Suddenly Married
"Selamat pagi, Ma... Papa.... dan kakakku yang tertampan di dunia." Sapa Vino kepada semua yang telah duduk di meja makan. Seperti biasa, mereka tidak akan memulai ritual sarapan sebelum semua anggota keluarga berkumpul.
"Vino, mau sampai kapan kamu seperti ini. Kamu itu bukan anak remaja lagi. Kamu kebiasaan membuat kami menunggu. Belajarlah dari kakakmu, dia sangat disiplin dan tahu aturan. Papa tidak tau lagi harus ngomong apa sama kamu." Sesaat Papa Ryan mengalihkan pandangan kepada istri cantiknya, Diandra.
"Ini gara-gara kamu sayang, kamu terlalu memanjakannya." Ryan sedikit menekankan suaranya agar istrinya tidak membela anaknya kali ini..
"Sudah... ayo kita sarapan dulu." Kata Mama Dian berusaha mencairkan suasana sambil memberi isyarat kepada Vino agar segera duduk dan mulai sarapan.
"Maafkan Vino, Pa... Vino janji tidak akan membuang waktu papa dan kakak lagi." Ucapnya sedikit menyesal.
"Sudahlah, makan sarapanmu. Bersiaplah untuk ikut ke kantor denganku." Kata Varo dengan suara beratnya.
"Apa....? Yang benar saja kak ? Jangan sekarang yah... Aku ada turnamen penting hari ini. Minggu depan aku akan mulai ikut dengan kakak. Tolong yah, kak... Aku janji ini yang terakhir." Vino memohon namun karena kasih sayang Varo yang begitu dalam kepada sang adik, iapun tidak kuasa untuk menolaknya.
"Baiklah, ingat ini yang terakhir. Setelah ini tak ada ada lagi eksebisi, turnamen atau apalah namanya. Mengerti ??" Varo mengancam.
"Iya kak... mengerti." Vino melanjutkan mengunyah makanannya dengan terpaksa, ia seolah menelan bara api saat mendengar ancaman sang kakak. Jika kakaknya sudah berkata demikian, maka ia pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
*****
Hari ini adalah hari terakhir turnamen Tennis yang diikuti oleh Vino. Seperti biasanya, ia akan masuk dalam babak final. Tadi ia sempat berpesan kepada Mamanya agar ikut menyaksikan pertandingannya. Tentu saja, dengan senang hati Diandra akan meluangkan waktu untuk menyaksikan pertandingan terakhir sang anak. Tak lupa Dian mengabari suami dan anak sulungnya untuk ikut menonton. Tak butuh waktu lama, sang ayahpun tiba di lokasi pertandingan. Namun berbeda dengan sang kakak, permainan sudah berlangsung sekitar lima belas menit namun ia belum juga menampakkan batang hidungnya.
Sisa dua point lagi angka yang harus di cetak oleh Vino maka ia akan memenangkan perlombaan itu. Pukulan demi pukulan terus ia layangkan, dan smash terakhir pun mencetak angka kemenangannya. Tentu saja, Vino keluar sebagai pemenang dengan selisih lima point dari sang lawan.
Vino dipanggil ke podium untuk penyerahan piala dan medali. Semua bertepuk tangan saat Vino mengangkat piala dan memamerkannya. Para juri dan lawan main bergantian memberinya selamat.
Dari kejauhan, tampak seorang pria jangkung mengenakan stelan rapi dengan kaca matanya berjalan ditengah kerumunan orang. Ia pun menghampiri Vino, mama, dan papanya. Yah, pria itu adalah Alvaro.
"Sorry, Ma... Varo telat. Tadi ada rapat penting yang harus Varo hadiri." Ucapnya dengan raut memelas.
"Jangan minta maaf sama mama, tuh liat adik kamu. Keliatannya dia ngambek." Lirik Dian ke arah si bungsu.
"Hey dude... Selamat..! Kakak tahu kamu pasti menang.! Tuturnya sambil memeluk tubuh adiknya.
"Haahh...! Kakak kebiasaan datang di saat-saat terakhir." Ucap Vino datar memalingkan wajahnya. Ia merasa kesal dengan kakaknya, setiap kali ia bertanding, sang kakak selalu telat dengan alasan pekerjaan.
"Jangan cengeng gitu, kayak anak perempuan tau ! Yang penting kan kakak sudah datang, lagian kakak sudah yakin kalau kamu pasti menang. Kakak selalu berdoa untukmu." Varo mencoba menghibur adiknya yang terihat kesal.
"Sudah... sekarang kita pulang. Kita rayakan kemenangan kamu nanti. Kebetulan adik sepupu papa Hendra dan keluarganya mau datang lusa, sekalian kita ajak juga. Sudah lama kita tidak bertemu mereka." Ucap Ryan.
"Maksud papa, Om Hendra yang di kota M ?" tanya Vino.
"Iya betul sekali. Nanti kita lanjut ngobrolnya, sekarang kita makan dulu." Ajak Diandra kepada suami dan anak-anaknya.
keempatnya berjalan menuju parkiran, saat akan memasuki mobil tiba-tiba seseorang berteriak memanggil nama Vino. Mereka pun berbalik bersamaan ke arah sumber suara.
"Vin...!!"
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang di uraikan bebas mempercepat langkahnya mebghampiri Vino dan keluarganya.
"Hey... Ananya..?" Vino balik menyapa.
"Maaf aku terlambat. Tapi kamu menang lagi kan ?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya ingin menjabat sang juara.
"Tentu saja, mana boleh aku kalah !" Ucap Vino sombong.
"Vino, gadis cantik ini siapa sayang ?" Tanya Diandra yang tersenyum menatap gadis mungil berwajah menggemaskan yang berdiri di hadapannya.
"Oopostt... sorry,, Ma, Pa, kakak... kenalin dia Ananya. Teman kampus Vino dulu. Dia yang suka bantuin Vino dulu dikampus. Dia ini mahasiswi jenius di kampus ma, sebentar lagi dia akan menyelesaikan masternya." Vino memperkenalkan sosok Ananya.
Tampak raut sedih di wajah sang gadis namun ia tutupi dengan senyum manisnya, mengingat sampai detik ini Vino hanya menganggapnya sebagai seorang teman, tidak lebih.
"Halo Om, tante, kak... Aku Ananya." Ia pun memperkenalkan dirinya dan menyalami mama dan papa Vino secara bergantian.
Varo hanya menatap sang gadis tanpa berkedip. Baru kali ini ia merasa takjub melihat seorang gadis. Tidak seperti gadis pada umumnya yang sering ia jumpai. Ananya sangat berbeda, tubuh mungilnya dibalut dengan kaos yang longgar, menggunakan jeans dan sepatu keds, tapa riasan berlebih di wajah, serta senyum yang terlihat tulus di wajah gadis itu.
"Manis, gadis yang sangat sederhana." Varo bergumam dalam hati.
"Ehhmm....Halo kak, saya Ananya.!" Suara Ananya menyadarkan Varo dari lamunannya.
"Oh, maaf... Saya Varo, kakaknya Vino." Jawab Varo sedikit gugup.
"Kalau gitu nak Ananya ikut sama kita saja yah... Kita mau makan dulu." Ajak Diandra.
"Hhm... gak usah tan, Nya masih mau ke kampus. Masih ada mata kuliah." Tolaknya dengan halus.
"Gak seru ah,,, kamu tuh udah pinter. Ayo ikut saja, lagian sebentar lagi juga kamu bakal dapat gelar mastermu." Paksa Vino.
"Tapi Vin..." Belum selesai kata-kata Ananya Vino sudah menyeretnya masuk ke dalam mobil sportnya.
Mereka menuju mobil masing-masing. Diandra ikut di mobil suaminya karena sopir yang mengantarnya sudah pulang dari tadi. Begitupun dengan Varo, ia mengendarai mobilnya sendiri mengikut mobil adik dan orang tuanya.
Dalam hati ia bertanya-tanya, apa benar Vino dan Ananya tidak ada hubungan khusus. Namun bagaimana mungkin seorang pria dan wanita bisa bersahabat tanpa ada perasaan diantara keduanya.
"Shittttt !!! Ada apa ini. Hm...!" Sepertinya Varo merutuki dirinya sendiri.
Mereka pun tiba di salah satu restoran milik keluarga Wijaya. Mereka langsung menuju ke ruang VIP karena sebelumnya Diandra sudah menginfokan kedatangannya dan keluarganya kepada sang manager.
"Ananya, duduk sini sayang dekat tante.!" Ajak Diandra.
Ananya merasa canggung duduk di tengah-tengah keluarga Wijaya yang terkenal sangat kaya dan di hormati di Kota J. Ia mendaratkan bokongnya di kursi di samping Diandra. Ia duduk diantara Diandra dan Varo.
Makanan kini telah dihidangkan, semuanya makan diselingi canda tawa. Ananya yang merasa orang asing pun mulai terbiasa dengan kehangatan yang diberikan keluarga Wijaya. Sungguh ia tidak menyangka, bahwa keluarga Wijaya sehangat ini kepadanya..
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued....
Mohon di Like sayang.
Jangan lupa commentnya, agar author bisa lebih semangat lagi update Babnya.
Vote nya please... ,😍
Thank You 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Mahrita Sartika
q mampir thor
2021-04-18
1
ISTRI SIRI TUAN RIZAL
Hai aku mampir dan tidak lupa memberikan Like.. 😘
2020-09-20
0
M. Dasmar Dafri
,wow
2020-09-20
0