mp:7), bodi roll lvl. 2(menggulung tubuh untuk berlindung dan kabur dari predator di bidang miring, pemakaian sp: 5/15 detik).
Kelemahan atau cara mengalahkan: bagian moncong pada hidung dan menggunakan serangan atau sihir jarak jauh.
Kelebihan: melindungi diri dengan duri di punggungnya.
"Itu dia monster-nya. Monster itu bernama Porcushot," salah satu kesatria.
"Jadi dia, monster yang akan kita buru. Dia mirip dengan landak hanya saja dia memiliki tanduk di kepalanya," ujar Chika.
"Kalau begitu, Murata coba kau serang Porcushot itu dengan panahmu," perintah Toiko.
"Baiklah, serahkan padaku!!!"
Setelah mengalahkan Porcushot kami melanjutkan perburuan sampai akhirnya hari mulai sore dan kami kembali ke perkemahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
💀KœdëÑæmë☠️☠️☠️
..
2022-04-30
1
UDIN
up thor
2021-11-25
1
tyan
jadi yg ngalahin monster landaknya siapa thor?
2021-08-22
1