Drreetttt....dreettt....!!!
Ponsel Vino bergetar, sesaat ia melirik ke layar ponsel dan mengintip di kolom notifikasi. Jika tidak penting, ia tidak akan membukanya. Namun ternyata pesan itu dari sahabatnya Ananya. Ia sebenarnya enggan untuk membukanya, namun mengingat karakter Ananya yang sedikit cerewet jika di abaikan, maka ia segera membaca pesan itu kemudian membalasnya.
Pesan yang dikirim Ananya berisi pemberitahuan bahwa ia akan bekerja di kantornya karena rekomendasi sang kakak Alvaro. Ia sedikit bingung kenapa kakaknya bisa langsung mempercayai bahwa Ananya cocok bekerja dengannya, padahal ia tahu betul bagaimana karakter sang kakak yang selalu teliti dan penuh pertimbangan saat mengambil keputusan. Ia penasaran kemudian menuju ke kamar sang kakak.
Braakk....!!!
Vino membuka pintu dengan kasar, Varo hanya menatapnya sesaat dengan tatapan dinginnya.
"Kamu kebiasaan tidak pernah mengetuk pintu !" Kata Varo yang tetap fokus melihat ke layar laptopnya.
"Kak, kenapa kakak mempekerjakan Ananya di kantor ?" Tanya Vino ranpa basa basi.
"Harusnya kamu senang, bisa setiap hari bersamanya." Menjawab tanpa menoleh.
"Huuhh... Kakak belum tau saja bagaimana merepotkannya wanita itu. Aku tidak akan bisa mendekati wanita manapun jika ada dia." Jawabnya sedikit memelas.
"Bukannya dia kekasihmu ?" Varo menutup komputer lipatnya, membuka kaca matanya kemudian meletakkannya di atas nakas dan duduk mensejajarkan dirinya dengan sang adik.
"Dia sahabatku, hanya dia satu-satunya orang yang benar-benar tulus berteman denganku. Yang lain seolah memanfaatkanku saja kak. Dia memang berbeda." Bayangan dan senyum manis Ananya terlintas di benak Varo dan Vino.
"Tapi dia bukan kekasihku kak, mana mungkin aku menyukainya. Dia sangat cerewet, dan lihatlah penampilannya. Bukan typeku kak." Vino tersenyum kecut, entah apa arti dari swnyumannya.
"Terus apa salahnya jika dia bekerja denganku ?" Varo bertanya.
"Ya tentu saja, dia itu sangat cerewet kak. Meskipun dia sangat pintar, aku takut dia akan membuat masalah di kantor. Dia itu sama sekali tidak takut pada apapun, jika menurutnya itu benar maka ia akan mempertahannkan pendapatnya, meskipun terkadang tidak pada tempatnya. Kakak mengerti kan maksudku ?" Vino berusaha menjelaskan kepribadian Ananya.
"Justru orang seperti ituyang kakak cari." Lagi-lagi Varo menjawab denan enteng.
"Huufft.... percuma saja, kakak tidak akan mengerti.Baiklah terserah kakak saja. Tapi aku tidak mau satu team dengannya. Janji yah kak..!" Pinta Vino pada kakaknya.
"Baiklah... Dia akan jadi asistenku saja. Akan kusuruh dia memata-matai orang di sekelilingku termasuk kamu."
"Terserah kakak saja, aku kembali ke kamar yah kak..!"
"Pergi sana !"
Setelah pamit, Vino masuk ke kamarnya untuk beristirahat mengingat besok ia kan kembali bekerja yang menurutnya sangat menguras tenaga dan pikiran. Semenjak bekerja, ia terlihat jarang kelayapan di malam hari kecuali weekend.
********
Gedung Wijaya Group.
Ananya berjalan memasuki pelataran Gedung Wijaya Group. Sebelumnya ia sudah menghubungi Vino untuk menanyakan dimana ruangan Varo. Namun karena ini adalah pertama kalinya ke kantor Wijaya Group, maka Vino mementa Heri agar menjemputnya di Lobby.
"Apakah anda Nona Ananya ?" Tanya seorang pria yang tidak kalah tampannya dengan Vino.
"Iya, betul saya Ananya." Ananya mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Heri.
"Saya Heri, mari saya antar bertemu Pak Varo." Ananya pun mengikuti langkah Heri dan masuk ke dalam lift.
"Hey,,, usiamu berapa sekarang ?" Tanya Ananya yang sok akrab.
"Tidak usah formal-formal, sepertinya kita seumuran." Tambahnya.
"Maaf nona Ananya, kita lagi di kantor." Balas Heri dengan tersenyum ramah.
"Yang benar saja, gadis ini menanyakan berapa usiaku di pertemuan pertama. Benar apa yang dikatakan Vino, semoga dia tidak menyusahkanku." Heri membatin.
Ting...
Pintu terbuka, keduanya langsung berjalan menuju ruang kebesaran Varo.
Tok...tok...tok...
Tanpa menunggu jawaban, Heri langsung membuka pintu dan masuk kedalam diikuti oleh Ananya. Sebenarnya,Heri ingin menyuruh Ananya agar menunggu di luar, namun belum sempat ia berbicara, Ananya sudah buru-buru ikut ke dalam.
"Kenapa kamu ikut masuk, harusnya kamu tunggu dulu di luar." Bisik Heri pada Ananya namun masih kedengaran di telinga Varo. Ananya hanya mematung sambil mengerucutkan bibirnya.
"Sudah, biarkan saja. Kalian duduklah." Heri dan Ananya menuju sofa, Varo pun beranjak dari singgasananya menuju sofa.
"Selamat datang Ananya, untuk sementara kamu akan bekerja jadi asistenku selama seminggu ini. Saya ingin melihat langsung bagaimana kinerja kamu selama bekerja. Ingat, masa percobaan kamu hanya seminggu. Jika dalam seminggu kamu bisa bekerja dengan baik, maka minggu berikutnya kamu akan tanda tangan kontrak kerja, tapi jika sebaliknya, I'm so sorry. Semua detail pekerjaan kamu akan di jelaskan oleh Heri, jadi kalian boleh pergi." Tutur Varo.
Heri berdiri hendak keluar dari ruangan Varo. Namun beda halnya dengan Ananya, ia berdiri mematung menunggu Heri benar-benar berlalu dari ruangan itu.
"Kenapa kamu masih disitu ?" Tanya Varo keheranan.
"Kak Varo..."
"Kita lagi di kantor..!" Belum selesai ucapan Ananya tapi Varo langsung memotongnya.
"Iya, maksud Nya Bapak Alvaro, bolehkah kita bicara empat mata ?" Ananya mengerjapkan matanya seraya memohon agar Varo mengikuti perintahnya.
"Gadis ini benar-benar polos, bisa-bisanya dia meminta sesuatu kepadaku di hari pertamanya bekerja. Benar-benar lucu. Aku semakin penasaran bagaimana kinerjanya." Batin Varo.
"Cepat katakan, aku tidak punya waktu !" Gerutu Varo.
Sontak Ananya menarik tangan Varo dan menggiringnya untuk duduk di sofa, Varo tercengang akan tingkah Ananya yang kemudian duduk di sampingnya. Varo menatap kearah pergelangan tangannya yang di gengga oleh Ananya, seketika Ananya sadar akan kelancangannya.
"Maa..maaf Pak..!" Ananya menelan salivanya yang terasa seperti getah berduri.
"Sekali lagi Nya mohon maaf pak, tapi bukannya Ananya tidak mau jadi sekretaris ? Nya tidak mau di cap wanita penggoda bossnya." Tuturnya jujur dengan memanyunkan bibir tipisnya.
"Benar-benar menggemaskan, manis..!" Lagi-lagi Varo mengagumi kepolosan Ananya yang sangat natural, berbeda dengan gadis biasanya.
"Helloooww.... Pak Varo, dengar Nya tidak ?" Ananya melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Varo.
"Bukannya tadi kamu sudah menggodaku ?" Timbul niat Varo untuk menjahili sahabat dari adiknya itu.
"Appaa.....? Tuh kan, begini nih yang bikin aku tidak mau jadi sekretaris. Huuftt... nasib jadi gadis yng cantik." Ananya sedikit Narsis, namun tidak dapat di pungkiri bahwa ia benar-benar cantik hari ini.
"Tidak usah mengaturku, aku boss disini." Jawab Varo sarkastis.
"Ya Nya tau pak, tapi kan bapak yang maksa Nya buat bekerja dengan bapak ?" Ananya menaikkan volume suaranya. Seketika Varo terbelalak.
"Whaattt...???" Varo kaget.
"Gak usah berlebihan gitu pak." Nya menjawab.
"Ingat, kamu masih PER CO BA AN !!!" Varo menekankan kata percobaan agar Ananya tidak membantahnya. Ananya hanya tertunduk, tidak lagi membalas perkataan Varo.
"Pergilah, tanyakan apa saja tugasmu kepada Heri. Ingat, jangan membuat masalah di kantorku, gadis Percobaan." Varo sengaja memperlihatkan sikap galaknya kepada Ananya agar ia bisa lebih dewasa dalm bekerja.
Memang begitulah Ananya, terkadang seperti anak kecil, cerewet yang tidak bisa di bendung, yah..begitulah.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Terus ikuti kisahnya, jangan lupa like, comment dan berikan Vote sebisanya. Dukungan kalian sangat berarti buat author.
Semakin banyk like dan comment, semakin rajin author buat update Bab selanjutnya.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Yani Hendrayani
lanjuttt
2020-09-04
1